Satu tahun telah berlalu dan Putri masih terus melakukan terapi demi kesembuhan kaki agar bisa berjalan lagi.
Namun, sebenarnya merasa sangat lelah karena sampai sekarang belum banyak perkembangan yang dirasakan setelah cukup lama melakukan terapi di salah satu rumah sakit terbaik.
Bahkan ia sempat beberapa kali ingin menyerah karena sudah terlalu lelah dengan semuanya ketika masih belum bisa berjalan.
Meskipun ada sedikit perkembangan, yaitu mulai bisa menggerakkan kaki, tetap saja belum bisa menopang beban tubuh untuk berjalan.
Pagi ini, ia seperti sangat malas untuk berangkat ke rumah sakit karena sangat lelah. Namun, melihat putranya yang berlari ke arahnya sambil membawa bola, Putri merasa bersalah karena semenjak, tidak pernah menemani Xander bermain bola.
Padahal dulu sering bermain bola bersama dan bercanda tawa dengan putranya, tapi sekarang sudah lama tidak melakukan itu dan sangat merindukan momen-momen kedekatan mereka sebagai ibu dan anak.
Bahkan Putri bisa melihat jika putranya sangat ingin bermain dengannya, tetapi seolah melihat jika ia tidak bisa lagi menemani, sehingga tidak pernah mengajak bermain.
Seperti hari ini, putranya baru saja selesai bermain dengan pelayan yang selama ini bekerja untuknya merawat Xander dan membantunya ketika melakukan sesuatu.
Hingga beberapa saat kemudian, ia kembali bersemangat untuk bertekad bisa berjalan lagi dengan melakukan terapi.
Saat perpamitan pada semua orang yang sudah mulai sibuk di dapur untuk menyelesaikan pesanan hari ini yang lumayan banyak, ia melihat mobil jemputan sudah tiba di depan rumah kontrakan.
Selama ini, yang selalu mengantar jemput adalah supir dari keluarga Priambodo dan pastinya Putri merasa sangat berutang budi. Bahkan meskipun mendapatkan kebaikan dari pria hebat tersebut, tetapi tidak pernah sekalipun bertemu.
Putri sebenarnya merasa sangat tidak enak karena tidak pernah mengucapkan terima kasih secara langsung, tetapi hanya bisa melakukan di telpon.
Berpikir jika pria yang dianggap dewa penolong tersebut sangat sibuk dan tidak sempat bertemu dengannya, sehingga memaklumi dan tidak pernah bertanya. Ia memilih fokus untuk melakukan terapi dan berharap bisa segera berjalan seperti dulu lagi.
Namun, hari ini ia membulatkan mata begitu melihat sosok pria paruh baya yang ternyata datang untuk menjemputnya.
"Selamat pagi," sapa Bambang Priambodo yang saat ini baru saja mengetuk pintu depan dan melihat Putri ada di ruang tengah.
"Tuan Bambang? Anda datang?" Putri segera mengarahkan kursi roda ke depan untuk menyapa pria baik hati tersebut karena tidak pernah menyangka hari ini akan bertemu.
Sudut bibir pria paruh baya tersebut melengkung ke atas ketika melihat Putri yang seperti sangat terkejut dengan kedatangannya.
"Aku kebetulan hari ini sedang tidak banyak pekerjaan, jadi ingin melihat perkembangan terapi yang kamu lakukan di rumah sakit."
"Aku juga ingin memberikan semangat padamu agar tidak putus asa karena sudah satu tahun melakukan terapi, tetapi tidak kunjung bisa berjalan."
Putra sebenarnya merasa bersedih dengan perkataan pria itu, tapi tidak ingin memperlihatkan berusaha untuk berpikir positif serta bersemangat.
"Anda dulu sudah mengatakan bahwa akan membutuhkan waktu cukup lama. Jadi, Saya sudah menyiapkan mental dan juga tekad yang kuat agar tidak patah semangat."
"Mungkin seperti pepatah yang mengatakan 'bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian'," ucap Putri yang saat ini mencoba untuk tersenyum menutupi perasaan yang berkecamuk.
Bambang Priambodo kini mengangkat jempol dan berharap wanita di hadapannya tersebut segera bisa berjalan lagi.
"Aku sangat optimis jika kamu bisa berjalan lagi. Saat itu terjadi, akan mengingat seberapa besar perjuanganmu. Ayo, hari ini aku yang akan khusus mengantarkanmu."
Kemudian Putri menganggukkan kepala dan berpamitan pada para pekerja serta putranya yang sangat menarik dan tidak pernah rewel ketika ditinggalkan melakukan terapi.
Itu karena ia memberikan pengertian pada putranya bahwa pergi ke rumah sakit agar bisa berjalan dan juga anak kecil dilarang ikut.
Kemudian Bambang Priambodo sudah mendorong kursi roda Putri menuju ke arah mobil dan membantu untuk duduk di kursi depan.
Hari ini memang sengaja tidak membawa sopir karena ingin menghilangkan stres di pikiran dengan melakukan kebaikan pada wanita cacat tersebut.
Kemudian langsung mengemudikan mobil meninggalkan kontrakan menuju ke arah rumah sakit.
Selama dalam perjalanan menuju ke rumah sakit, Putri ingin menguraikan keheningan dengan bertanya mengenai kehidupan pria itu.
"Terima kasih, Tuan karena hari ini secara khusus datang untuk mengantarkanku melakukan terapi. Apa yang selama ini Anda lakukan jika tidak pergi ke kantor?"
"Aku biasanya hanya menghabiskan waktu di rumah dengan memanjakan mata melihat halaman rumah yang dipenuhi dengan banyaknya tanaman hias." Bambang Priambodo masih fokus menatap ke arah depan ketika mengemudi.
Sementara Putri yang saat ini mengerti bahwa pria di sebelahnya tersebut menyukai tanaman, suatu saat nanti jika berjalan, ingin memberikan beberapa tanaman hias dan ditanam sendiri olehnya di rumah pria itu.
Karena tidak bisa membalas kebaikan pria yang dianggap seperti seorang ayah menyayangi. Hingga mendapatkan satu pertanyaan dari pria paruh baya tersebut.
"Putri, sekarang berapa usiamu?"
"Saya sudah tua, Tuan Bambang. Tahun ini menginjak 35 tahun." Putri menjawab dengan malu saat membahas mengenai usia.
Mungkin jika orang lain yang bertanya, akan mengalihkan topik dan tidak ingin menjawab, tapi karena menghormati pria tersebut, sehingga tanpa pikir panjang langsung berbicara jujur.
Sementara itu, Bambang Priambodo sekilas menoleh ke arah Putri. "Kebetulan sekali."
"Apa maksud Anda, Tuan?" Putri kini menoleh ke arah pria dibeli kemudi tersebut dan menatap intens karena merasa penasaran dengan apa yang dimaksud.
"Kebetulan putraku juga berusia 35 tahun. Aku memiliki satu orang putra yang sangat susah diatur dan tidak tahu harus bagaimana membereskan semua masalah yang dibuat."
"Sabar, Tuan Bambang. Semoga suatu saat nanti, akan menyadari kesalahan dan membanggakan orang tua." Putri mengetahui bahwa pria tersebut sudah tidak mempunyai istri.
Alasan dulu tidak mau menerima bantuan adalah karena sempat berpikir akan dijadikan istri simpanan ketika menawarkan bantuan untuk melakukan terapi agar bisa berjalan lagi.
Namun, semua terpatahkan setelah satu tahun belakangan ini sama sekali tidak bertemu dengan pria tersebut yang telah membantu dibalik layar.
"Mungkin akan berubah setelah menemukan wanita pujaan hati dan bertanggung jawab menjadi seorang suami serta ayah."
Putri hanya bisa menghibur, agar pria itu berpikir positif dan optimis jika suatu saat nanti putranya akan berubah menjadi lebih baik.
Sementara itu, Bambang merasa sangat tertampar dengan kenyataan yang baru saja dikatakan oleh Putri. Bahwa harapan yang terdengar seperti doa tersebut tidak akan pernah terjadi karena putranya adalah pecinta sesama jenis dan tidak mungkin akan menikah atau memiliki keturunan.
Namun, hanya bisa memendam sendiri luka di dalam hati tanpa menunjukkan pada wanita di sebelahnya tersebut.
Bambang Priambodo berakting tersenyum. "Semoga yang kamu katakan benar dan putraku akan segera menemukan pasangan hidup dan aku akan menimang cucu."
Putri tersenyum simpul dan mengaminkan perkataan dari pria paruh baya tersebut dan juga mendoakan agar kehidupan putra dari dewa penolongnya akan menjadi lebih baik setelah menikah dan memiliki seorang anak.
Sementara Bambang Priambodo menangis di dalam hati ketika sampai sekarang putranya tidak pernah berubah sedikitpun.
Bahkan sudah menyerah untuk menasehati ataupun marah karena sama sekali tidak ada perubahan apapun pada putranya yang suka keluar malam dan pulang pagi dan diketahui memiliki seorang kekasih selama jenis.
Hal itu diketahui jadi orang suruhan yang selama ini membuntuti putranya. Itu karena selalu membuat masalah dan harus segera dibereskan agar tidak sampai melibatkan polisi ataupun alamat media.
Jika kabar buruk tersebut tersebar di media sosial, akan berdampak buruk pada perusahaan yang selama ini susah payah dibangun.
Bambang Priambodo tidak ingin itu terjadi, sehingga selalu menyelesaikan semua masalah yang dibuat oleh putranya seperti berkelahi karena efek minuman beralkohol dan juga pergi ke hotel dengan sesama jenis karena tidak mungkin membawa ke rumah.
'Tuhan, berikan hidayah pada putraku agar kembali ke jalan yang benar,' gumam Bambang Priambodo yang saat ini selalu merasa berdosa ketika mengingat perbuatan putranya yang di luar kendali.
Hingga beberapa saat kemudian telah tiba di rumah sakit dan langsung membantu Putri keluar dari dalam mobil menuju ke arah lobi untuk segera melakukan terapi.
To be continued...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 298 Episodes
Comments