Bertahan Walau Terluka
Pagi yang cerah di sebuah rumah mewah, satu buah keluarga sedang menikmati sarapan bersama.
Rutinitas setiap pagi yang dilakukan keluarga Ivan Dipa Ardjaya bersama istri dan kedua buah hatinya Dimas dan Tria.
"Kapan Papa mau berangkat ke Amerika?" tanya Dimas.
"Kemungkinan seminggu lagi,"
"Apa aku boleh ikut?" tanya Tria.
"Kamu masih kuliah Tria," ucap Mawar.
"Tapi, aku ingin ke sana, Ma."
"Lain kali saja," ujar Mawar.
"Memangnya Papa ada urusan apa selalu mondar-mandir ke sana?" tanya Dimas.
"Selain bisnis, Papa juga ingin menjenguk teman yang kebetulan lagi berobat di sana," jawab Ivan.
"Oh," ucap kedua anaknya.
"Dimas, apa kamu sudah memiliki kekasih?" tanya Ivan.
"Belum, Pa."
"Tak ada wanita yang mau mendekatinya, Pa." Celetuk Tria.
"Kenapa begitu?" Ivan penasaran.
"Aku belum bisa membagi waktu antara pekerjaan dengan wanita, Pa." Jelas Dimas.
"Oh, begitu." Ivan pun paham.
"Kenapa Papa bertanya itu kepada Dimas?" tanya Mawar.
"Papa sebenarnya ingin menjodohkan Dimas dengan putri dari teman Papa," jawab Ivan.
Tria tertawa mendengarnya.
"Teman Papa yang mana?" tanya Mawar.
"Teman Papa yang lagi berobat di Amerika," jawab Ivan.
"Pak Joshi?" tanya Mawar.
Ivan mengiyakan.
"Mama tahu putrinya," ucap Mawar semangat. "Mama setuju jika Dimas menikah dengannya," lanjutnya berucap.
"Dimas tak mau dijodohkan!" tolaknya.
"Dimas, gadis itu sangat baik dan cantik. Mama pernah bertemu dengannya. Mama yakin kamu pasti suka," Mawar berkata penuh yakin.
"Mau secantik apapun dia, aku tak suka dijodohkan. Aku ini laki-laki, berhak menentukan calon istri. Bukan Mama atau Papa," ucap Dimas tegas.
"Dimas..." Mawar ingin bicara tapi suaminya menyentuh tangannya memberikan isyarat cukup.
Dimas mengakhiri sarapannya, meraih tas kerja dan kunci mobilnya kemudian berlalu.
"Ma, Pa, Kak Dimas itu tampan dan mapan. Aku rasa jika dia ingin mencari wanita yang cantik dan pintar serta kaya raya pasti bisa. Untuk apa lagi dijodoh-jodohkan?" tanya Tria.
"Tria, gadis ini sangat baik. Mama yakin dan percaya jika dia sangat tulus," ucap Mawar.
"Aku jadi penasaran seperti apa rupa gadis yang akan dijodohkan dengan Kak Dimas," Tria tersenyum sinis.
"Kalau memang Dimas tidak mau, Papa juga tak memaksa. Mungkin dia bisa mendapatkan pria yang lebih baik dari kakak kamu," ucap Ivan.
-
Dimas tiba di kantornya, wajahnya tampak tak bersahabat. Bagaimana tidak, pagi-pagi kedua orang tuanya telah membahas perjodohan.
Pintu terbuka, seorang wanita berusia 25 tahun melemparkan senyuman kepada Dimas. "Secangkir kopi untukmu!"
"Terima kasih," ucapnya tanpa senyuman.
"Sepertinya ada masalah," tebak wanita bernama Lala.
"Tidak ada, kamu boleh keluar," ucap Dimas datar.
"Dimas, kita ini sudah berteman cukup lama. Cepat ceritakan apa yang sedang terjadi dengan kamu?"
"Aku tidak apa-apa," jawabnya tanpa menatap.
"Pasti kamu lagi ada masalah dengan keluargamu, ya."
Dimas menghela nafas lalu menatap wanita yang ada dihadapannya. "Bisa tidak kalau kamu tak perlu ikut campur urusanku?"
"Ups, maaf jika aku terlalu ikut campur," jawab Lala.
"Aku sedang tidak ingin diganggu," ucap Dimas.
"Baiklah, tenangkan dirimu sekarang. Jika butuh teman ngobrol, aku siap membantumu," Lala beranjak berdiri lalu melangkah keluar ruangan.
Dimas menyeruput kopi lalu memulai pekerjaannya.
Baru beberapa menit bekerja, pintunya kembali diketuk.
"Masuklah!"
Pintu pun terbuka seorang pria menyembulkan kepalanya lalu berkata, "Pak Dimas, kami butuh bantuan anda!"
Dimas mengarahkan pandangannya ke arah karyawannya, "Memang ada apa?"
"Ada seorang wanita dia maksa menjual mobilnya dengan harga mahal," jawabnya.
"Jika mobilnya masih bagus dan terawat berikan sesuai dengan harga pasaran," ucap Dimas.
"Tapi, dia mau seharga mobil baru," ujarnya.
Dimas menghela nafas lalu berkata, "Baiklah, aku akan menemuinya." Memundurkan kursinya lalu berdiri.
Karyawan pria membuka pintu lebar-lebar dan Dimas keluar dari ruangannya.
Melangkah lebih dahulu menghampiri pelanggan yang menurut karyawannya aneh.
"Ada yang bisa kami bantu?" tanya Dimas.
Wanita yang sedang berdebat dengan karyawan pria lainnya menoleh ke belakang, sejenak terpaku melihat ketampanan pemilik showroom mobil mewah tersebut.
"Apa ada yang bisa saya bantu?" tanya Dimas sekali lagi.
"A...ada.." jawabnya terbata.
"Saya dengar dari karyawan jika anda ingin menjual mobil namun meminta harga tinggi," ucap Dimas.
"I..iya.. karena mobil saya mahal," jelasnya tampak gugup.
"Bisa saya lihat mobilnya?"
"Bisa, mobilnya ada di luar," jawabnya.
Dimas berjalan bersama wanita ke arah parkiran melihat mobil mewah keluaran beberapa tahun lalu.
"Berapa anda ingin menjual mobil ini?"
"Satu setengah milyar."
Dimas tertawa kecil.
Wanita itu menarik sudut bibirnya melihat senyuman pria yang ada dihadapannya.
"Anda jangan bercanda, mobil ini yang baru saja harganya satu setengah, tidak mungkin saya harus membelinya dengan harga yang sama."
"Kata Om Ivan, saya boleh menjual harga mobil sesuai yang saya mau."
"Om Ivan siapa?"
"Katanya dia pemilik showroom mobil ini, Om Ivan bilang jika nanti saya akan bertemu dengan anaknya," tuturnya.
"Sebentar saya akan telepon Pak Ivan," ucap Dimas.
Melangkah tak jauh dari sana itu Dimas lantas menelepon papanya, "Halo!"
"Halo, Dimas. Apa Alya sudah berada di sana?"
"Oh, jadi wanita itu namanya Alya."
"Iya, Dimas. Dia ingin menjual mobilnya, kamu berikan saja yang dimintanya."
"Aku tidak akan mau memberinya, Pa."
"Dimas berikan saja, tolong bantu dia!"
"Aku tetap tidak mau, Pa. Kita akan merugi jika harus membeli mobil bekas tapi dengan harga yang baru!"
"Tidak apa, Nak."
"Aku tetap tidak akan membeli mobil itu dengan harga segitu!" Dimas menutup teleponnya.
Dimas lalu kembali mendekati Alya.
"Bagaimana?" Dengan wajah semangat Alya begitu tak sabar menunggu jawaban dari Dimas.
"Saya tidak bisa membeli mobil ini dengan harga segitu."
"Kenapa?"
"Showroom kami harus menjual berapa lagi, jika harga yang ada minta terlalu tinggi."
"Mas, tolong saya. Beli mobil ini dengan harga segitu, saya lagi butuh uang banyak buat perobatan papa," ucapnya dengan wajah sendu.
"Saya tetap tidak bisa, jika kamu mau saya berani membayarnya dengan harga tujuh ratus juta."
"Itu terlalu murah sekali, apa tidak bisa ditambahkan?"
"Tidak bisa, jika mau saya akan membelinya."
Alya masih berpikir dan berdiri.
"Bagaimana?"
"Boleh ditambah dikit?"
"Tidak, saya hanya sanggup membelinya dengan harga segitu."
Alya mengatupkan kedua tangannya, "Tolong saya, Mas. Beli mobil ini dengan harga tinggi."
Dimas menatap arlojinya, "Saya tidak memiliki banyak waktu, jika mau saya akan membelinya. Atau anda bisa menawarkannya kepada orang lain."
Alya masih diam dan berpikir, ia memperhatikan mobil miliknya secara keseluruhan. Ada rasa sedih jika harus menjualnya, tapi dirinya tak punya pilihan lagi. Kesehatan sang papa lebih utama apalagi harta satu-satunya adalah pria paruh baya itu.
Dimas yang sudah jenuh akhirnya memilih pergi meninggalkan wanita itu.
...----------------...
Hai semua ini karyaku ke-16, cerita ini saling berkaitan dengan kisah cintanya Azzam dan Annisa.
Kalian sudah tahu 'kan, siapa Alya dan Dimas?
Jika tahu jangan lupa tinggalkan jejak kalian....
Selamat Membaca 🌹
Bahagia Selalu 😊
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Kinay naluw
absen ya thor sepertinya seru semangat berkarya.
2023-02-21
1