Menjelang pagi, Alya terbangun melakukan rutinitas seperti biasanya. Sebelum melaksanakan tugasnya di dapur, ia mendatangi kamar putranya untuk melihatnya.
Rayn masih terlelap tidur, Alya pun lanjut mempersiapkan sarapan buat suaminya.
Dimas menghampiri istrinya yang sedang memasak. "Apa Rayn sudah bangun?"
"Belum," jawab Alya sembari mengaduk nasi goreng.
"Aku ingin membangunnya," ucap Dimas.
"Memangnya Mas mau bawa Rayn ke mana?"
"Sekedar berkeliling komplek ini."
"Bangunkanlah!"
"Kamu tidak ikut keliling dengan kami?"
Alya mengecilkan api kompornya lalu menoleh ke arah suaminya, "Mas, mengajak aku? Tumben sekali."
"Jangan banyak bicara, cepat selesaikan masakanmu kita jalan-jalan pagi hari ini!"
"Baiklah, Mas!"
-
Rayn telah bangun dan berganti pakaian, ketiganya pun berjalan-jalan sekitar komplek rumah kebetulan hari libur jadi jalanan tidak terlalu ramai meskipun jam sudah menunjukkan pukul setengah tujuh pagi.
Sepanjang jalan Dimas menggendong Rayn, bahkan sesekali tangannya menggenggam tangan istrinya ketika saat akan menyeberang.
Alya mengulum senyumnya ketika tangan suaminya menggenggamnya erat meskipun hanya menyeberang tentunya hal seperti itu jarang terjadi.
"Kamu tidak ingin sekalian belanja?"
"Kita belanja di pasar?" tanya Alya.
"Iya."
"Aku tidak pernah belanja ke pasar, selama ini kamu 'kan yang selalu belanja kebutuhan dapur."
Dimas pun diam karena memang selama mereka menikah istrinya tak pernah mendapatkan uang belanja hanya sekedar uang jajan. Kebutuhan dapur dia akan menyuruh asisten rumah tangga orang tuanya untuk membelanjakannya.
"Mas!"
"Ayo kita sama-sama belanja!"
"Tapi Mas Dimas yang menawar, ya?"
"Ya."
Hampir 30 menit mereka mengelilingi pasar membeli kebutuhan dapur.
"Kita naik taksi saja!" ujar Dimas.
Alya hanya mengikuti saran suaminya.
Setibanya di rumah, Alya membawa barang belanjaan ke dapur. Dimas pun melakukan hal yang sama karena tadi juga menenteng 2 kantong plastik berisi daging ayam dan buah jeruk.
"Aku mau menyusun bahan-bahan ini, Mas ajak Rayn main dulu, ya!" ucap Alya.
"Kamu urus belanjaan tadi, biar aku yang mandikan Rayn," ujar Dimas.
"Memangnya Mas Dimas bisa memandikannya?"
"Ini aku akan mencobanya," ucap Dimas.
Beberapa menit kemudian, Alya yang telah selesai menyusun barang belanjaan di lemari dapur dan lemari es, menggoreng 2 butir telur ceplok serta membuat teh hangat melangkah ke kamar putranya.
Dari mulut pintu, Alya berdiri memperhatikan suaminya yang sedang memakaikan pakaian Rayn.
Dimas mengangkat tubuh putranya dan menggendongnya.
Alya melemparkan senyumnya kepada suaminya.
Dimas pun membalas senyuman istrinya.
"Sini biar aku gendong dia, Mas Dimas pergilah sarapan," ujar Alya.
"Aku akan sarapan setelah mandi," ucap Dimas.
-
Selesai Dimas dan Alya mandi, keduanya menikmati sarapan bersama di samping mereka ada Rayn yang sedang duduk di baby stroller.
"Aku ingin mengajakmu ke sebuah restoran nanti malam," Dimas membuka percakapan ketika sarapan.
"Makan malam di restoran?"
"Ya."
"Rayn ikut?"
"Dia akan kita titipkan sebentar dengan mama," jawab Dimas.
"Mas Dimas ingin menemui klien?"
"Tidak."
"Memangnya ada acara apa Mas Dimas mengajakku makan malam di restoran?"
"Tidak ada acara apa-apa, ku hanya ingin mengajak kamu saja."
"Mas Dimas tidak sedang mengingau, kan?"
Dimas menggelengkan kepalanya.
"Kenapa Mas Dimas tiba-tiba mengajakku makan?"
"Aku ingin mengobrol berdua bersamamu. Bukankah selama kita menikah, aku belum pernah mengajakmu makan berdua?"
Alya tersenyum haru.
"Nanti siang kita akan berbelanja pakaian di mall," ucap Dimas.
-
-
Alya dan Dimas kini berada di sebuah restoran yang memang sengaja telah dipesan sebelumnya.
Rayn dari tadi sore sudah dijemput Mawar.
Dimas menarik kursi dan mempersilakan istrinya duduk.
Alya tampak begitu haru melihat sikap romantis yang ditunjukkan oleh suaminya.
Dimas duduk berhadapan dengan istrinya.
"Mas, aku tidak menyangka kamu bisa romantis juga," mata Alya tampak berkaca-kaca.
Dimas menyodorkan secarik tisu, "Hapus air matamu itu!"
Alya meraih tisu yang disodorkan suaminya dan menyeka sudut mata.
"Aku mengajak kamu makan malam karena ingin meminta maaf," ucap Dimas.
"Minta maaf?" Alya mengerutkan keningnya.
"Selama ini aku telah menyia-nyiakan kamu dan tak pernah menghargai perjuanganmu," ungkap Dimas.
"Mas Dimas sekarang sudah mencintaiku?" tanya Alya begitu semangat.
"Untuk hal itu aku juga minta maaf," jawab Dimas.
Senyuman Alya seketika memudar.
"Aku sama sekali belum bisa mencintaimu, namun aku akan berusaha untuk menjadi suami dan ayah yang baik," janji Dimas.
Alya tersenyum tipis.
Dimas mulai menikmati hidangan yang dipesannya begitu juga dengan Alya memotong daging dengan tidak semangat.
Dimas memperhatikan sikap istrinya yang tampak tak ceria. "Apa ada kata-kata aku yang salah?"
Alya menggelengkan dengan cepat.
Dimas melanjutkan makannya.
Tak ada obrolan lagi diantara keduanya hingga selesai makan.
-
Pukul 9 malam, Dimas dan Alya menjemput Rayn kebetulan keduanya berpapasan dengan pengantin baru di depan pintu masuk rumah kediaman Ivan.
"Wah, sepertinya lagi berbahagia," sindir Tria melirik kakak iparnya.
Alya hanya tersenyum tipis.
"Darimana, Kak?" Tria bertanya pada Dimas.
"Kebetulan sehabis makan malam berdua," jawabnya.
"Sekarang Kak Dimas dan Kak Alya makin akrab, benar juga 'ya kata orang kalau cinta tumbuh seiring waktu," singgung Tria.
"Ya, semoga hubungan kami berdua semakin akrab tapi kamu jangan salah yang awalnya cinta bisa berakhir dengan perpisahan," ujar Alya tersenyum menyeringai.
"Kak Alya mendoakan hubungan aku dan Mas Azzam tidak baik?" tuding Tria.
"Tidak, aku hanya mengingatkan saja. Ayo Mas Dimas kita pulang, kasihan Rayn sudah mengantuk!" ajak Alya berjalan lebih dahulu ke mobil.
Dimas pun berpamitan kepada Tria dan suaminya, ia pun segera menyusul istrinya.
"Dasar kakak ipar tak tahu diri, syukur dia dinikahi kakakku kalau tidak sudah jadi gelandangan!" Tria menggerutu.
"Sudahlah, jangan marah-marah nanti kamu cepat tua!" celetuk Azzam.
"Jadi kalau aku tua Mas Azzam sudah tidak mau?"
"Aku akan mencintaimu sampai kita dipisahkan oleh maut," jawab Azzam.
"Oh, suamiku. Makin cinta deh dengan kamu!" Tria memeluk tubuh Azzam lalu keduanya masuk ke dalam rumah.
-
Sepanjang perjalanan, Alya memilih diam. Memandangi jalanan dari kaca jendela sembari memangku Rayn yang telah tertidur.
Dimas memperhatikan sikap istrinya yang berubah sejak dari restoran.
"Alya, kamu tidak apa-apa 'kan?"
Alya tak menjawab.
"Alya, kamu kenapa dari tadi diam saja?"
"Aku sangat mengantuk, hari ini begitu melelahkan."
"Kamu yakin hanya sekedar ngantuk atau lelah, bukan menyimpan perasaan marah atau apalah," ujar Dimas.
Alya lagi-lagi diam.
"Baiklah, aku tidak akan bertanya lagi," ucap Dimas mempercepat laju kendaraannya.
...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...
Sembari Menunggu Update Kalian Bisa Baca Karyaku Yang Lainnya.
- Menikahi Putri Konglomerat
- Fall in Love From The Sky
- Mengejar Cinta si Tampan
- Jangan Mengejarku Cantik!
- Ibu Pilihan Aku
- Pesona Ayahku
- Dikejar Cinta Putri Atasan
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Kinay naluw
ada apa dengan Dimas kadang tuh ya kayak sesuatu.
2023-02-25
0