Alya menggeliatkan tubuhnya yang terasa berat, melihat ke sampingnya. Ia menarik sudut bibirnya, meskipun pernikahan yang mereka lakukan secara mendadak namun dilubuk hatinya dirinya sangat bahagia.
Alya menyibak selimutnya, kakinya terasa kram. Ia berusaha melangkah pelan ke kamar mandi untuk membersihkan diri.
Selesai mandi, ia membangunkan suaminya. "Mas, bangun!" menepuk tangan Dimas pelan.
Dimas perlahan membuka matanya, lalu tersenyum.
Lagi-lagi senyuman Dimas membuat Alya terbang melayang, ternyata suaminya begitu sangat menerima dirinya.
"Mas, tidak ke kantor?"
Dimas menarik tangan istrinya hingga membuat wanita itu jatuh dipelukannya, "Aku ingin berduaan denganmu!" bisiknya menggoda.
"Mas, nanti aku dimarahi Om Ivan jika membuatmu tak berangkat ke kantor," ucap Alya.
"Mereka tidak akan pernah memarahimu, karena kamu itu menantu kesayangannya," ujar Dimas.
"Jangan berkata begitu, Mas. Kita baru menikah semalam," ucap Alya.
"Memangnya kenapa?" Dimas mengecup seluruh wajah istrinya.
"Mas, hentikan! Geli!" Alya menjauhkan wajah suaminya dari wajahnya.
"Aku tidak mau!" Dimas terus membuat Alya kewalahan hingga akhirnya wanita itu menyerah dan kini berada dibawah tubuhnya.
"Mas, nanti mereka...."
"Mereka bisa memakluminya," Dimas menyusuri seluruh tubuh Alya dengan beringas.
Sementara itu, di meja makan Ivan, istrinya dan Tria dari tadi berkali-kali memandangi lantai kamar Dimas.
"Mereka ngapain saja, sih?" gerutu Tria.
"Suatu saat kamu akan mengerti," ujar Mawar.
"Ya sudah kita sarapan saja duluan," ucap Ivan.
-
Alya keluar kamar setelah Ivan dan Tria pergi, ia melangkah ke dapur menyiapkan sarapan buat suaminya.
"Wah, pengantin baru bangunnya kesiangan," celetuk salah satu asisten rumah tangga.
Alya hanya tersenyum malu.
Alya membuat sarapan nasi goreng dengan telur ceplok dan segelas jus jeruk, ia membawanya ke kamar.
Dimas baru saja selesai mandi.
"Mas, aku sudah menyiapkan sarapan."
"Aku makan di kantor saja," ucap Dimas.
"Tapi, Mas Dimas bilang tidak ke kantor."
"Aku lupa jika memiliki janji dengan Clara," ucap Dimas.
"Clara? Siapa dia, Mas?"
"Dia mantan kekasihku, aku berharap dia mengajak balikkan," jawab Dimas tersenyum.
Alya yang mendengarnya merasa sakit hati.
"Aku pergi dulu, ya." Dimas pun berlalu.
Begitu sampai mobil Dimas tersenyum senang karena telah membohongi Alya. "Kita lihat apa kamu masih mau bertahan denganku atau tidak?" gumamnya.
Alya akhirnya menikmati makanan yang ia masak yang seharusnya buat suaminya, dengan mata berkaca-kaca.
Begitu selesai makan ia meletakkan piring dan mencucinya. Lalu lanjut mencuci pakaian dirinya dan suaminya.
Mawar yang baru saja keluar, menghampiri menantunya yang sedang mencuci pakaian di mesin. "Alya!"
"Ya, Tante."
"Panggil Mama!" ucapnya.
"Ya, Ma."
"Kamu pilih pelaminan model yang mana?" tanya Mawar menunjukkan brosur.
"Terserah Mama saja."
"Kenapa terserah Mama?"
"Semua bagus," jawab Alya.
"Warna biru cantik juga, ya."
"Iya, Ma."
"Ya sudah, kita pilih yang serba biru termasuk gaun pengantin kamu," ucap Mawar.
"Iya, Ma."
-
Malam harinya, ketika makan malam Ivan mengatakan kepada putranya jika mereka akan ke pengadilan agama untuk mengajukan Itsbat Nikah.
"Biarkan saja aku dan Alya menikah begini, Pa. Untuk apa mendaftarnya lagi?" tanya Dimas.
"Papa tidak mau anak kamu kelak kesulitan untuk mengurus administrasi," jawab Ivan.
"Merepotkan saja," ketus Dimas.
"Papa yang akan mengurusnya, kamu tenang saja. Saksi pernikahan kalian toh juga ada," ucap Ivan.
"Padahal aku berharap jika dengan pernikahan siri, Alya tak bisa menuntut haknya," batin Dimas.
"Huh syukurlah pernikahan aku akhirnya dilegalkan, ku bisa menuntut hak jika Mas Dimas berani macam-macam," batin Alya lega.
*
Dikamar...
"Bagaimana tadi pertemuan Mas Dimas dengan Clara?" Alya bertanya seraya membuka lemari pakaian mengambil piyama tidur buat suaminya.
Dimas yang sedang membuka kemejanya menoleh ke belakang.
"Apa tadi sangat menyenangkan?" tanya Alya lagi.
"Ya, sangat menyenangkan." Jawab Dimas berbohong.
"Apa dia mengajak Mas Dimas balikkan?"
"Belum, tapi aku berharap," jawab Dimas tersenyum palsu.
"Oh, jika memang dia mengajak balikkan. Apa yang Mas Dimas akan lakukan padaku?" tanya Alya.
"Kamu tetap akan menjadi istriku," jawab Dimas.
"Oh, syukurlah." Alya tersenyum meletakkan piyama di sisi ranjang.
Dimas pun membalas dengan senyuman tipis dan masuk ke kamar mandi.
Alya menarik selimutnya dan memejamkan matanya.
Dimas keluar dari kamar mandi, memperhatikan istrinya yang telah terlelap tidur. Ia menarik sudut bibirnya, "Kita lihat, berapa lama kamu bertahan denganku?" membatin.
Dimas membaringkan tubuhnya di samping sang istri kemudian memejamkan matanya.
Alya dengan sengaja membelakangi tubuh suaminya lalu membuka matanya. "Aku tidak akan pernah menyerah meskipun kamu mencoba membuatku tak betah," batinnya.
Alya tersenyum menyeringai.
****
Keesokan paginya...
Alya telah beranjak pergi dari ranjangnya, tinggallah Dimas yang masih berselimut apalagi ditambah cuaca yang sangat dingin karena hujan.
Alya sibuk di dapur mempersiapkan sarapan buat keluarga suaminya dibantu seorang asisten rumah tangga.
Menyajikannya di meja, Alya seperti ibu-ibu rumah tangga sungguhan walaupun ia merupakan putri dari mantan pengusaha kaya raya.
"Ternyata tidak sia-sia juga Kak Dimas menikahimu, ya!" sindir Tria.
Alya hanya tersenyum.
"Pintar masak dan pintar mencari muka," Tria kembali menyinggung.
Alya hanya bisa tersenyum tipis.
Ivan dan istrinya datang bergabung di meja makan.
"Di mana Dimas?" tanya Ivan.
"Tadi belum bangun, Pa. Mungkin sekarang lagi mandi," jawab Alya.
"Coba kamu ke kamar, iya kalau dia sudah bangun," titah Mawar.
"Iya, Ma."
Alya membuka pintu tampak Dimas belum beranjak dari tempat tidurnya.
Alya mendekatinya dan membangunkannya, "Mas, bangun!" panggilnya pelan.
Dimas membuka matanya, "Sudah pagi, ya?"
"Iya, Mas. Sepertinya pekerjaan di kantor sangat melelahkan hingga Mas Dimas begitu lelap tertidur," ucap Alya.
"Ya, memang sangat melelahkan," Dimas berkata dengan suara parau.
"Jadi ini Mas Dimas mau bekerja atau tidak?"
Dimas menyibak selimutnya lalu turun, "Hari ini aku tetap kerja."
"Mas Dimas yakin?"
"Ya, hal ini sudah biasa."
"Aku akan siapkan pakaian kerja Mas Dimas."
"Terima kasih, istriku."
"Sama-sama, Mas." Alya tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Kinay naluw
diiih kok bilang istri jadi makin baper tuh Alya.
2023-02-25
1