Alya tidak membuat sarapan karena suaminya tidak berada di rumah, ia mengisi perutnya dengan memakan 2 potong roti isi selai kacang dan segelas susu
Selesai sarapan, Alya lalu lanjut membersihkan rumah.
Ditengah aktivitasnya mengepel, terdengar suara ketukan pintu. Gegas ia membukakan pintu.
Ternyata pagi ini Alya kedatangan 2 orang tamu yang tak diharapkannya, dengan wajah ketus ia pun berkata, "Mas Dimas sedang tidak ada di rumah, lebih baik kalian pergilah!"
"Dia ini istri atau pembantunya Dimas, Tria?" tanya seorang wanita muda yang tingginya hampir sama dengan adik iparnya Alya.
"Sekaligus, Kak Clara."
"Jika ingin bertemu dengan Mas Dimas jangan di sini, ini rumah ku!" ucap Alya.
"Hei, kamu itu hanya menumpang. Jika tidak dipungut papaku mungkin hidupmu jauh dari kata layak!" maki Tria.
"Aku sangat berterima kasih kepada Papa Ivan karena dia mau merawat dan melindungi diriku," ucap Alya.
Tria tersenyum sinis.
"Sekarang aku dan Mas Dimas telah menikah, rumah ini diriku berhak mau menerima tamu atau tidak," ujar Alya.
"Tapi, Dimas itu tak pernah mencintaimu!" singgung Clara.
"Biarin, tapi sekarang aku dan Mas Dimas sudah menikah bukankah diriku sungguh beruntung," Alya tersenyum mengejek.
Clara mendengus kesal.
"Pergilah, kalian berdua mengganggu waktuku saja!" usir Alya.
"Rasanya aku ingin melihat Kak Dimas mencampakkan kamu!" ucap Tria menatap geram kakak iparnya.
"Kita lihat saja, siapa yang akan dicampakkan aku atau kamu!" tantang Alya.
"Lelaki mana berani mencampakkan aku yang ada aku menendang mereka!"
"Kita lihat saja nanti adik iparku!" Alya tersenyum menyeringai.
Tria dan Clara pergi dari kediaman Dimas.
"Aku akan tetap bertahan meskipun Mas Dimas tak pernah mencintaiku!" gumamnya.
-
Alya melanjutkan pekerjaannya mencuci pakaian di mesin cuci, setelah itu menjemurnya.
Selesai berurusan dengan pakaian, ia melangkah ke dapur mempersiapkan masakan untuk makan siang.
Terdengar kembali suara ketukan pintu, "Siapa lagi, sih?" gumamnya.
Alya melangkah ke arah pintu dan mengintip dari jendela, "Mas Dimas!" lirihnya.
Dengan semangat, ia gegas membuka pintu. Alya melemparkan senyuman dihadapan suaminya.
Dimas tersenyum tipis, lalu masuk ke dalam rumah.
"Mas Dimas ingin aku buatkan apa?"
"Jus jeruk."
"Sebentar 'ya, Mas!" Alya bergegas ke dapur membuatkan jus pesanan suaminya.
Tak sampai 10 menit, Alya membawa segelas jus lalu ia sajikan di meja ruang santai keluarga.
Dimas meraih gelas dan menyeruput jus buatan istrinya.
"Mas, makan siang di rumah 'kan?"
"Iya, hari ini aku akan di rumah," jawab Dimas tanpa menatap malah fokus dengan ponselnya.
Alya tersenyum senang mendengarnya.
"Pergilah ke dapur dan masaklah!" perintah Dimas.
"Iya, Mas." Alya bersemangat melangkah ke dapur.
Tepat pukul 11 lewat 30 menit, hidangan telah tersajikan di meja makan.
Alya memanggil suaminya untuk makan siang di kamar.
"Alya, ini buat kamu!" Dimas menyodorkan paper bag berwarna coklat berukuran kecil.
Alya tampak diam sejenak, ia lalu menarik kedua ujung bibirnya.
"Ayo ambil, aku sengaja membelikannya untukmu!"
Alya meraihnya lalu berkata, "Terima kasih, Mas!"
"Ya, sama-sama." Dimas melangkah keluar kamar.
Alya duduk di sisi ranjang dengan cepat ia membuka isi paper bag, senyumnya melebar kala melihat kotak kecil berwarna merah.
Alya membuka kotak kecil itu, sebuah cincin berlian berada di dalamnya. "Wah, ini sangat cantik sekali!"
Alya membawa kotak kecil itu lalu menghampiri suaminya. Tanpa malu-malu, Alya memeluk tubuh Dimas.
Dimas yang sedang menerima telepon terkejut mendapatkan pelukan dari istrinya.
Dimas membiarkan Alya memeluk dirinya karena ia masih bertelepon.
Selesai berbicara, Dimas memasukkan ponselnya ke dalam saku celana lalu mendorong pelan tubuh istrinya.
"Terima kasih banyak, Mas. Aku senang sekali!" Alya berkata dengan wajah sumringah.
"Ya, aku memberikannya karena kamu sedang hamil anakku!" ucap Dimas.
"Sekali lagi terima kasih, Mas!" Alya kembali tersenyum.
"Ya, aku lapar!" Dimas memegang perutnya.
Alya gegas ke meja mengambil piring dan meletakkan nasi, aneka lauk dan sayur.
Dimas pun mulai menyantap masakan istrinya dengan lahap.
Alya melihatnya tersenyum senang, ia pun juga menikmati makan siangnya.
"Nanti sore kita ke rumah orang tuaku dan tidur di sana. Apa kamu mau?"
"Mau."
-
Menjelang pukul 4 sore, Dimas dan istrinya pergi ke rumah orang tuanya menaiki kendaraan roda empat.
Begitu sampai Mawar menyambutnya dan memeluk Alya serta mengelus perut menantunya.
"Mama kangen sekali dengan kalian!" ucap Mawar.
Alya dan Mawar terlebih dahulu masuk ke rumah, langkah Alya terhenti ketika melihat Clara duduk bersama dengan Tria.
Clara tersenyum menatap Alya.
Dimas kini berada di belakang istrinya.
Clara gegas berdiri dan menampilkan senyum terbaiknya dihadapan Dimas mantan kekasihnya.
"Alya, ayo kita ke dapur saja. Mama lagi membuat kue, kamu bantu 'ya!" Mawar menarik tangan menantunya.
"Apa kabar?" tanya Clara pada Dimas.
"Kak, aku tinggal 'ya!" pamit Tria dan berlalu.
"Aku baik, kenapa kamu di sini?" tanya Dimas.
"Tadi pagi aku dan adikmu ke rumah, kata istrimu sedang pergi 'ya sudah aku jalan-jalan dengan Tria lalu singgah ke sini," jelas Clara.
"Oh."
"Itu tadi istri kamu, ya?"
"Ya."
"Sepertinya tidak terlalu cantik dan sangat biasa," ujar Clara.
Dimas hanya tersenyum tipis.
"Dimas...."
"Aku mau menemui papa, ku tinggal 'ya. Permisi!" Dimas dengan cepat melangkah ke taman belakang mencari keberadaan papanya.
Clara mendengus kesal.
Karena Dimas tak menggubrisnya akhirnya Clara pun pulang.
"Mas, kenapa di sini?" tanya Alya menghampiri Dimas di balkon seorang diri.
"Apa dia sudah pulang?"
"Dia siapa?"
"Clara."
"Oh, mantan kekasih Mas Dimas."
"Ya," ketusnya.
"Sudah, Mas. Memangnya tadi dia tidak pamitan dengan Mas Dimas?"
"Tidak."
"Kenapa?"
"Entahlah, tapi bagus juga dia tak pamitan dengan aku," jawab Dimas.
"Kenapa begitu? Bukankah Mas Dimas ingin sekali balikkan dengan dia?"
"Aku tidak mau kamu cemburu."
Alya tertawa mendengarnya.
"Oh, jadi kamu mau aku balikkan lagi dengannya?" tantang Dimas.
Alya menggelengkan kepalanya.
"Kalau mau, biar aku telepon dia," ujar Dimas.
"Telepon saja!" Alya membalas menantang.
"Aku tidak memiliki waktu untuk berbagi," ucap Dimas. "Pergi ke dapur bantu Mama masak buat makan malam!" memutar tubuh istrinya dan mendorongnya pelan.
"Mas, aku ingin...."
"Nanti saja kita mengobrolnya di rumah!" Dimas memotong ucapan istrinya.
-
Malam harinya, selesai makan malam. Ivan, istrinya, anak serta menantunya mengobrol di ruang santai keluarga.
"Kapan rencananya Azzam melamar Tria?" tanya Dimas.
"Setelah lahiran istri kamu," jawab Mawar.
"Apa kamu yakin akan menikah, Tria?" tanya Dimas.
"Yakinlah, Kak. Azzam itu baik dan sayang aku!" Tria melirik kakak iparnya.
"Syukurlah kalau memang Azzam baik dan sayang dengan kamu, semoga bahagia 'ya!" ucap Alya.
"Oh, tentunya!" Tria berkata bangga.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Kinay naluw
perempuan mah gitu di kasih kado langsung luluh lupa akan misinya.
2023-02-25
0