Bab 15 - Oleh-oleh

Alya mengurus dan merawat bayi tanpa meminta bantuan suaminya. Ia sangat marah dan kecewa kepada Dimas karena semalam pria itu pulang hingga jam 10 malam.

"Di mana pakaian kerjaku?" tanya Dimas.

Alya tak menjawabnya.

"Aku bertanya padamu, di mana kamu letakkan kemeja kerjaku?"

"Aku tetap meletakkannya di tempat yang sama tanpa pernah memindahkannya, coba Mas Dimas cari lebih teliti," Alya berkata tanpa menatap, tatapannya hanya kepada bayinya yang sedang ia pakaikan baju.

Dimas mengedarkan pandangannya ke dalam isi lemari, matanya kini tertuju pada kemeja berwarna biru dengan motif garis-garis.

Dimas meraih gantungan baju itu lalu memakainya. "Apa kamu sudah membuatkan sarapan untukku?"

"Sarapan dikantor saja."

"Kenapa harus di sana?"

"Aku sibuk mengurus Rayn, lagian Mas Dimas biasanya lebih sering sarapan bersama Lala karyawan kesayangan," sindir Alya.

Dimas mendengus kesal.

"Ayo sekarang kita keluar sekarang!" Alya menggendong bayinya dan membawanya keluar kamar.

Dimas menyusul langkah istrinya, "Aku mau berangkat kerja!"

"Pergilah, kenapa harus izin?"

"Alya, kamu kenapa 'sih?"

Alya tak menjawabnya dan memilih cuek.

Dimas ke meja makan meminta ART membuatkan teh hangat, ia meraih sepotong roti dan mengolesinya dengan selai kacang.

Dimas menikmati sarapan roti dengan teh hangat, setelah itu ia kembali menghampiri istrinya menyodorkan tangannya.

Alya menatap uluran tangan suaminya.

"Kamu tidak mau bersalaman denganku?" tanya Dimas.

Alya meraih tangan suaminya dan mengecup punggungnya.

Dimas mengecup kening putranya lalu berangkat ke kantor.

-

Dimas pulang lebih awal tepatnya jam 4 sore pria itu sudah berada di rumah.

Hal itu membuat Alya mengernyitkan keningnya dengan perubahan sikap suaminya.

"Dimana Rayn?"

"Dikamarnya."

Dimas membersihkan tubuhnya lalu menghampiri putranya yang berada dalam kotak bayi yang terbuat dari kayu. Mengangkat tubuh mungil itu dan menggendongnya.

Tiba-tiba saja Rayn buang air kecil membuat kaos yang dipakai Dimas basah.

"Alya!" teriaknya memanggil.

Alya datang tergopoh-gopoh menghampiri suaminya, "Ada apa, Mas?"

"Rayn membasahi bajuku!"

Alya tersenyum lalu mengambil alih gendongan putranya, "Anak pintar, ayo kita ganti baju!"

Alya lalu meletakkan bayinya di ranjang dan mengganti pakaiannya.

"Kamu juga ingin aku gantikan bajunya!" Alya melirik suaminya yang masih berdiri memperhatikan dirinya mengganti pakaian Rayn.

"Aku bisa sendiri!" Dimas bergegas meninggalkan kamar putranya.

Alya mengulum senyum.

Setelah berganti pakaian, Alya membawa putranya keluar kamar. Ia menghampiri Dimas yang juga baru membuka pintu kamar.

"Kamu tidak ingin menggendong Rayn lagi?"

"Nanti dia mengompol lagi."

"Jadi kamu mau menggendong dia kalau bisa buang air kecil sendiri," sindir Alya.

"Tidak juga, minimal dia pakai diapers," ujar Dimas.

"Aku sudah memakainya diapers, gendonglah dia!" Alya menyerahkan putranya kepada suaminya.

Dimas mengambil alih gendongan putranya. "Kamu mau ngapain?"

"Aku mau santai," jawab Alya tersenyum.

Alya meraih toples kaca berisi kentang goreng, ia lantas duduk di depan televisi sembari menonton siaran televisi.

Dimas berdiri sembari menggendong putranya, "Apa tiap hari kamu begini?"

Alya menggeleng-gelengkan kepalanya.

Dimas menghela nafas.

"Mas, istrimu ingin sejenak refreshing. Caranya seperti ini, jadi sebagai seorang suami bantulah ringankan pekerjaan aku," ucap Alya.

"Aku diluar juga kerja bukan bersantai," ujar Dimas.

"Mas, membantu istri di rumah itu berpahala. Lagian aku cuma menyuruh Mas Dimas menggendong Rayn bukan memandikannya atau mengganti popoknya," tuturnya.

Dimas pun terdiam.

Alya melanjutkan mengemil kentang goreng.

****

"Aku akan berangkat ke sana hari ini bersama papa, nanti mama akan menemani kamu," ujar Dimas sembari menyeruput kopi.

"Berapa lama di sana?"

"Paling lama seminggu."

"Kenapa cepat sekali?"

"Kamu mau aku pergi berlama-lama?"

Alya menggelengkan kepalanya.

"Jangan pernah menelepon atau apalah, karena ku tidak mau diganggu."

"Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan aku atau Rayn?"

"Semoga kalian baik-baik saja."

"Setelah dari sana, kamu ambil cuti 'ya!" pinta Alya.

"Aku tidak bisa," tolak Dimas.

"Kenapa?"

"Aku ingin mengambil cuti ketika Tria menikah, ku ingin fokus membantunya mengurus pernikahannya."

Ekspresi wajah Alya berubah kecewa.

"Aku berangkat, ya!" Dimas mengakhiri sarapannya, menarik koper kemudian pergi.

-

Sejam setelah Dimas pergi, Mawar datang seorang diri membawa beberapa buah dan cemilan buat Alya.

"Ma, memangnya kapan Tria akan menikah?"

"Kemungkinan lima atau enam bulan lagi," jawab Mawar. "Memangnya kenapa?" balik bertanya.

"Tidak ada, Ma. Memangnya Azzam telah datang melamar?"

"Belum."

"Dimas katanya mau ambil cuti ketika Tria menikah," ucap Mawar.

"Iya, Ma. Tapi itu sangat lama, padahal aku ingin memiliki waktu bersama dengan Mas Dimas," ungkap Alya.

"Nanti Mama akan nasehati Dimas agar mau menyempatkan waktu untukmu," janji Mawar.

-

Menjelang tidur, ponselnya Alya berdering tertera nama Dimas.

"Assalamualaikum, Mas."

"Waalaikumussalam," ucap Dimas.

"Ada apa meneleponku?"

"Aku hanya ingin bertanya kabar Rayn."

"Oh, dia baik-baik saja," ucap Alya ketus.

"Ya sudah, kalau begitu aku tutup teleponnya. Selamat malam, assalamualaikum." Dimas mengakhiri panggilannya.

"Waalaikumussalam, huft..." Alya menghela nafasnya.

****

Lima hari kemudian.....

Dimas pulang dengan menenteng 2 paper bag di sebelah tangan kirinya. Kopernya telah dibawa sopir kantor sampai depan pintu kamarnya.

Dimas melemparkan senyum tipisnya.

Alya membalasnya dengan senyuman singkat.

"Di mana Rayn?"

"Lagi tidur di kamarnya."

"Oh," ucap Dimas singkat.

Alya kembali menampilkan senyum singkat.

Dimas menyodorkan 1 paper bag kepada istrinya. "Buat kamu!"

"Untukku?"

"Ya."

"Terus satu lagi buat siapa?"

"Ini untuk seseorang."

"Lala?" tebak Alya.

"Bukan."

"Kekasih simpanan kamu?" Alya menuding.

"Tidak."

"Lalu?"

"Buat anakku."

Alya menghembuskan nafas kasarnya.

"Aku mau memberikannya langsung kepadanya."

"Ya ampun, Mas. Memangnya Rayn bisa bilang terima kasih, Papa."

"Biarin saja," Dimas memilih meninggalkan istrinya.

"Dasar aneh!" Alya menggerutu.

Dimas membersihkan diri lalu mengganti pakaiannya, setelah itu ia melangkah menghampiri putranya. Mengangkat tubuh bayi mungil itu.

Alya dengan cepat mencegah suaminya menggendong putranya.

"Kenapa aku tidak boleh menggendongnya?"

"Dia belum aku pakaikan diapers, nanti baju Mas Dimas basah," jawab Alya.

Dimas meletakkan kembali putranya.

Alya pun gegas memakaikan diapers.

Setelah memakaikan Rayn diapers, Alya menyerahkan putranya kepada suaminya. "Sekarang Mas Dimas aman dari kencingnya!"

Dimas tersenyum menerima putranya dalam pelukannya.

"Terima kasih oleh-olehnya, Mas."

"Ya, sama-sama."

"Sering-sering, ya."

"Kalau aku tidak lupa," ucap Dimas.

"Aku akan ingatkan Mas Dimas kalau punya istri yang cantik dan baik hati seperti diriku!" Alya tersenyum kemudian berlalu.

Dimas mengarahkan pandangannya menatap punggung istrinya seraya menarik kedua ujung bibirnya.

"Mas, mau dimasakin apa buat makan siang?" teriak Alya dari arah dapur.

Dimas menghela nafas.

"Kenapa dia harus berteriak-teriak untuk bertanya, sih?" Dimas ngedumel.

Dimas akhirnya ke dapur menghampiri istrinya.

"Mas, mau aku masakin apa?"

"Terserah," Dimas menekankan kata-katanya. "Jika ingin bertanya, jangan pernah berteriak!" lanjutnya.

Alya tersenyum lalu berkata, "Maaf!"

Terpopuler

Comments

Kinay naluw

Kinay naluw

woaah ada angin apa yang mengubah Dimas.

2023-02-25

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Menjual Mobil
2 Bab 2 - Kepergian Sang Papa
3 Bab 3- Alya Tinggal Bersama dengan Keluarga Dimas
4 Bab 4 - Menikah Siri
5 Bab 5 - Istbat Pernikahan
6 Bab 6 - Resepsi Pernikahan
7 Bab 7 - Tak Mendapatkan Oleh-oleh
8 Bab 8 - Dilarikan Ke Rumah Sakit
9 Bab 9 - Alya Cemburu
10 Bab 10 - Kado Buat Dimas
11 Bab 11 - Dimas Bertemu Clara
12 Bab 12 - Bertemu Azzam
13 Bab 13 - Alya Bertemu Clara
14 Bab 14 - Melahirkan
15 Bab 15 - Oleh-oleh
16 Bab 16 - Menghadiri Pernikahan Tria dan Azzam
17 Bab 17 - Makan Malam Berdua
18 Bab 18 - Dimas Mulai Perhatian
19 Bab 19 - Izin Bekerja
20 Bab 20 - Mendapat Pelukan
21 Bab 21 - Dibandingkan Dengan Tria
22 Bab 22 - Zania Sakit
23 Bab 23 - Menasehati Tria
24 Bab 24 - Alya Melahirkan Anak Kedua
25 Bab 25 - Dimas Membantu Alya
26 Bab 26 - Tria Melahirkan Anak Ke-2
27 Bab 27 - Tak Peduli
28 Bab 28 - Rayn Dilarikan Ke Rumah Sakit
29 Bab 29 - Bertanya Pada Tria
30 Bab 30 - Tria Bercerai Dari Azzam
31 Bab 31 - Mendapatkan Getahnya
32 Bab 32 - Azzam Menghilang
33 Bab 33 - Mendatangi Rumah Azzam
34 Bab 34 - Mengejar Azzam
35 Bab 35 - Tria Akan Dijodohkan
36 Bab 36 - Hak
37 Bab 37 - Bertemu Calon Istrinya Azzam di Mall
38 Bab 38 - Mawar Menyesal
39 Bab 39 - Belum Mampu Sepenuhnya
40 Bab 40 - Menghibur Tria
41 Bab 41 - Alya Cemburu
42 Bab 42 - Menghadiri Pernikahan Azzam
43 Bab 43 - Memberikan Ucapan Selamat Kepada Azzam
44 Bab 44 - Tak Setuju
45 Bab 45 - Arsen Khawatir
46 Bab 46 - Menolak Arsen
47 Bab 47 - Bertemu Zania dan Zadya
48 Bab 48 - Tria Dilarikan Ke Rumah Sakit
49 Bab 49 - Melamar Tria
50 Bab 50 - Memberitahu Maya Sebenarnya (End)
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Bab 1 - Menjual Mobil
2
Bab 2 - Kepergian Sang Papa
3
Bab 3- Alya Tinggal Bersama dengan Keluarga Dimas
4
Bab 4 - Menikah Siri
5
Bab 5 - Istbat Pernikahan
6
Bab 6 - Resepsi Pernikahan
7
Bab 7 - Tak Mendapatkan Oleh-oleh
8
Bab 8 - Dilarikan Ke Rumah Sakit
9
Bab 9 - Alya Cemburu
10
Bab 10 - Kado Buat Dimas
11
Bab 11 - Dimas Bertemu Clara
12
Bab 12 - Bertemu Azzam
13
Bab 13 - Alya Bertemu Clara
14
Bab 14 - Melahirkan
15
Bab 15 - Oleh-oleh
16
Bab 16 - Menghadiri Pernikahan Tria dan Azzam
17
Bab 17 - Makan Malam Berdua
18
Bab 18 - Dimas Mulai Perhatian
19
Bab 19 - Izin Bekerja
20
Bab 20 - Mendapat Pelukan
21
Bab 21 - Dibandingkan Dengan Tria
22
Bab 22 - Zania Sakit
23
Bab 23 - Menasehati Tria
24
Bab 24 - Alya Melahirkan Anak Kedua
25
Bab 25 - Dimas Membantu Alya
26
Bab 26 - Tria Melahirkan Anak Ke-2
27
Bab 27 - Tak Peduli
28
Bab 28 - Rayn Dilarikan Ke Rumah Sakit
29
Bab 29 - Bertanya Pada Tria
30
Bab 30 - Tria Bercerai Dari Azzam
31
Bab 31 - Mendapatkan Getahnya
32
Bab 32 - Azzam Menghilang
33
Bab 33 - Mendatangi Rumah Azzam
34
Bab 34 - Mengejar Azzam
35
Bab 35 - Tria Akan Dijodohkan
36
Bab 36 - Hak
37
Bab 37 - Bertemu Calon Istrinya Azzam di Mall
38
Bab 38 - Mawar Menyesal
39
Bab 39 - Belum Mampu Sepenuhnya
40
Bab 40 - Menghibur Tria
41
Bab 41 - Alya Cemburu
42
Bab 42 - Menghadiri Pernikahan Azzam
43
Bab 43 - Memberikan Ucapan Selamat Kepada Azzam
44
Bab 44 - Tak Setuju
45
Bab 45 - Arsen Khawatir
46
Bab 46 - Menolak Arsen
47
Bab 47 - Bertemu Zania dan Zadya
48
Bab 48 - Tria Dilarikan Ke Rumah Sakit
49
Bab 49 - Melamar Tria
50
Bab 50 - Memberitahu Maya Sebenarnya (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!