Bab 12 - Bertemu Azzam

Seminggu kemudian...

Dimas mengajak istrinya pergi ke rumah orang tuanya, sejak menikah baru beberapa kali mereka berkunjung.

Dimas mengenggam tangan istrinya ketika memasuki rumah, tentunya membuat jantung Alya berdegup kencang untuk pertama kalinya suaminya tampak begitu lembut dan romantis.

"Ayo Alya, silahkan duduk!" ucap Ivan.

Dimas tersenyum pada pemuda yang duduk di sebelah Tria.

"Papa sengaja mengundang kalian makan malam karena Tria ingin memperkenalkan seseorang kepada kita," ujar Ivan.

"Perkenalkan Kak Dimas dan Kak Alya, ini Azzam dia calon suami aku," Tria berkata bangga.

Azzam sedikit menunduk dan tersenyum.

"Aku dan Azzam akan segera menikah," ucap Tria.

"Setahun lagi," sahut Mawar ketus.

"Kenapa lama kali, Ma?" tanya Tria.

"Azzam harus menyanggupi permintaan kami, Nak." Jawab Mawar.

"Permintaan apa?" tanya Tria.

"Azzam harus mampu mengelar acara pernikahan kamu dengan meriah, apakah dia sanggup memenuhinya?" tanya Ivan.

"Insya Allah, saya sanggup Om!" jawab Azzam bersemangat.

"Pa, dia baru saja bekerja. Jangan meminta yang berlebihan begitu, kita 'kan bisa menggunakan uang pribadi," ujar Tria.

"Tapi, Papa mau dia mengeluarkan seluruh biayanya jika memang mencintaimu," ucap Ivan, kemudian pandangannya ia arahkan kepada Azzam. "Apa kamu mencintai putri kami? Dan bersedia membahagiakannya dan mengadakan pesta yang besar?" tanyanya.

"Saya sanggup, Om. Apapun itu saya akan berjuang untuk Tria karena saya begitu mencintainya," Azzam berkata dengan tulus.

"Sungguh kasihan sekali dirimu, Zam. Kamu mencintai wanita yang salah!" Alya membatin.

"Om beri waktu setahun buat kamu mengumpulkan biaya pernikahan," ucap Ivan.

"Iya, Om!" Azzam tersenyum semangat.

Selesai makan malam, Azzam berpamitan pulang kepada kedua orang tuanya Tria.

Dimas menghampiri papanya yang sedang membaca buku di ruangan kerjanya.

"Pa, kenapa meminta kepada calon suami Tria semua biaya pernikahan?"

Ivan menutup bukunya, "Papa belum siap melepas Tria dan Papa ingin tahu seberapa mampu pemuda itu berjuang."

"Apa kita tidak terlalu berlebihan?"

"Papa rasa tidak."

"Bagaimana jika dia tak mampu?"

"Berarti pemuda itu tidak cukup baik untuk adikmu."

-

-

Di kediaman Dimas...

Sebelum tidur, Alya berkata menyindir, "Sepertinya Azzam pemuda baik dan sopan, tapi kenapa mau dengan adikmu, ya?"

"Memangnya kenapa dengan adikku? Apa dia tidak boleh mempunyai suami yang baik?"

"Ya, boleh saja. Tapi, enaknya jadi Tria yang selalu menyakiti hati perasaan orang lain tetapi mendapatkan pemuda yang tulus mencintainya sementara aku ...."

Dimas mengarahkan pandangannya kepada istrinya.

"Hari ini sangat melelahkan, aku mau tidur!" Alya gegas menutup matanya.

Dimas merebahkan tubuhnya lalu menatap wajah istrinya yang matanya terpejam. "Kamu mau bilang jika dirimu baik tetapi mendapatkan suami seperti aku?"

Alya membuka matanya, "Ya."

"Mereka itu saling mencintai sedangkan kita..."

"Ya, aku salah yang tidak menolak pernikahan ini tapi ku sangat bahagia menjadi istrimu," Alya tersenyum.

"Menyerahlah!"

"Aku tidak menyerah meskipun adikmu sendiri yang memintanya," ucap Alya.

Dimas terdiam.

"Aku sangat mengantuk dan jangan ajakku berbicara lagi. Selamat malam, suamiku!" Alya memejamkan matanya.

***

Alya mempersiapkan sarapan pagi seperti biasa, lalu pergi ke kamar mempersiapkan kemeja kerja suaminya.

Dimas keluar dengan mengacak rambutnya.

Alya tersenyum ketika melihat jam tangan pemberiannya berada di atas nakas.

"Aku mau berpakaian, cepatlah keluar!"

Alya mengangguk, melangkah mendekati suaminya dengan cepat mengecup pipi pria itu kemudian berkata, "Terima kasih."

Dimas yang terkejut memegang pipinya tampak heran melihat sikap istrinya.

Alya bergegas keluar kamar.

"Kenapa dengan dia?" gumamnya. Dimas segera memakai pakaian kerjanya.

Melangkah keluar kamar menuju meja makan, lagi-lagi ia melihat istrinya melemparkan senyumnya.

"Aku senang Mas Dimas mau memakai jam tangan pemberian dariku," ucap Alya.

"Oh, aku tidak ingin benda ini menjadi barang tak berguna di lemariku!"

"Berarti Mas Dimas baik dong," ujar Alya.

"Baik, bagaimana?"

"Mas Dimas tidak mau barang-barang itu menjadi sia-sia dan mampu menghargai pemberinya," jawab Alya.

"Ya, terserah kamu menilai aku seperti apa."

"Aku malah akan semakin bangga dan bahagia jika Mas Dimas memberikan aku kado juga di hari ulang tahunku tiga hari lagi."

"Oh, jadi kamu sengaja berkata begitu karena ingin memberitahu hari ulang tahunmu?"

Alya mengangguk.

"Sungguh kasihan 'ya, tidak ada yang ingat dengan hari spesial dirimu," ucap Dimas.

"Andai Papa dan Mama masih ada, mereka pasti mengingatnya," kata Alya dengan wajah sendu.

Dimas menjadi merasa bersalah namun ia enggan meminta maaf.

-

Sesampainya di kantor, Dimas memperhatikan kalender yang berada di atas meja kerjanya.

"Apa aku harus memberikan kado untuknya?"

"Dia sebenarnya wanita yang baik tapi kenapa ku tidak bisa mencintainya?"

"Apa aku harus melepaskannya agar dia mendapatkan pria yang mencintainya dengan tulus?"

"Tapi, kenapa tak sanggup jika harus berpisah dengannya?"

Suara ketukan pintu membuyarkan lamunan Dimas, ia pun mempersilakan tamunya.

"Pak Dimas, saya ingin memberikan laporan ini!"

"Ya."

Laras meletakkan berkas di atas meja kerja Dimas.

"Laras, apa rencana kalian jadi pergi liburan ke pantai hari Jum'at ini?"

"Jadi, Pak. Pak Dimas ikut, kan?"

"Sepertinya saya tidak bisa."

"Kenapa, Pak?"

"Saya memiliki rencana lain dengan istri."

"Oh, begitu. Ya sudah tidak apa-apa, biar kami saja."

"Ya."

"Kalau begitu saya permisi, Pak."

Dimas mengangguk.

Laras pun pamit keluar dari ruangan kerja atasannya.

Tak lama kemudian, Lala datang ke ruangan Dimas.

"Ada keperluan apa kamu ke sini?"

"Kenapa tidak ikut pergi bersama kami?"

"Aku lagi malas saja."

"Dimas kita merencanakan ini jauh-jauh hari sebelum kalian menikah, masa kamu tidak ikut," ucap Lala.

"Aku tidak bisa, La."

"Ayo dong, Dimas. Kamu harus ikut, tidak seru jika kamu tak ikut," ujar Lala merayu.

"Aku ingin merayakan ulang tahun Alya, La."

"Oh, jadi kamu sekarang telah membuka pintu hati untuknya," ujar Lala.

"Bukan begitu, Lala?"

"Kamu 'kan bisa merayakannya setelah pulang dari pantai," jawab Lala. "Lagian liburan bersama karyawan jarang kita lakukan," lanjutnya berucap.

Dimas pun diam dan berpikir.

"Bagaimana, Dimas?"

"Baiklah aku ikut kalian," ucap Dimas.

Lala yang mendengarnya tersenyum senang.

****

Hari Jum'at yang ditunggu akhirnya tiba, Dimas bersiap berangkat ke kantornya dengan menenteng koper.

Alya menghampirinya, "Kamu mau ke mana, Mas?"

"Aku mau liburan ke pantai bersama dengan para karyawan dan beberapa orang teman."

"Kamu meninggalkan aku seorang diri di rumah ini dalam keadaan hamil."

"Usia kandungan kamu itu baru jalan lima bulan, tidak mungkin akan melahirkan lagian juga aku tidak pergi lama."

"Tapi, aku...."

"Jangan manja deh, kanan kiri itu rumah tetangga. Di komplek ini juga ada satpam," ujar Dimas.

"Tapi..."

"Sudah, jangan banyak bicara. Aku mau berangkat, besok pagi juga akan kembali," ucap Dimas.

"Iya, Mas. Hati-hati!"

Dimas menggeret kopernya dan memasukinya ke dalam mobil. Ia pun melesat ke kantornya.

Alya menatap kepergian suaminya dengan hati berkata, "Padahal aku berharap kamu ada di sini bersama merayakan ulang tahunku, Mas!"

-

Begitu sampai, Dimas dihampiri Lala yang melemparkan senyuman manisnya.

"Aku pikir kamu tidak jadi datang," ucap Lala.

"Aku pasti datang, apalagi ini liburan bersama dengan karyawan. Tapi, besok pagi aku lebih dahulu pulang dari kalian."

"Kenapa cepat sekali?"

"Ada urusan keluarga yang sangat penting," jawab Dimas berbohong.

"Oh, begitu."

"Ya, hemm aku ke sana 'ya!" Menunjuk ke arah beberapa temannya.

"Iya." Lala tersenyum tipis.

-

-

Malam harinya, sebelum menjelang tidur. Alya menikmati siaran televisi di kamarnya dengan menonton drama luar negeri kesukaannya.

Tiba-tiba ponselnya berdering membuat dirinya terkejut karena tidak biasanya benda tersebut menyala ketika malam hari.

Tak ada yang pernah meneleponnya hampir rata-rata teman atau orang-orang yang memiliki kontak telepon hanya mengirimkan pesan.

Alya pun meraih ponsel yang ada di nakas dan melihat nama si penelepon, "Mas Dimas!" lirihnya.

"Assalamualaikum, Mas!"

"Waalaikumussalam, Alya. Kamu di mana?"

"Aku di rumah, Mas."

"Tepatnya di mana?"

"Di kamar."

"Jangan pernah keluar rumah atau kamar, ya."

"Aku memang tidak pernah ke mana-mana jika telah malam, Mas."

"Kamu baik-baik saja 'kan?"

"Iya, Mas."

"Sehat 'kan?"

"Iya, Mas."

"Syukurlah." Menghela nafas lega.

"Mas Dimas kenapa?"

"Tidak apa-apa, aku hanya mengkhawatirkan kamu. Pintu rumah semua telah dikunci 'kan?"

"Sudah, Mas."

"Oh, ya sudah. Besok selesai sarapan pagi, ku akan kembali," ucap Dimas.

"Ya, Mas."

"Kalau begitu, aku tutup teleponnya. Jangan tidur terlalu malam dan jangan lupa minum vitaminnya," Dimas menasehati istrinya.

"Iya, Mas."

"Selamat malam!" Dimas menutup teleponnya.

Alya mengernyitkan keningnya menatap layar ponselnya, "Ternyata kamu begitu perhatian juga denganku, Mas!"

Terpopuler

Comments

Kinay naluw

Kinay naluw

kalo dekat ketus kalau jauh perhatian mendingan jauhan aja terus.

2023-02-25

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 - Menjual Mobil
2 Bab 2 - Kepergian Sang Papa
3 Bab 3- Alya Tinggal Bersama dengan Keluarga Dimas
4 Bab 4 - Menikah Siri
5 Bab 5 - Istbat Pernikahan
6 Bab 6 - Resepsi Pernikahan
7 Bab 7 - Tak Mendapatkan Oleh-oleh
8 Bab 8 - Dilarikan Ke Rumah Sakit
9 Bab 9 - Alya Cemburu
10 Bab 10 - Kado Buat Dimas
11 Bab 11 - Dimas Bertemu Clara
12 Bab 12 - Bertemu Azzam
13 Bab 13 - Alya Bertemu Clara
14 Bab 14 - Melahirkan
15 Bab 15 - Oleh-oleh
16 Bab 16 - Menghadiri Pernikahan Tria dan Azzam
17 Bab 17 - Makan Malam Berdua
18 Bab 18 - Dimas Mulai Perhatian
19 Bab 19 - Izin Bekerja
20 Bab 20 - Mendapat Pelukan
21 Bab 21 - Dibandingkan Dengan Tria
22 Bab 22 - Zania Sakit
23 Bab 23 - Menasehati Tria
24 Bab 24 - Alya Melahirkan Anak Kedua
25 Bab 25 - Dimas Membantu Alya
26 Bab 26 - Tria Melahirkan Anak Ke-2
27 Bab 27 - Tak Peduli
28 Bab 28 - Rayn Dilarikan Ke Rumah Sakit
29 Bab 29 - Bertanya Pada Tria
30 Bab 30 - Tria Bercerai Dari Azzam
31 Bab 31 - Mendapatkan Getahnya
32 Bab 32 - Azzam Menghilang
33 Bab 33 - Mendatangi Rumah Azzam
34 Bab 34 - Mengejar Azzam
35 Bab 35 - Tria Akan Dijodohkan
36 Bab 36 - Hak
37 Bab 37 - Bertemu Calon Istrinya Azzam di Mall
38 Bab 38 - Mawar Menyesal
39 Bab 39 - Belum Mampu Sepenuhnya
40 Bab 40 - Menghibur Tria
41 Bab 41 - Alya Cemburu
42 Bab 42 - Menghadiri Pernikahan Azzam
43 Bab 43 - Memberikan Ucapan Selamat Kepada Azzam
44 Bab 44 - Tak Setuju
45 Bab 45 - Arsen Khawatir
46 Bab 46 - Menolak Arsen
47 Bab 47 - Bertemu Zania dan Zadya
48 Bab 48 - Tria Dilarikan Ke Rumah Sakit
49 Bab 49 - Melamar Tria
50 Bab 50 - Memberitahu Maya Sebenarnya (End)
Episodes

Updated 50 Episodes

1
Bab 1 - Menjual Mobil
2
Bab 2 - Kepergian Sang Papa
3
Bab 3- Alya Tinggal Bersama dengan Keluarga Dimas
4
Bab 4 - Menikah Siri
5
Bab 5 - Istbat Pernikahan
6
Bab 6 - Resepsi Pernikahan
7
Bab 7 - Tak Mendapatkan Oleh-oleh
8
Bab 8 - Dilarikan Ke Rumah Sakit
9
Bab 9 - Alya Cemburu
10
Bab 10 - Kado Buat Dimas
11
Bab 11 - Dimas Bertemu Clara
12
Bab 12 - Bertemu Azzam
13
Bab 13 - Alya Bertemu Clara
14
Bab 14 - Melahirkan
15
Bab 15 - Oleh-oleh
16
Bab 16 - Menghadiri Pernikahan Tria dan Azzam
17
Bab 17 - Makan Malam Berdua
18
Bab 18 - Dimas Mulai Perhatian
19
Bab 19 - Izin Bekerja
20
Bab 20 - Mendapat Pelukan
21
Bab 21 - Dibandingkan Dengan Tria
22
Bab 22 - Zania Sakit
23
Bab 23 - Menasehati Tria
24
Bab 24 - Alya Melahirkan Anak Kedua
25
Bab 25 - Dimas Membantu Alya
26
Bab 26 - Tria Melahirkan Anak Ke-2
27
Bab 27 - Tak Peduli
28
Bab 28 - Rayn Dilarikan Ke Rumah Sakit
29
Bab 29 - Bertanya Pada Tria
30
Bab 30 - Tria Bercerai Dari Azzam
31
Bab 31 - Mendapatkan Getahnya
32
Bab 32 - Azzam Menghilang
33
Bab 33 - Mendatangi Rumah Azzam
34
Bab 34 - Mengejar Azzam
35
Bab 35 - Tria Akan Dijodohkan
36
Bab 36 - Hak
37
Bab 37 - Bertemu Calon Istrinya Azzam di Mall
38
Bab 38 - Mawar Menyesal
39
Bab 39 - Belum Mampu Sepenuhnya
40
Bab 40 - Menghibur Tria
41
Bab 41 - Alya Cemburu
42
Bab 42 - Menghadiri Pernikahan Azzam
43
Bab 43 - Memberikan Ucapan Selamat Kepada Azzam
44
Bab 44 - Tak Setuju
45
Bab 45 - Arsen Khawatir
46
Bab 46 - Menolak Arsen
47
Bab 47 - Bertemu Zania dan Zadya
48
Bab 48 - Tria Dilarikan Ke Rumah Sakit
49
Bab 49 - Melamar Tria
50
Bab 50 - Memberitahu Maya Sebenarnya (End)

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!