Lima bulan kemudian....
Hari ini acara resepsi pernikahan Tria dan Azzam yang berlangsung sangat meriah dan mewah.
Hal itu membuat Alya takjub dengan kemegahan pesta pernikahan adik iparnya. Ia menyenggol lengan suaminya sembari berkata, "Beruntung sekali dia bisa resepsi semewah ini!"
"Mereka saling mencintai dan Azzam begitu memperjuangkan cintanya," ucap Dimas.
"Berarti Mas Dimas tidak memperjuangkan aku?"
"Kita menikah karena terpaksa dan perjodohan jadi bersyukurlah sampai sekarang aku masih bersamamu."
Alya terdiam mendengarnya, senyumnya pun pudar.
Para rekan kerja dan sahabat Dimas datang turut memberikan ucapan selamat kepada kedua mempelai pengantin.
Tak lupa Dimas mengajak berfoto teman-temannya tanpa mengajak istrinya.
Alya yang sadar jika dirinya tak terlalu penting dalam hidup suaminya memilih menjauh dan fokus untuk menggendong putranya.
Alya memilih membawa Rayn di luar gedung, melangkah ke taman yang tak jauh dari lokasi acara.
-
Dimas yang dari tadi asyik mengobrol dengan para temannya mulai merasakan jika matanya tak melihat istri dan anaknya.
Dimas pun melangkah mencari Alya, mengedarkan pandangannya ke sekelilingnya.
"Apa kalian melihat Alya?" tanya Dimas kepada 2 orang sepupu perempuannya.
"Tadi dia ke arah taman," jawab salah satu diantaranya.
"Ya sudah, terima kasih!" Dimas bergegas ke arah taman.
Langkah Dimas terhenti kala melihat Alya tertawa lepas bersama dengan seorang pria yang ia kenal.
Alya dan pria yang dihadapannya menoleh ke arah Dimas, keduanya pun melemparkan senyuman.
Dimas kembali melanjutkan langkahnya, "Ternyata kalian di sini!" mengambil Rayn dari gendongan Hans.
"Aku lihat tadi Alya sendirian di sini, jadi ku menyapanya," ujar teman Dimas.
"Iya, Mas. Tadi Mas Hans ingin masuk ke gedung cuma di pintu utama masih mengantri tamu, jadi dia ke sini menyapa kami," jelas Alya.
"Sekarang sudah tidak mengantri, ayo masuk!" ajak Dimas.
Hans mengiyakan.
Dimas berjalan bersama dengan Hans dan Alya berada di belakangnya.
Hans menghampiri beberapa temannya dan mengobrol.
"Kalian sangat akrab, ya!" singgung Dimas.
"Kami baru pertama kali mengobrol," ucap Alya.
"Darimana dia tahu kalau kamu adalah istriku?"
"Dia 'kan datang ke acara pernikahan kita," jawab Alya.
"Ternyata dia masih ingat wajahmu," celetuk Dimas.
"Tentunya," Alya tersenyum bangga.
-
Beberapa teman Dimas termasuk Hans berpamitan kepada pengundang acara.
Lala tampak ketus karena rasa cemburunya kepada Alya.
Hans melemparkan senyumnya ke arah Alya, ketika teman-teman dan karyawan Dimas berlalu, "Lain waktu kita mengobrol lagi, ya!"
"Iya," jawab Alya.
"Istrimu ini orangnya ternyata asyik juga, aku baru tahu jika dia mantan wakil direktur JS Grup," ungkap Hans.
Dimas pun juga.
"Huss... sekarang aku hanya seorang ibu rumah tangga tapi menurutku itu juga mengasyikkan," ucap Alya tersenyum.
"Beruntung sekali Dimas mendapatkan istri dirimu," ujar Hans.
"Aku juga beruntung memiliki suami seperti Mas Dimas," Alya berkata sambil mengarahkan tatapannya kepada suaminya.
"Kalau begitu, aku pamit!" Hans pun berlalu.
"Sepertinya kalian tadi mengobrol banyak sehingga aku pun tidak tahu seperti apa masa lalu kamu," sindir Dimas.
"Mas Dimas yang tak pernah mencari tahu dan ternyata pria lain lebih mengenal tentang aku daripada suami sendiri," Alya balas menyindir.
-
-
Jam 4 sore, Dimas dan istrinya lebih awal pulang padahal acara berakhir pada pukul 6 sore.
Rayn yang rewel dan mengantuk membuat sepasang suami istri itu lebih dahulu meninggalkan gedung acara daripada keluarga lainnya.
Alya memandikan Rayn lalu lanjut memberikannya ASI.
Tak lama diberikan ASI, Rayn tertidur pulas di ranjang kedua orang tuanya.
Alya turun dari ranjang meninggalkan putranya yang tertidur lalu pergi ke dapur. Menyiapkan air hangat untuk membuat kopi.
Alya membawa 2 cangkir berisi kopi serta 4 buah potong kue bolu pandan.
Alya menyajikan di meja kecil yang terletak di teras belakang rumah.
Dimas sekedar menoleh ke arah istrinya lalu kembali fokus memainkan ponselnya.
Alya duduk di sebelah suaminya dan menyesap kopi hitam.
"Apa Rayn sudah tidur?"
"Sudah."
"Kamu tidak mandi?"
"Sebentar lagi," jawab Alya.
"Aku akan menjaga Rayn jika kamu mau mandi," ucap Dimas, karena mereka tidak memiliki ART yang menginap di rumah.
"Terima kasih, Mas."
"Kenapa kamu memilih aku?" tanya Dimas sembari menyesap kopi.
"Maksudnya?" Alya meletakkan cangkir.
"Dari awal aku selalu menolakmu tapi kenapa kamu masih mau bertahan denganku?"
"Karena takdir."
Dimas menarik sudut bibirnya.
"Jika bukan takdir yang mempertemukan, tak mungkin kita berdua menikah dan memiliki anak."
"Kamu 'kan bisa menghindar dan menolaknya," ucap Dimas.
"Seberapa kuat kita menghindari takdir jika Allah berkehendak kita bisa apa," ujar Alya.
"Padahal aku berusaha ingin menjauhimu," ungkap Dimas.
"Mas Dimas tidak mau memberikan kesempatan itu kepadaku?"
"Aku belum bisa."
"Meskipun ada Rayn di tengah kita?"
"Iya."
"Sekarang, aku pasrah dan akan mengikuti keinginan Mas Dimas," ucap Alya.
"Apa kamu mencintai pria lain?"
Alya tertawa sinis.
Dimas menoleh menatap istrinya.
"Apa Mas Dimas tidak melihat perjuangan aku saat ini?"
Dimas terdiam.
"Aku mencintaimu, Mas. Dari awal kita bertemu di showroom mobil, mungkin aku terlihat bodoh jatuh cinta kepada pria yang baru pertama kali berjumpa."
Dimas tak mampu berkata-kata.
"Seharusnya aku berusaha menolak perjodohan ini, namun ku malah menerimanya dengan senang hati meskipun Mas Dimas terang-terangan menolak. Maafkan aku, Mas." Alya tersenyum tipis.
Suara tangisan Rayn, membuat obrolan kedua orang tersebut berhenti.
Alya gegas berlari ke kamar menghampiri putranya.
Sementara Dimas masih duduk terdiam.
Alya membawa Rayn yang terbangun lalu ia serahkan kepada suaminya, "Aku mau mandi, tolong jaga dia!"
Alya bergegas ke kamar untuk membersihkan diri.
-
Malam harinya ketika makan malam, keduanya menikmati masakan tanpa mengobrol sama sekali. Ruangan tersebut tampak hening.
Selesai makan, Alya meletakkan piring ke wastafel lalu mendorong baby stroller ke kamar Rayn.
Alya memindahkan bayi berusia 5 bulan itu ke ranjang, mengecup kening putranya kemudian berlalu.
Alya kembali dapur membereskan piring di atas meja lalu mencucinya.
Selesai mencuci piring, Alya memilih ke kamar untuk menikmati siaran televisi di kamarnya.
Dimas pun juga masuk ke kamarnya, ia naik ke ranjang dan merebahkan tubuh di samping sang istri.
Alya tertawa melihat siaran komedi favoritnya.
Dimas memperhatikan istrinya yang sedang menonton televisi.
Alya yang sadar diperhatiin menoleh ke arah suaminya, "Tidak tidur, Mas?"
"Bagaimana aku bisa tidur, kalau kamu sangat berisik!"
"Maaf, Mas. Acaranya sangat menghibur sekali," ucap Alya lanjut menonton.
"Apa tiap hari kamu selalu menonton acara itu?"
"Ya."
"Rayn tidak terganggu tidurnya jika mendengar suara tertawamu?"
"Kadang, sih."
"Apa kamu bahagia menonton acara itu?"
Alya kembali menoleh, balik bertanya, "Maksudnya?"
"Apa kamu bahagia setelah menonton acara itu?"
"Ya, setidaknya acara ini sedikit membuatkan tersenyum," jawab Alya.
"Hampir tiap hari aku melihatmu tersenyum," ucap Dimas.
"Aku mencoba menutupi semuanya, Mas."
Dimas bangkit lalu duduk bersebelahan dengan istrinya, "Menutupi apa?"
"Aku kesepian, Mas."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 50 Episodes
Comments
Kinay naluw
usahamu dan perjuanganmu sia2 Alya manusia berhati seperti suamimu itu sudah tidak layak di sebut suami.
2023-02-25
0