"Bibiii..." lengking suara Renata menggema di rumah bibinya itu, beruntung rumah Bibinya itu agak berjarak dengan rumah tetangga.
Di depan pintu sana sudah ada Bibi Darmi yang menunggu bersama eko adik sepupu Renata yang baru mau masuk sd, umur 7 th.
"Suuutt... sudah larut malam teriak teriak, mengganggu tetangga saja kamu ini" oceh sang Bibi sambil memeluk Renata dengan sedikit kencang, betapa tidak, dia juga sangat merindukan ponakan bawelnya itu.
"Aku kira kakak sudah sampai di jakarta akan berubah, tidak akan jadi Tarzan lagi" sungut anak kecil itu, meledek Renata.
"Kamu ini, kecil kecil kenapa mulut mu itu seperti bon cabe level 10" kesal Renata menarik Eko ke dalam pelukannya.
"Kakak merindukan mu, karena kamu masih imut imut kayak marmut, yang masih bisa di peluk peluk kayak gini, ngak kayak bagus yang sudah remaja" keluh Renata memeluk Eko dengan erat.
"Kakak... lepas ih... ngap tau, datang datang mau bunuh anak orang emang mau jadi anak mama sendirian" kesal Eko, karena ngap di dekap sama kakak sepupunya itu.
"Kau ini, suka mengadi ngadi, mana ada begitu" kesal Renata.
"Ayo masuk, ngapain masih di pintu, berantemnya lanjut di dalam aja" titah Paman Diman.
Renata yang tersadar lansung menoleh kedalam ruang tamu itu.
Glek....
Renata menelan ludahnya kasar, Bapak moyangnya melihat Renata dengan pandangan menusuk.
"Kenapa diam di situ" tanya Ayahnya tegas.
"Yah..." ucap Renata menghampiri sang Ayah yang masih menatap tajam padanya. Renta menyalami sang Ayah dengan takzim.
"Masuk ke rumah itu baca salam, bukan teriak teriak kayak Tarzan, belum juga sehari sampai di jakarta, tapi sopan santun kamu sudah hilang" kesal sang Ayah.
"Iya Yah... maaf. Assalamualaikum..." ucap Renata gugup.
"Waalaikum salam..." telat ucap semau orang.
Renata cuma bisa cemberut mendengar jawaban keluarganya itu.
"Kenapa ngak dengar omongan Ayah?" tanya Ayah Renata, yang melihat anak gadisnya itu.
"Maaf Yah... Rena mau sama Bibi Yah, Rena Rindu sama Bibi... Hiks..." keluarlah jurus air mata buaya entah air mata kadal buntung.
"Ya ya sudah, ngak usah nangis" ucap Ayah Rena yang tidak bisa melihat Air mata sang anak, dan itu di gunakan oleh Rena sebagai tameng.
"Yesss..." gumam nya dalam hati.
"Sekarang makan gih...pasti kamu belum makan?" tanya sang Ayah membelai kepala Rena.
"Mandi dulu deh, lengket ini badan Rena, sudah dua hari Rena ngak mandi" oceh Renata
"Pantes bau asem" ledek Eko.
"Ncek kamu ini" omel Rena.
"Bi, Rena mau mandi?!" ucapnya manja.
"Ya sudah, kamu mandi aja, sementara kamu tidur bareng adik mu di kamar tengah, bawa tas kamu ke kamar di sana ada kamar mandi kok" ucap sang Bibi menerangkan.
Renata mengangguk tanda mengerti.
Byurrr..
Byurrr...
Renata mandi sedikit kilat, karena dia takut sudah terlalu dini untuk mandi.
Selesai mandi dia baru keluar dengan pakaian yang sudah berganti dan wajah yang sudah segar.
"Bi... enak banget mandi di sini, di dalam kamar pun ada kamar mandi, ngak kayak di kampung, kudu ke belakang dulu" celoteh Renata.
"Iya, makanya cepat cari kerja nanti bisa bantu Ayah sama Ibu buat bangun rumah yang ada kamar mandi di dalam kamar" semangat Bibi.
"Siap Bi, besok pagi antar Rena cari kerja ya Bi" ucap Rena semangat.
"Ngak harus besok juga markonah, istirahat dulu di sini beberapa hari di rumah, nanti baru Bibi anter cari kerjaan" ucap sang Bibi membelai kepala Renata dengan sayang.
Ayah Renata sungguh terharu melihat semangat anak gadisnya, yang selalu mau merubah nasib itu. Yang ingin membahagiakan orang tuanya.
"Semoga niatmu terlaksana nak" gumam sang Ayah.
Bersambung....
Jangan lupa like komen dan Vote ya... kasih Outhor semangat menulis ya😁😁😁
"Terimakasih..."
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments
Nurul Pky
sengsara
2024-09-16
0