"Aappaaa..."
Ucap Edo kaget.
"Kok gitu sih dek, mana bisa gitu abang kan suami kamu" ucap Edo.
"Istri sih istri bang... masa iya penganten baru aja kamar kayak gini, ngak di hargain banget, ngak ada satu pun yang baru, bahkan sepray pun sudah lusuh" protes Renata.
"Tapi... Dek" ucapan Edo terpotong dengan sanggahan Renata.
"Ngak ada tapi tapian" omel Renata.
Akhirnya Edo berjalan ke ruang tengah, menemui keluarganya.
"Ran..." panggil Edo kepada adik perempuannya.
"Apa bang..." cuek Rani.
"Balikin tempat tidur abang dan lemari abang" pinta Edo.
Renata yang mendengar dari dalam kamar lansung mengeram kesal.
"Ooo.... jadi itu tempat tidur sama lemari bang Edo, Haa... baru nikah sehari aja sudah begini, beruntung gue ikutin kata bibi" gumam Renata
"Apaa...." teriak Rani dan di lihat oleh keluarga yang lain.
"Balikin barang abang!" kesal Edo.
"Ngak mau, aku ini adik abang yang harus abang cukupi kebutuhannya, masa iya barang baru abang kasih sama orang asing yang baru masuk ke rumah ini!" kesal Rani.
"Hehh... Ran. itu emang seharusnya, dia kan istri abang, loe kan juga susah kerja, beli sendiri jangan ngambil hak orang loe!" omel Lila.
"Apaan sih loe.. " kesal Rani.
"Iyq tau tuh...kak Rani, dapat karma nanti baru tau rasa, masa kakak ipar sendiri di zolimi" oceh anak laki laki yang baru kls 3 SMP itu, yang bernama Heru.
"Ncek... bocil, tau apa loe!" marah Rani, di ceramahin oleh Heru.
"Tau lah gue..., emang loe, makanya saat belajar agama jangan tidur" kekeh Heru.
Sementara itu Edo masuk ke kamar Rani dan mengeluarkan isi lemari itu.
"Ru... Lila... bantuin abang..." teriak Edo.
Kedua kakak, beradik itu pun membantu Edo menggotong tempat tidur dan lemari beberapa balik.
Sementara orang tua Edo hanya diam, masa bodo.
"Sialan tuh... perempuan, baru juga jadi kakak ipar, masa ngak mau ngalah, apa susahnya tidur di lantai" dumel Rani.
"Lagian kamu juga sih, nyari gara gara, susah tau mau di ambil tempat tidurnya, se ngak ngaknya kamu rapiin kamarnya, biar terlihat rapi, ini ngak, sekarang di ambil kan perabotannya" dumel mama Edo.
"Tau bodoh di pelihara" oceh Papanya.
"Mama sudah dapat uang bang Edo?" tanya Rani.
"Sudah dong... enak saja perempuan itu mau megang uang dapur, tidak bisa lah.." mama Wita.
"Bagus itu... enak saja anak kita mau di kendalikan sama dia, dia kan juga kerja, jadi uang Edo tetap buat Mama, kan Mama yang lahirin Edo" celoteh Mama Wita.
"Benar itu..." sambung Papa musa.
Rena mendengar semua pembicaraan orang tua dan adik Edo, sakit sungguh sakit hatinya mendengar semua ucapan keluarga barunya itu.
"Dek..." panggil Edo.
"Apa...?" jawab Rena lesu.
"Ini kasurnya mau di tarok di mana?" tanya Edo.
Di sini aja, biar kelihatan lega" jawab Renata.
Akhirnya masalah perkasuran dan perlemarian selesai dan Renata menyimpan semua pakaian dia dan Edo di dalam lemari itu.
"Sudahkan...? jadi nanti malam bisa?" tanya Edo sendu.
"Belum, uang jatah aku mana?" ucap Edo.
Edo hanya bisa menghela nafas, mendengar permintaan sang istri.
"Ya ampun dek, emang ngak bisa bulan depan aja, nunggu abang gajian, kan tinggal seminggu lagi abang gajian?!" keluh Rido.
"Oo... sampai abang gajian aku puasa gitu, ngak makan makan gitu!' bentak Renata.
"Ya ngak gitu juga dek, kan kita bisa makan di sini, bareng bareng keluarga abang.
Makan di sini, iya tapi aku banyak makan di PT, apa di PT aku makan batu" sinis Renata.
Edo mengusap mukanya kasar, memang benar kata sang istri.
"Baik lah.. nanti abang minta sama mama" jawab Rido
Bersambung.....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 133 Episodes
Comments