Dengan meminjam motor Vespa milik Ranty, Tari menuju tempat yang dijanjikan oleh Moza. Dia tiba disebuah cafe elit yang berdiri dengan megah sekitar jam sembilan malam. Sebelum masuk kedalam, Tari memarkirkan kendaraan roda duanya diarea parkir motor.
Dari kejauhan dia melihat Moza berdiri tak jauh dari area parkiran. Tampaknya wanita itu sedang menunggunya. Tari berjalan mendekati saudara tirinya itu dengan ekspresi wajah yang datar.
"Tar, akhirnya kamu datang juga" Moza menyambut kedatangan Tari dengan ekspresi yang ceria.
"Kamu kenapa disini? Bukannya didalam?" Tanya Tari dengan tatapan tajam.
"Mmm, karena aku.... Aku...." Moza berkata dengan terbata-bata. Tampaknya dia bingung harus bicara apa.
"Kamu mau bicara apasih? Ayo cepat katakan. Aku tidak punya banyak waktu" Desak Tari dengan datar dan dingin.
"Mmm....." Moza tak kunjung bicara dengan jelas. Membuat Tari mulai kesal.
Namun tanpa Tari sadari, mata Moza sedang mengawasi seseorang yang berjalan mendekati mereka dengan pelan-pelan. Berusaha agar langkah kakinya tidak menghasilkan suara yang bisa terdengar oleh Tari yang berdiri membelakanginya.
Orang itu tak lain adalah Gerald. Posisi pria itu semakin dekat dengan Tari. Dengan senyum menyeringai yang tersungging dibibirnya, Gerald menutupi mata Tari dengan menggunakan kain panjang berwarna hitam ditangannya.
"Aauw! Apa-apaan ini?! Lepaskan! Moza!! Lepaskan aku!!" Tari terkejut saat tiba-tiba matanya ditutup dengan sehelai kain yang diikatkan kebelakang kepalanya.
Sembari berteriak dia berusaha menurunkan kain itu untuk mengembalikan penglihatannya, yang hilang akibat keberadaan kain itu. Namun dengan cepat Gerald sudah membekab mulutnya.
"Eump.... Hmmm....." Spontan Tari langsung berusaha menyingkirkan tangan itu dari mulutnya seraya berteriak. Namun semua usahanya percuma. Bekapan tangan Gerald terlalu kuat hingga membuat suaranya teredam.
Kemudian Gerald menyeret Tari pergi dari tempat itu. Meninggalkan Moza yang melambaikan tangannya tanpa merasa panik sedikitpun, melihat apa yang terjadi pada saudara tirinya didepan matanya.
"Selamat bersenang-senang Tari. Sekarang aku akan membuatmu merasakan permainan cinta yang sesungguhnya. Supaya tidak ada rekayasa lagi seperti sebelumnya" Moza bermonolog disertai senyum smirk.
🍁🍁🍁🍁🍁
Gerald terus menyeret Tari menuju parkiran dimana mobilnya berada. Tari masih berusaha berteriak dan memberontak, untuk melepaskan dirinya dari cengkeraman pria yang tidak diketahuinya itu.
Namun semua usahanya untuk melepaskan diri tetap sia-sia. Karena suaranya tetap tidak bisa keluar dengan jelas dari mulutnya, terhalang oleh tangan Gerald yang masih membekapnya dengan sangat kuat.
Begitupun dengan tenaganya yang tidak ada apa-apanya dibandingkan dengan tenaga Gerald yang memiliki ukuran tubuh yang kekar, berotot dan tentunya jauh lebih tinggi darinya. Tempat itu pun cukup sepi, sehingga tidak ada yang melihat apalagi menolongnya.
Gerald sudah mengatur semuanya, dengan menggunakan bantuan anak buahnya untuk mengamankan tempat itu, agar tidak ada sepasang mata pun yang melihat dan tangan yang menghalanginya, untuk bersenang-senang dengan mangsanya yang telah susah payah diburunya itu.
Begitu sampai dimobilnya, Gerald langsung membuka pintu belakang dan mendorong Tari dengan kasar. Membuat gadis itu terhempas dan tersungkur diatas jok mobil yang empuk. Dengan nafas terengah-engah karena ketakutan, Tari bangkit dan kembali mencoba untuk mengangkat kain hitam itu dari matanya.
Namun dengan cepat Gerald mencekal kedua pergelangan tangannya, merebahkan lalu menindih tubuhnya. Membuat Tari semakin dilanda ketakutan. Entah apa yang akan dilakukan pria itu terhadap dirinya sekarang.
Apalagi hidungnya mencium bau alkohol yang berasal dari tubuh pria itu. Tampaknya orang yang menyanderanya ini sedang dalam keadaan mabuk. Dan orang yang sedang berada dalam pengaruh alkohol biasanya bisa melakukan hal-hal yang gila!
Semoga kekhawatirannya tidak akan terbukti! Semoga Tuhan selalu melindunginya dari kejahatan!
"Lepaskan aku!! Siapa kamu!! Kamu pasti orang suruhan Moza kan?! Moza! Dimana kamu!! Dasar perempuan licik!! Aku bersumpah tidak akan pernah memaafkanmu!!" Tari kembali berteriak dan memberontak. Menggunakan seluruh tenaga yang dimilikinya untuk melepaskan dirinya.
Namun semua yang dilakukannya tetap tidak ada hasilnya, karena dia tetap kalah tenaga dengan pria itu. Sumpah serapah terlontar dari mulutnya yang meyakini keterlibatan Moza dalam hal ini. Gerald tidak mempedulikan apapun yang dikatakan wanita itu. Nafsu birahi mulai menguasainya.
Dengan satu tangannya Gerald mencekal kedua tangan Tari dan menaikkannya keatas kepala. Sedangkan satu tangannya lagi mencengkeram dagu gadis itu. Kemudian dia mulai menyalurkan hasratnya. Gerald menciumi bibir Tari dengan brutal. Setelah merasa puas, dia melepaskan bibir Tari dan mulai menelusuri leher wanita itu.
"Ahk! Mau apa kamu?! Lepaskan!!" Tari kembali berteriak. Rasa takutnya semakin bertambah lebih besar dari sebelumnya saat merasakan dirinya sedang dilecehkan.
Gerald masih tetap mengabaikan suara penolakan wanita itu. Dia masih tetap dengan aksinya. Menciumi leher Tari dengan penuh nafsu.
Tangannya menarik kemeja Tari dengan kasar. Membuat kancing kemeja itu langsung terbuka sekaligus. Bahkan ada beberapa yang terlepas dari tempatnya. Gerald juga menarik paksa kain berbentuk kacamata yang menyelubungi bukit kembar gadis itu, dan menerkamnya dengan buas.
"Tidak! Aku mohon jangan lakukan ini padaku! Aku mohon! Hiks!" Tari tetap tidak bisa berbuat apa-apa saat satu persatu pakaiannya dilucuti, dan tubuhnya pun mulai dijamah oleh pria bejad misterius itu.
Tenaganya mulai habis. Tubuhnya pun mulai kelelahan karena terlalu banyak melakukan perlawanan yang sia-sia. Butiran air mata mulai keluar dari sudut matanya. Dengan terisak-isak dia memohon belas kasian dari pria itu, agar tidak melakukan hal yang lebih jauh lagi terhadapnya.
Namun Gerald masih saja abai, sekalipun gadis itu sudah berurai air mata. Kenikmatan tubuh Tari benar-benar telah memikatnya seperti magnet. Apalagi ingatan kala gadis itu menyiramnya dengan makanan, dan mempermalukannya didepan umum hingga saat ini masih membekas dalam benaknya.
Membuatnya ingin melampiaskan hasrat dan dendamnya secara bersamaan. Dia membuka dan menurunkan celana Tari dengan kasar, hingga membuat bagian sensitif gadis itu terekspos.
"Arrgghhh!!!" Tari menjerit kesakitan saat mahkota berharga yang telah dijaganya selama dua puluh tahun, akhirnya direnggut dengan paksa oleh pria yang tidak dia ketahui seperti apa wajahnya itu.
Gerald membungkam mulut Tari dengan mulutnya. Berkali-kali dia memaju mundurkan miliknya dari milik Tari. Membuat gadis itu akhirnya pingsan karena tak kuat menahan sakit yang menghujamnya.
Namun Gerald tetap tidak menghentikan aksinya, sekalipun korbannya sudah tidak berdaya.
🍁🍁🍁🍁🍁
Fajar keluar dari cafe. Dengan langkah terseok-seok dia menuju parkiran dimana mobilnya berada. Sepanjang perjalanan dia terus meracau tak karuan, akibat pengaruh alkohol yang telah membuatnya mabuk berat dan mengaburkan akal sehatnya.
Sesampainya diparkiran, dia berhenti didepan sebuah mobil Lexus warna merah yang dia kira adalah mobilnya. Dia membuka pintu belakang mobil itu dengan sembarangan.
BRUK
"Fajar? Ngapain kamu disini?" Gerald yang masih menikmati tubuh Tari yang dalam keadaan tak sadarkan diri itu, terlonjak melihat kehadiran adik tirinya. Spontan dia langsung menghentikan aktivitasnya.
Dengan pandangan nanar Fajar menatap gadis yang terbaring tak sadarkan diri, dengan pakaian terbuka diatas jok mobil disamping Gerald itu.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments