"Aauw!!"
"Pergi kamu dari sini! Papa tidak butuh anak kurang ajar, liar dan tidak tau diri sepertimu! Yang bisanya hanya melempar kotoran kemuka Papa, dan mempermalukan nama baik keluarga besar Pratama!! Kalau kamu tidak mau merubah kelakuanmu, silahkan kamu pergi dari sini, dan silahkan kamu bersenang-senang bersama pria-priamu itu sepuas hatimu!!"
Perlakuan dan perkataan kasar Papanya membuat amarah Tari semakin membara, hingga dia mengepalkan tangannya dengan rahang mengeras.
Claudia mendekati suaminya dan mulai mencari muka dengan berlagak membela Tari. "Pa, Mama mohon Papa tenang dulu ya. Mama tau kalau Tari sudah mengecewakan Papa, tapi.... Apa Papa tega mengusirnya dari rumah ini? Dia mau tinggal dimana nantinya Pa? Tolong pertimbangkan lagi keputusan Papa...."
Tari bangkit berdiri dan memaki-maki ibu tirinya dengan suara keras dan berapi-api. "Hentikan aktingmu nenek lampir! Aku sudah muak dengan skenario kalian! Bukankah keinginanmu dan putrimu untuk menendangmu dari sini sudah tercapai?! Lalu apalagi yang kalian harapkan...?!"
"Tari cukup!!" Pekik Tristan yang membuat Tari tersentak dan langsung terdiam. Namun tidak membuatnya gentar atau ketakutan.
"Jaga ucapanmu! Biar bagaimanapun juga dia adalah Mamamu! Jadi jangan pernah kamu berani bersikap kurang ajar terhadapnya!"
"Dia bukan ibuku!! Dan aku baru menyadarinya hari ini! Benar apa kata orang, ibu tiri hanya akan menjadi ibu tiri!! Sampai kapanpun tidak akan pernah bisa menjadi ibu kandung! Dan bodohnya aku yang selama ini mengabaikan ucapan itu, sehingga aku bisa tertipu oleh mulut manis dan berbisa mereka...!!"
"Tutup mulutmu!!" Perkataan kasar Tari terhadap istrinya membuat Tristan semakin kalap. Hingga tangannya kembali terangkat sembari berteriak.
"Pa!" Sebelum tamparan keras yang berasal dari tangannya kembali diterima Tari untuk kesekian kalinya, Claudia sudah terlebih dulu menahan lengan Tristan yang hendak mendarat diwajah anak tirinya.
"Jangan Pa, kasian Tari. Tolong kendalikan emosi Papa. Mama mohon" Claudia berbicara dengan suara lembut dan pelan. Dia bersikap seakan-akan sedang berusaha meredakan emosi suaminya dengan masih memasang wajah sedih.
"Kamu lihat?! Dia sangat menyayangimu seperti anaknya sendiri!! Bahkan dia rela memasang badan demi melindungimu! Tapi apa balasan kamu terhadapnya?! Kamu malah menghina dan memfitnahnya dengan begitu buruk!" Tristan kembali memarahi Tari dan memuji-muji istrinya, seakan wanita itu adalah malaikat.
Membuat Tari semakin muak melihatnya! Betapa bodohnya dia selama ini yang tidak bisa melihat kelicikan wanita yang berstatus sebagai ibu tirinya itu! Dia tidak sadar bahwa dibalik mulut manisnya yang bagaikan madu, ternyata menyimpan racun yang sangat berbahaya! Dan sayangnya dia baru menyadarinya hari ini, setelah mereka berhasil menghancurkannya!
Sedangkan Moza hanya terdiam menyaksikan drama menegangkan itu. Senyum licik tersungging dibibirnya melihat akting Mamanya yang berada jauh diatasnya. Membuat wanita yang telah melahirkannya itu terlihat seperti seorang dewi dihadapan suaminya.
Tari tersenyum sinis kemudian dia menatap ibu dan anak itu. "Oh.... Begitu ya? Baiklah, aku ucapkan terima kasih banyak atas kasih sayang palsu yang selama ini Mama Claudia berikan untukku. Harus aku akui, Mama dan anak Mama yang licik itu adalah dua artis terhebat. Dan aku rasa, artis-artis ternama pun akan kalah ektingnya dengan kalian berdua.
Tapi ya Ma, seharusnya Mama biarkan saja suami Mama ini menamparku hingga aku semakin babak belur. Dengan begitu kita bisa sama-sama kekantor polisi untuk melaporkan soal kekerasan yang aku terima ini. Biar sekalian kita laporkan juga soal foto dan video hasil rekayasa kalian itu. Karena aku yakin polisi bisa menyelidiki dan mencari buktinya. Bukan begitu Mama dan... Kakak tiriku"
Tari berbicara dengan geram dan sinis. Dia bisa melihat raut ketegangan dan ketakutan diwajah kedua wanita licik itu, mendengar dirinya membawa-bawa nama polisi.
"Sudah cukup!! Jangan kamu pikir kalau Papa akan terpengaruh dengan sandiwaramu! Papa sudah muak dengan kelakuanmu!!" Sergah Tristan yang membuat Claudia dan Moza langsung bisa bernafas lega, lantaran Tari tidak berhasil mempengaruhi Papanya.
"Siti! Siti!!" Tristan berteriak-teriak memanggil pelayannya.
"Iya Tuan" Seorang pelayan wanita paruh baya berlari tergopoh-gopoh memenuhi panggilan Tuan majikannya.
"Kemasi semua barang-barang dia! Pastikan tidak ada satupun yang tersisa, dan bawa kesini!!" Titah Tristan sembari menunjuk Tari dengan suara kencang.
Pelayan bernama Siti itu tampak ragu ingin protes. "Mmm.... Maaf Tuan kalau saya lancang, apa Tuan yakin.... Ingin mengusir Nona Tari dari rumah ini?"
"Apa kamu tuli?! Kamu tidak dengar perintah saya?! Kamu kira saya sedang main-main?! Cepat lakukan apa yang saya perintahkan, atau silahkan kamu cari pekerjaan lain?!" Suara keras Tuan besarnya membuat Bu Siti tersentak dan takut sendiri.
Selama sepuluh tahun bekerja dikeluarga Pratama, baru kali ini dia melihat Tuan Tristan semurka itu. Entah apa yang sedang terjadi antara ayah dan anak yang selama ini sangat dekat dan harmonis itu. Kenapa tiba-tiba terjadi perseteruan hebat hingga berakhir dengan pengusiran seperti ini?
"Ba-baik Tuan. Akan saya lakukan" Karena tidak ada pilihan lain selain menurut saja, Bu Siti kembali masuk kedalam rumah. Beberapa menit kemudian dia kembali keluar, sembari menggeret koper besar berwarna pink milik Tari dan menyerahkannya pada Tristan dengan takut dan ragu.
"Ini Tuan"
"Ini!" Tristan mengambil koper itu dari tangan Bu Siti dan melemparnya dengan sembarangan hingga jatuh menggelinding diundakan tangga teras. "Ambil barangmu! Dan silahkan kamu enyah dari sini, sampai kamu menyadari semua kesalahanmu!!"
Dengan mata memerah, Tari menatap Papanya selama beberapa saat dengan perasaan marah dan kecewa. Kemudian dia berbalik berjalan dan mengambil kopernya. Dia kembali menatap Papanya dan berkata dengan lirih.
"Kita lihat siapa nantinya yang akan menyadari kesalahannya. Dan siapa yang nanti akan menyesal. Siapa yang berkata jujur, dan siapa yang sudah berdusta. Selamat tinggal" Tari berbalik dan berjalan sembari menggeret kopernya, meninggalkan rumah besar dan megah milik keluarganya itu.
"Tari! Tari tunggu!" Tristan berteriak dan hendak mengejar Tari, namun dihalangi oleh Moza dan Claudia. Tari terus berjalan menjauhi ketiga orang itu tanpa menggubris teriakan Papanya. Tanpa terasa air matanya kembali menetes. Air mata penuh kekecewaan, kemarahan dan kekalahan.
Flashback off
"Apa?!! Jadi mereka berdua menjebak dan memfitnahmu, sampai kamu dihajar oleh Papamu, bahkan sampai diusir dari rumah?!" Seru Ranty dengan terkejut.
"Keterlaluan! Jujur saja ya Tar, dari dulu aku memang sudah memiliki feeling yang tidak enak setiap kali melihat Moza! Aku merasa seperti melihat tatapan iri dan dengki yang dia simpan untukmu! Tapi aku tidak enak mengatakannya secara terang-terangan padamu. Karena bagaimanapun juga, dia juga sahabatmu.
Terlebih setelah orang tua kalian berdua menikah. Otomatis kalian sudah menjadi saudara. Dan aku lihat, kalian berdua cukup dekat. Jadi aku takut dituding sebagai provokator" Ranty berkata dengan sewot, mengeluarkan uneg-uneg yang selama ini dipendamnya.
Tari tertegun menatap sahabatnya. Bahkan Ranty saja selama ini menyadari hal itu?! Lalu mengapa dia tidak?! Entah dia terlalu lugu atau bodoh, sehingga tidak bisa melihat jika dibalik senyum manis dan penuh sayang yang selama ini dipancarkan oleh kedua wanita itu, ternyata tersimpan dusta dan tipu muslihat untuk menjatuhkannya!!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
tintakering
demi menguasai harta....
2023-06-21
1