"Sekarang kamu sudah mengerti apa kesalahanmu?! Bisa kamu jelaskan, apa yang sudah kamu lakukan dibar dan hotel itu?! Sudah berapa kali kamu pergi ketempat itu untuk dugem-dugem. Dan sudah berapa kali pula kamu tidur dihotel bersama lelaki-lelaki itu?! Hah?!!"
Tristan kembali bersuara dan mengejutkan Tari. Dia merasa waktu yang dia berikan pada anak itu untuk berpikir dan memahami kesalahan memalukannya sudah cukup!
"Pa, tolong dengarkan dulu penjelasanku! Ini tidak seperti yang Papa pikirkan. Ini salah paham...." Seru Tari.
"Kamu bilang salah paham? Coba jelaskan, dimana letak kesalah pahamannya?!"
"Oke iya, aku memang pernah datang keclub malam itu! Tapi aku hanya satu kali kesana! Dan aku berani bersumpah atas nama almarhumah Mama, aku tidak pernah melakukan apapun! Aku tidak pernah minum-minum, dugem-dugem apalagi sampai menyerahkan tubuhku pada lelaki-lelaki itu! Dan hanya club malam saja, karena aku tidak pernah merasa pernah datang kekamar hotel dan melakukan perbuatan-perbuatan vulgar bersama lelaki-lelaki itu!!
Ada orang yang sudah merekayasa semua ini! Lagipula saat aku keclub malam, saat itu juga Moza yang mengajak dan membujukku untuk pergi kesana dengannya! Bukan aku sendiri yang berinisiatif untuk kesana! Waktu itu dia mengadakan acara reunian dengan teman-teman SMAnya diclub itu! Dan dia memintaku untuk menemaninya! Iya kan Moz?!"
Tari berusaha keras membela dirinya, lantaran dia merasa tidak bersalah. Kemudian dia melirik Moza dengan tatapan penuh harap, agar saudara tirinya menjelaskan semua kebenarannya supaya kesalah pahaman ini selesai sekarang juga.
"Ma-maksudmu apa Tar? Kok kamu malah memfitnahku? Aku bahkan tidak mengerti apa yang kamu katakan. Memangnya kapan aku pernah mengajakmu ketempat-tempat seperti itu? Aku bahkan tidak pernah suka pergi kesana. Setiap kali aku dan teman-temanku mengadakan acara reunian, kami selalu mengadakannya di Caffe atau dirumah salah satu dari kami.
Untuk apa di diclub malam segala? Tolong jangan libatkan aku untuk menutupi perbuatanmu Tar. Aku tidak bisa berbohong pada Papa yang sudah begitu baik padaku selama ini. Aku sudah bilang berkali-kali kan, aku tidak bisa berbohong untuk menutupi perbuatan memalukanmu"
Tari terkejut dan tertegun mendengar pernyataan Moza yang tidak sesuai dengan kebenaran dan ekspektasinya. Seakan-akan wanita itu membenarkan segala tuduhan yang ada untuknya.
"Moza? Apa yang kamu katakan?! Jelas-jelas kamu tau semua kebenarannya...." Seru Tari dengan kesal dan bingung kenapa Moza bisa mengelak dan berbohong.
"Cukup!!!" Sergah Tristan yang membuat mereka semua terlonjak dan langsung terdiam karena ketakutan. "Kamu tidak perlu menjadikan orang lain sebagai kambing hitam untuk menutupi kesalahanmu!!" Tristan kembali menghardik Tari dan menunjuk Moza dengan jari telunjuknya.
"Tapi aku...." Tari tidak tau harus berkata apalagi untuk membela dirinya dari fitnah itu, saat orang yang dia harapkan akan mengklarifikasi kejadian yang sebenarnya untuk sedikit meringankan tuduhan terhadapnya, malah memutar balikkan fakta yang membuatnya semakin tertuduh!
"Pa, aku minta maaf karena selama ini aku sudah tidak jujur pada Papa. Sebenarnya aku sudah lama mengetahui hal ini. Tapi aku terpaksa menutupinya, karena aku takut memperkeruh keadaan...." Dengan lancarnya Moza berkata dusta sembari memasang wajah sedih yang terlihat sungguhan.
"Jadi kamu juga tau semua ini?!! Dan kamu juga sudah membohongi Papa?!!" Tristan memarahi Moza dengan suara lantang, karena berhasil terpengaruh dengan ucapan putri sambungnya itu.
"Pa, Papa tenang dulu ya. Bukan hanya Moza, tapi Mama juga tau semuanya. Dan Mama yang melarang Moza untuk cerita sama Papa" Claudia menimpali dengan suara pelan dan terdengar sedih.
"Apa?" Tristan mengernyitkan keningnya dengan marah.
Sedangkan Tari semakin terperangah mendengar pengakuan Mama dan Kakak tirinya yang memojokkannya dengan tuduhan yang tidak benar! Dia masih belum mengerti kenapa Mama Claudia dan Moza tega mengatakan hal dusta tentangnya! Kenapa mereka berbohong dan terang-terangan memfitnahnya didepan Papanya?!
"Mama tau Mama salah Pa, tapi Mama tidak punya pilihan lain. Mama takut Papa akan marah jika tau semua ini. Mama pikir Mama bisa menyelesaikan masalah ini sendiri, ternyata Mama salah. Mama sudah berulang kali menasehati Tari untuk menghentikan pergaulannya itu, bahkan Mama juga sudah mengancamnya. Tapi, semuanya percuma...."
Claudia berkata dengan menggunakan wajah sedih dan air mata yang terlihat tulus untuk melancarkan kebohongan dan fitnahnya. Sandiwaranya jauh lebih meyakinkan ketimbang Moza yang juga jago berakting.
Tari maju selangkah kedepan dengan langkah lebar. Kemudian meraung, memaki-maki kedua wanita licik itu dengan suara keras dan lantang.
"Dasar serigala berbulu domba! Bisa-bisanya kalian memutar balikkan fakta seperti ini!! Apa salahku sampai kalian tega memfitnahku seperti ini?!! Jadi ini sifat asli kalian yang sebenarnya!! Ternyata selama ini aku sudah salah! Aku pikir kalian berdua adalah malaikat! Ternyata kalian iblis...!"
PLAKK!!
Dengan amarah yang semakin membumbung tinggi, Tristan menarik lengan Tari dan kembali memberinya tamparan keras. Membuat gadis itu terhuyung menghantam dinding. Untung saja tidak terlalu keras, meskipun cukup menyisakan rasa sakit pada tubuh mungilnya.
"Jaga bicaramu! Papa tidak pernah menyangka, ternyata bukan hanya kelakuanmu saja yang kotor, tapi mulutmu pun sama kotornya!" Tristan kembali membentak dan memaki Tari. Pengakuan istri dan anak tirinya tentang kelakuan anak itu selama ini, membuat darahnya semakin terasa mendidih dan meledak!
Ditambah lagi ucapan kasar yang dia lontarkan barusan membuatnya merasa telah salah mendidik anak, karena selama ini terlalu memanjakan gadis itu.
"Mulutku akan kotor saat aku menghadapi orang-orang kotor seperti mereka...!" Tari tidak mau kalah atau diam lagi. Dengan kemarahan yang juga sudah menguasai dirinya, dia ikut menyeimbangi suara keras dan lantang Papanya dan menunjuk dua wanita yang sebelumnya dia sayangi, namun sekarang sangat dia benci setelah dia mengetahui kelicikannya! Air mata sudah berlinang diwajah cantiknya.
"Tari!!!" Perkataan Tari membuat kemurkaan Tristan semakin parah. Sembari memekik keras dia kembali mengangkat tangannya, hendak dilayangkan kewajah Tari yang sudah lebam dan berdarah akibat tiga tamparan yang dia berikan sebelumnya. Namun kali ini dia berhasil menahan dirinya, hingga tangannya tetap berada diudara.
"Kenapa berhenti?! Ayo tampar! Bukankah Papa masih belum puas memberiku tamparan?! Ayo lanjutkan! Kalau perlu silahkan bunuh aku, supaya kalian semua bisa berpesta untuk merayakan kematianku!!" Pekik Tari sembari mengarahkan pipinya kedepan Papanya dengan berani dan tanpa rasa takut sedikitpun, lantaran sudah merasa kebal dengan tiga tamparan sebelumnya.
"Sini kamu!" Tristan mengerang penuh kemarahan. Kemudian dengan kasar dia menarik tangan Tari, dan menyeretnya melewati ruangan demi ruangan dengan langkah lebar. Claudia dan Moza mengikuti mereka dari belakang dengan santainya.
"Pa, cukup Pa! Kasian Tari Pa! Tolong maafkan dia!" Seru Claudia yang masih menggunakan air mata dan kesedihan palsunya. Seakan-akan sedang berusaha mencegah dan menenangkan suaminya yang sedang kalap.
Padahal hatinya merasa begitu sumringah dengan pertunjukan yang semakin seru itu. Mereka berharap endingnya adalah.... Terusirnya Tari dari rumah mewah itu. Khususnya dari keluarga besar Pratama.
Begitu mereka sampai didepan pintu keluar, Tristan langsung mendorong dan menghempaskan tubuh Tari dengan kasar. Hingga gadis itu terhuyung dan jatuh tersungkur kelantai keramik teras.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments
tintakering
seru thor....👍
2023-06-21
0