Dan yang lebih membuat mereka terkejut adalah, melihat Tari yang membuat masalah dengan pria bernama Gerald itu yang membuat suasana menjadi semakin menegangkan.
"Tari, apa yang kamu lakukan?" Tegur Ranty dengan terkejut atas tindakan Tari yang membuat masalah menjadi semakin besar.
"Kamu! Berani kamu...." Gerald melototi Tari dan berkata dengan geram. Dia memandangi tubuhnya sendiri dengan geli dan jijik,
melihat kondisi penampilannya yang lebih hancur dari sebelumnya seperti kucing yang jatuh dalam got.
Dan kali ini dilakukan dengan sengaja oleh pelayan jal*ng itu! Namun Tari tidak terlihat takut sedikitpun. Dia membalas tatapan lelaki itu dengan tatapan menantang.
"Kenapa Tuan? Apa yang akan anda lakukan padaku sekarang? Apakah anda akan menghina dan menghujatku juga? Atau menyiramku juga, sama seperti yang anda lakukan pada sahabatku ini?" Tari tersenyum sinis.
"Wow. Padahal menurutku, anda ini adalah orang yang terhormat, terpandang dan berpendidikan. Berbeda dengan kami yang hanya pelayan rendahan yang payah dan bodoh seperti yang anda katakan. Tapi anda malah membuang-buang waktu hanya untuk melayani pelayan bodoh dan tidak becus seperti kami.
Apa anda tidak sadar Tuan, kalau anda sedang menunjukkan pada kami semua yang ada disini, bahwa anda jauh lebih rendah dan bodoh dari kami, karena anda tidak memiliki attitude.
Sekarang aku tanya, berapa lama anda menempuh pendidikan di perguruan tinggi? Sehingga anda bisa menjadi salah satu tamu kehormatan ditempat ini? Sampai S3? Sampai diluar negeri?
Berapa banyak uang yang anda habiskan untuk itu? Apakah uang yang anda miliki tidak cukup untuk mempelajari attitude? Atau anda hanya bisa bersandar dibalik nama besar keluarga anda? Apakah hanya itu pegangan yang anda miliki untuk membuat orang lain takluk dan tunduk pada anda? Karena selain itu, anda tidak memiliki apapun yang bisa anda banggakan Tuan besar yang terhormat"
Panjang lebar Tari melontarkan hinaan untuk membalas perbuatan lelaki itu terhadap Ranty. Membuat semua orang semakin menatapnya dengan takjub. Jujur dalam hati, mereka semua setuju dengan apa yang dikatakan oleh gadis itu. Namun mereka semua enggan untuk turut campur.
"Apa katamu...?!" Gerald menggeram marah dan menaikkan oktaf suaranya. Seperti seekor singa yang berdesir darahnya untuk menerkam mangsa dihadapannya.
"Berani-beraninya kamu menghina dan mempermalukan cucuku. Apa kamu tidak tau sedang berurusan dengan siapa pelayan kurang ajar?!" Oma Violet yang sedari tadi hanya diam menahan malu, akhirnya ikut bersuara dengan nada menekan, lantaran merasa tidak terima melihat pelayan rendahan itu menghina dan mengejatj cucu kesayangannya.
"Maaf Nyonya besar yang terhormat. Tapi aku rasa, aku tidak perlu tau siapa kalian. Karena kelakuan cucumu ini sudah cukup untuk membuatku menilai, jika kalian jauh rendah dari pelayan seperti kami. Anda tidak terima saat orang lain menghina cucu anda. Tapi anda diam saja saat cucu anda menghina dan membully orang lain tanpa ampun?" Ujar Tari dengan nada lembut namun menusuk.
"Tari hentikan! Sudah cukup! Kenapa kamu selalu saja membuat keonaran?! Apa kamu masih belum puas dengan apa yang sudah kamu lakukan kemarin?! Kenapa kamu bisa menjadi seperti ini sekarang?!"
Tristan ikut menegur Tari dengan kesalnya melihat tindakan anaknya yang menyerang tamu, dan ikut melibatkan dirinya dalam perdebatan orang lain membuatnya malu dan spontan bersuara.
Tari terkejut melihat kehadiran Papanya bersama istri dan putri sambungnya ditempat itu. Namun dia tidak terlalu lama berlarut-larut dalam keterkejutan. Dia tau jika saat ini Papanya masih marah padanya, gara-gara masalah itu. Begitupun dengan apa yang dia lakukan saat ini.
Dan hal itu pasti akan membuat pria itu semakin murka dan malu. Tapi dia sudah tidak peduli lagi. Karena dia tidak pernah merasa melakukan kesalahan baik kemarin, maupun kali ini. Toh dia hanya membela temannya dari hinaan dan bullyan pria tidak beretika itu.
"Anda kenal, dengan pelayan kurang ajar ini?" Tanya Oma Violet yang membuat Tristan menjadi gugup dan salah tingkah. Merasa bingung harus menjawab apa. Seketika mulutnya langsung terkatup rapat.
"Anda juga tau nama dia? Memangnya dia siapa anda?" Timpal Astrid dengan alis bertaut. Kini semua mata tertuju pada Tristan. Seakan sedang menanti jawabannya dengan penasaran.
Tari bisa melihat kegugupan dari gestur Papanya. Sepertinya lelaki itu malu mengakuinya sebagai anak. Entah karena video rekayasa tempo hari, atau karena profesinya yang sekarang hanya sebagai pelayan katering.
Mungkin sekarang Papanya sudah bahagia bersama istri dan anak sambungnya, tanpa kehadirannya. Jika memang itu keinginannya maka baiklah, dia sama sekali tidak keberatan untuk diam perihal hubungan mereka yang sesungguhnya.
"Tidak Nyonya. Tidak mungkin Tuan besar yang terhormat dan terpandang seperti beliau, bisa mengenal gadis rendahan dan hina seperti saya. Mungkin Tuan besar ini beberapa kali pernah hadir, dalam pesta yang menggunakan jasa katering tempat saya bekerja. Karena itulah beliau bisa tau nama saya. Benarkan Tuan?"
Tari menjawab pertanyaan Oma Violet dan Astrid, namun matanya terus tertuju pada Papanya dengan tatapan yang mendalam dan penuh kekecewaan.
Tristan menatap putri tunggalnya dengan termangu. Hatinya terasa teriris-iris mendengar perkataan putrinya sendiri yang enggan mengakuinya sebagai ayah. Meskipun dia sendiri merasa bimbang dan tidak tau harus mengakui gadis itu sebagai anaknya atau tidak, dalam situasi yang sedang kacau seperti ini.
"Tari, Ranty, berani-beraninya kalian membuat kekacauan seperti ini! Bahkan kalian sampai ribut dengan tamu! Usaha katering saya bisa terancam gulung tikar gara-gara kalian! Mulai detik ini, kalian berdua saya pecat! Sebelum kalian membuat saya semakin rugi!"
Seru Bu Retno yang tau-tau sudah muncul, dan langsung mengomeli kedua karyawannya yang sudah merusak acara kliennya itu.
"Bu tapi...." Ranty hendak memprotes, namun dengan cepat Tari menyela ucapannya.
"Iya Bu tidak apa-apa. Kami terima keputusan Ibu dengan lapang dada. Maaf kalau kami sudah membuat kekacauan. Ayo Ran" Tari berkata dengan tenang dan lancar tanpa merasa panik sedikitpun.
Kemudian dia menarik tangan Ranty untuk meninggalkan aula itu, tanpa menghiraukan tatapan-tatapan terpana semua orang yang terus ditujukan padanya.
🍁🍁🍁🍁🍁
"Tar, kenapa sih kamu harus melakukan semua itu? Sekarang kita berdua jadi dipecat kan" Omel Ranty begitu mereka berdua tiba dikos-kosannya.
"Lalu aku harus bagaimana? Tanpa aku melakukan itu juga kamu akan tetap dipecatkan, gara-gara lelaki angkuh dan sombong itu? Sekalipun kamu sudah meminta maaf dan memohon-mohon padanya. Dia malah bersikap semena-mena terhadapmu. Masak sebagai sahabat aku diam saja sebagai penonton gratisan" Jawab Tari dengan santainya sembari merebahkan tubuhnya diatas sofa.
"Iya. Tapi setidaknya kan hanya aku saja yang dipecat. Sedangkan kamu masih bisa bekerja disana" Ranty ikut duduk diatas sofa didepan Tari.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments