Tari bangkit dan berjalan sembari berujar dengan lirih dan tatapan menerawang.
"Iya Ran, aku memang bodoh. Aku tidak bisa membedakan mana sahabat dan mana musuh yang diam-diam menusukku dari belakang. Dan karena kebodohanku, sekarang aku harus kehilangan segalanya. Padahal rumah itu menyimpan banyak sekali kenangan antara aku dan almarhumah Mama sejak aku kecil. Tapi sekarang.... Dua wanita licik itu berhasil membuatku ditendang dari sana" Air matanya kembali keluar tanpa dapat dicegah.
Ranty ikut beranjak dari sofa dan mendekati Tari dengan penuh simpati. Dia memegang pundak sahabatnya dengan lembut. Berusaha menyemangatinya.
"Aku tau ini berat, tapi kamu harus percaya kalau semua ini hanya ujian untukmu. Dan aku tau kamu kuat dan mampu melewati semua ini. Sekuat mentari yang menyinari bumi dan mampu menciptakan panasnya terik. Jadi jangan mau kalah dengan namamu. Oke?"
Tari tersenyum kecut menatap Ranty. Kata-kata semangat yang dilontarkan gadis itu membuat perasaannya sedikit lebih tenang. Dia memegang tangan Ranty yang berada dipundaknya dengan lembut. "Iya, terima kasih ya Ran, atas dukunganmu. Untuk saat ini, hanya kamu yang bisa aku harapkan"
"Lalu sekarang apa rencanamu kedepannya?"
"Kalau kamu tidak keberatan, untuk sementara waktu boleh ya... Aku numpang disini? Aku janji tidak akan menyusahkanmu. Aku akan membantumu untuk bayar kos-kosannya. Begitupun untuk biaya makan kita sehari-hari. Karena aku sudah tidak tau lagi harus kemana"
Tari menatap Ranty dengan penuh harap. Jujur dia merasa tidak enak jika harus membebani gadis itu karena masalahnya. Namun dia benar-benar tidak tau harus minta tolong pada siapa lagi.
"Aku tidak keberatan kok kamu tinggal disini. Malah aku senang karena ada temannya. Tapi maaf ya, aku tidak bisa membantu banyak. Karena kamu tau sendirikan, kondisi ekonomiku? Aku hanya anak rantau yang sedang menimba ilmu dikota ini" Ujar Ranty dengan perasaan bersalah dan tidak enak.
"Kamu tidak perlu minta maaf, karena aku sangat memahami keadaanmu. Dengan kamu mengijinkanku tinggal disini saja, itu sudah sangat membantu dan membuatku berterima kasih padamu"
"Tapi Tar, tadi kamu bilang kalau kamu akan ikut membantu bayar kos-kosannya. Memangnya kamu punya uang? Bukankah kamu sudah diusir oleh Papamu? Bukan tidak mungkin kalau... Semua fasilitasmu juga dicabutkan?" Terka Ranty dengan ragu.
"Iya juga sih, kamu benar. Lalu aku harus bagaimana?" Ujar Tari bingung. Lalu dia mulai berpikir selama beberapa saat, hingga sebuah ide masuk dikepalanya. "Ran, kalau boleh, apa aku bisa meminta bantuanmu sekali lagi saja?" Tari kembali menatap Ranty dengan penuh harap.
"Kamu butuh bantuan apalagi memangnya? Katakan saja. Selama aku bisa, pasti akan aku usahakan untuk membantu semampuku" Jawab Ranty dengan yakinnya.
"Mmm... Begini, kira-kira ditempat kerjamu sedang butuh karyawan baru tidak ya? Kalau ada, bisa tidak kamu coba bicarakan dengan atasanmu? Siapa tau aku bisa ikut kerja disana bersamamu"
"Kalau lowongan sih.... Aku rasa ada. Karena sekarang job kita sedang lumayan padat. Tapi kamu yakin, mau ikut kerja ditempatku? Memangnya kamu bisa, bekerja dibagian katering?" Ranty bertanya dengan ragu, memastikan kesanggupan Tari pada jenis pekerjaan yang ditekuninya.
"Aku bisa kok. Kan aku juga bisa masak. Lagipula.... Bagiku tidak masalah mau kerja apa saja. Yang penting halal" Jawab Tari dengan antusiasnya.
"Ya sudah kalau memang kamu yakin. Nanti coba deh, aku bicarakan dulu dengan atasanku"
"Terima kasih banyak ya Ran. Kamu memang sahabat terbaikku. Aku janji tidak akan pernah melupakan bantuanmu ini" Ujar Tari dengan sumringahnya.
"Sudah tidak usah terlalu dipikirkan. Bukankah itu gunanya sahabat? Harus saling membantu. Ya sudah, lebih baik sekarang kamu masukkan kopermu kekamar. Biar aku panaskan makanan dulu. Kamu pasti belum makan malam kan?"
"Iya"
"Ya sudah aku kedapur dulu" Ranty menuju dapur, meninggalkan Tari dengan perasaan puas dan lega. Setidaknya untuk sementara waktu dia sudah memiliki tempat tinggal, dan pekerjaan juga.
Semoga ini akan menjadi awal yang baik untuk kehidupan barunya kedepan. Dia akan membuktikan pada Papanya bahwa dia bisa hidup mandiri dengan cara yang halal. Tidak sekotor yang dituduhkan!
Walaupun saat ini nama baiknya sudah hancur berkeping-keping Dimata keluarga Pratama. Tapi dia tidak akan pernah menyerah untuk membuktikan bahwa dirinya tidak bersalah!
🍁🍁🍁🍁🍁
Sementara itu Moza dan Mamanya sedang bergembira merayakan keberhasilan mereka dalam menyingkirkan Tari dari keluarga Pratama, dan membuat namanya tercemar dimata Tristan.
"Akhirnya ya Ma, batu sandungan kita tersingkir juga dari sini" Ujar Moza dengan sumringahnya.
"Hebat kamu sayang. Mama tidak menyangka kalau kamu bisa menjebak Tari dan memanipulasi semuanya. Bahkan foto dan video itu sampai terlihat begitu asli dan tanpa rekayasa. Tidak sia-sia ya, kamu membayar mahal temanmu yang seorang ahli kreator itu" Timpal Claudia yang juga tidak kalah sumringah dengan putrinya.
Mereka sangat bahagia lantaran rencana mereka untuk menyingkirkan satu-satunya penghalang mereka, untuk menguasai Tristan dan Pratama group berjalan dengan lancar.
Tidak sia-sia rencana mereka untuk menjebak Tari dengan alasan reunian, Moza berhasil mengajaknya kediskotik. Disana mereka sudah ada orang yang mereka bayar untuk berpura-pura sebagai teman-teman SMA Moza, yang mereka tugaskan untuk menggoda Tari.
Namun sangat sulit untuk merusak dan menjerumuskan gadis itu, lantaran dia terlalu lugu dan alim. Sangat menjaga harga diri dan nilai-nilai keluarganya, sehingga dia sangat anti dengan dugem-dugem, alkohol dan semua yang berhubungan dunia malam.
Bahkan dia juga mengancam akan mengadukan Moza pada Papanya jika gadis itu masih tetap memaksanya. Akhirnya Claudia dan Moza menggunakan siasat lain, lantaran merasa tidak mungkin bisa menggoyahkan prinsip dan kealiman Tari yang begitu kuat, yang takutnya justru malah menjadi boomerang untuk mereka sendiri.
Akhirnya mereka berdua mengatur siasat licik dengan membayar mahal seorang kreator ahli dan profesional, yang juga kenalan baik Moza saat SMA. Menggunakan keahliannya untuk merekayasa dan mengedit foto dan video Tari saat berada diclub malam waktu itu.
Sehingga Tari terlihat begitu menikmati momen dugem-dugem dan mabuk-mabukan ditempat itu. Bahkan foto dan video itu direkayasa dengan sedemikian rupa dan dalam jumlah yang banyak, dengan latar dan adegan yang berbeda, namun kegiatan dan tempat yang sama.
Untuk membuat kesan seolah-olah Tari sudah sangat terbiasa dugem, mabuk-mabukan diclub malam bersama banyak lelaki yang dia biarkan untuk menyentuh bagian tubuh sensitifnya dengan seenaknya.
Dan yang lebih parahnya lagi, mereka juga merekayasa foto dan video-video panas diatas ranjang kamar hotel dengan Tari sebagai pemeran wanitanya. Semua itu mereka lakukan supaya gadis itu terlihat liar, nakal dan murahan dihadapan Papanya sendiri. Dan hal itu pasti akan membuat Tristan marah besar dan malu mengakui gadis itu sebagai putri kebanggaannya.
Semua itu mereka lakukan lantaran mereka sadar, jika cepat atau lambat Pratama group pasti akan jatuh ketangan Tari selaku putri tunggal Tristan. Dan mereka tidak ingin hal itu sampai terjadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 104 Episodes
Comments