Cinta kedua untuk Ardian.
Ardian menatap langit-langit kamar hotel tempat di mana sekarang ia melakukan hubungan terlarang bersama dengan Amanda teman, ranjangnya.
Ia baru saja selesai melakukan itu bersama dengan Amanda, bahkan wanita itu kini tertidur dengan wajah tenangnya. Sepertinya dia kelelahan, karena Amanda terlalu bersemangat tadi saat mereka bermain catur.
Suara ponselnya membuat Ardian tersadar dari lamunannya. Bahkan pria yang masih bertelanjang dada itu bisa melihat ponselnya yang sedang menyala diatas nakas samping tempat tidurnya.
"Siapa yang menelepon ku?" Ucap Ardian mengambil ponselnya lalu mengangkatnya tanpa melihat nama sang penelepon.
"Tuan, apakah anda sedang sibuk?"
"Tidak, aku tidak sibuk. Ada apa Jidan?"
"Sepertinya kita harus kembali ke kota B, tuan. Karena ada masalah dari perusahaan utama." Jelas Jidan diseberang sana.
"Baiklah, aku akan kembali." Tanpa mengatakan apapun lagi, Ardian langsung mematikan sambungan teleponnya dan segera turun dari atas kasur.
"Apakah kau akan pergi sayang...." Tanya Amanda yang sudah membuka matanya, karena tadi ia mendengar obrolan Ardian dan juga sekretarisnya.
"Ya... Saya harus kembali karena ada pekerjaan yang harus saya selesaikan." Jawab Ardian mengambil satu persatu pekainan nya yang berceceran di lantai.
"Secepat itu?.... Kau tidak ingin bermain lagi?"
"Tidak Amanda, pekerjaan saya lebih penting." Jawab Ardian."Saya sudah memesankan pekainan untukmu dan belanja lah sepuas mu, disana ada uang untuk mu. Jika kurang kamu bisa meminta nya lagi." Jelas Ardian sambil memakai pakaian satu persatu.
"Apakah kamu tidak ingin menjalani hubungan ini dengan serius, Ardian?"
"Kau tau Amanda kalau saya tidak suka hubungan yang serius, Karena menurut saya itu hanyalah permainan biasa." Jelas Ardian dengan wajah seriusnya."Tidurlah, saya akan keluar." Ucap Ardian sambil mengenakan pakaian yang tadi ia lepaskan.
Setelah pakaian lengkap kembali ditubuhnya Ardian melangkah keluar dari kamar hotel itu meninggalkan Amanda yang masih tidur.
Sedangkan Amanda tidak mencegah kepergian Ardian. Padahal mereka baru saja melakukan hubungan terlarang, tapi wanita itu tidak berniat untuk meminta pertanggung jawaban sama sekali, karena menurutnya hubungan ini sudah biasa hal untuknya dan ia juga tidak ingin berhubungan serius dengan setiap pria yang pernah tidur dengannya karena uang lebih penting menurut Amanda dari pada tangung jawab. Sama halnya seperti Ardian, yang mau meniduri wanita tanpa berniat untuk bertanggung jawab, karena menurutnya hubungan serius itu akan berujung perpisahan sama seperti hubungan nya dengan mantan istrinya dulu.
"Tidak apa-apa Amanda, dia baru saja memberikan mu uang dengan jumlah yang banyak. Maka nikmatilah hari mu hari ini...." Ucap Amanda sambil tersenyum bahagia.
🍃🍃🍃🍃🍃
Hari terus berlalu menjadi minggu dan bulan, Tidak terasa waktu semakin cepat berlalu dan banyak hal yang kita lewati. Mungkin tidak ada yang berubah, karena waktu kita hanya terbuang dengan kesibukan kita selama ini, bahkan hari-hari biasanya sama seperti hari sebelumnya, Hanya saja dengan cerita yang berbeda.
.
.
Matahari yang belum sepenuhnya muncul dan menampakkan sinarnya hanya sedikit tidak membuat orang-orang yang ingin menghabiskan waktu mereka di pagi hari di hari weekend dengan tidur ditempat tidur. Karena masih terlalu pagi tapi orang-orang banyak yang menghabiskan waktu mereka dengan berolahraga.
Sama halnya seperti wanita berusia tiga puluh tahun yang terlihat masih muda dari usia itu yang terlihat sedang lari pagi, bahkan kini baju kaos yang ia kenakan sudah basah karena keringat.
Sampai wanita itu berhenti disebuah kursi taman untuk mengistirahatkan tubuhnya yang terasa lelah setelah berlari tadi.
"Ambilah..." Nadila menatap kearah botol itu beralih kearah orang yang memberikan botol itu kearahnya.
"Jerry..." Azkia langsung tersenyum saat melihat sahabatnya berada di taman yang sama dengannya."Kamu berada disini juga?" Tanya Nalda sambil menerima air yang Jerry berikan.
"Iya, Nal. Kebetulan aku joging disini." Jawab Jerry sambil duduk disebelah sahabatnya itu."Sendiri atau sama Annchi?"
"Sendiri, soalnya Annchi sedang ada fashion show di Korea."
"Aku sampai melupakan itu, kalau dia terlalu sibuk akhir-akhir ini." Ucap Jerry berlari menatap kearah langit yang kini sudah semakin terang."Nal..."
Nalda menangapi panggilan sahabatnya itu dengan bergumam."Apakah kamu masih ingin sendiri dan tidak mau menerima seseorang dalam hidup mu?..." Nalda langsung menoleh kearah Jerry saat mendengar pertanyaan sahabatnya itu."Ini sudah enam tahun setelah kamu putus dengannya, tapi aku lihat kamu masih betah sendiri, tanpa berpikir untuk menikah....." Ucap Jerry dengan serius. Posisi kepalanya yang tadi menatap kearah langit kini beralih menatap kearah Nalda dengan dalam.
"Aku belum bisa Jerry.." Jawab Nalda dengan lirih dan tidak berani menatap Jerry yang terus menatapnya tanpa berpaling.
"Belum bisa move on?"
"Bukan karena itu."
"Lalu?"
"Aku hanya ingin sendiri."
"Sampai kamu melupakan, kalau aku menunggu jawaban dari mu selama bertahun-tahun ini."
Sungguh ucapan Jerry membuat Nalda merasa bersalah."Tapi kamu tau Jerry, kalau aku tidak menyuruh mu untuk menunggu, karena aku tidak bisa memberikan kamu jawaban yang tepat." Jawab Nalda yang kini berani menatap sahabatnya itu."Maaf Jerry aku tidak bisa menerima mu dan aku mohon jangan buat persahabatan kita hancur karena perasaan kita." Jelas Nalda dengan tatapan bersalah, bahkan wanita itu bisa melihat wajah kecewa dari sahabatnya, Jerry.
Ya, selama bertahun-tahun mereka menjadi sahabat, tapi Nalda tidak tau kalau ternyata selama ini Jerry menyimpan perasaan padanya. Bahkan Nalda tidak tau, kalau Jerry adalah pria pertama yang menyukainya, hanya saja pria itu tidak berani mengungkapkan perasaannya selama ini. Sampai dimana Nalda putus dengan mantan kekasihnya dan dari situ Jerry berani mengungkapkan perasaannya. Tapi Nalda tidak menerima nya karena ingin sendiri. Nalda juga tidak tau kalau selama ini Jerry terus berharap sampai sekarang agar Nalda menerima dia sebagai kekasihnya.
"Maaf aku kembali mengungkitnya Nalda.... Tapi aku benar-benar menyukaimu dan aku akan tetap menunggu walaupun kamu tidak akan pernah memberikan jawaban sekalipun." Ucap Jerry dengan serius.
"Tapi Jerry, bagaimana kalau aku tidak memberikanmu jawaban lagi?"
"Aku akan tetap menunggu, sampai kamu mengatakan iya."
"Kamu terlalu keras kepala Jerry, kamu tau, kalau kamu miliki masa depan yang panjang jadi untuk apa kamu menunggu ku!" Tekan Nalda.
"Karena kamu masa depan ku Melisenda Nalda Alessandro." Jawab Jerry, membuat Nalda hanya bisa menggelengkan kepalanya kecil, karena heran dengan jawaban pria disampingnya itu.
"Terserah kamu saja Jerry. Tapi jangan menyesal nantinya."
"Aku tidak akan menyesal."
Sungguh jawaban Jerry, membuat Nalda tidak bisa pikir dengan jernih karena bingung dengan pemikiran pria itu, yang menurutnya terlalu sempit. Bagaimana tidak berpikir seperti itu. Kalau Jerry mau saja menghabiskan waktunya tanpa mencari wanita lain hanya untuk menunggu nya. Bahkan Jerry tau, kalau ia bisa saja menjawab tidak untuk yang kesekian kalinya, tapi pria itu masih saja setia. Sungguh pikiran sahabatnya itu terlalu sempit.
.
.
Nalda mengayuh sepeda melewati kompleks perumahan mewah dengan senandungnya yang merdu. Wanita itu melewati setiap rumah mewah di sana.
Sebenarnya tadi saat Nalda akan pulang kerumahnya, Jerry ingin mengantarkan Nalda pulang. Hanya saja Nalda menolak dan beralasan ingin pulang sendiri. Walaupun Nalda mau ikut bersama dengan Jerry pasti tidak akan bisa, karena Jerry membawa motor. Jika sampai mereka berboncengan, lalu sepeda Nalda bagaimana?
Aaaa
Astaghfirullah
Bakkkkk
Sepeda Nalda langsung jatuh bersamaan dengan Nalda. Karena Nalda tidak melihat kalau ada lubang didepannya dan terlalu asyik dengan lamunannya, membuat wanita itu harus jatuh dari sepeda nya.
Karena terlalu keras menghantam aspal membuat legan serta kakinya terluka, walaupun bukan luka besar tapi tetap terasa sakit.
"Bismillah...." Nalda mencoba untuk berdiri, tapi sangat sulit, karena kakinya terasa sangat sakit saat ia memaksakan nya untuk berdiri."Sepertinya kakiku keseleo.." Lirih Nalda yang dengan pasrah duduk kembali di posisi tadi, bahkan ia tidak kuat menggeser sepeda yang masih menindih sebagian dari kakinya.
Nalda mencoba untuk tenang dan melihat ke sekitarannya siapa tau ada orang yang lewat dan mau membantunya. Tapi sepertinya pagi ini terasa sepih di kompleks itu karena satupun orang tidak ada yang melintas.
"Apa yang harus aku lakukan.... Aku juga tidak bisa seperti ini, karena takut kalau luka nya akan infeksi kalau tidak segera di obati." Ucap Nalda menghembuskan nafasnya dengan pasrah karena ia benar-benar tidak bisa melakukan apapun sekarang.
Saat Nalda masih dalam keadaan pasrah, tiba-tiba saja ada mobil yang berhenti tepat disampingnya. Nalda yang melihat mobil itu mengerutkan keningnya, karena sepertinya ia mengenal mobil siapakah itu.
"Apa yang kamu lakukan disitu?" Mendengar suara orang itu, membuat Nalda menatap orang yang baru saja turun dari mobilnya dan kini sedang menatapnya."Kita bertemu lagi." Ucapnya sambil terkekeh membuat Nalda menjadi kesal mendengar ucapan pria itu.
"Jika kamu ngga niat buat mengolokku, sebaiknya kamu pergi!" Ketus Nalda dengan wajah kesalnya. Sedangkan pria itu bukannya takut, tapi dia malah tertawa.
"Hahah, Nalda, Nalda. Kalau sampai aku pergi, lalu yang membantu mu siapa? Kamu tau kan kalau hari ini adalah weekend, pasti orang-orang banyak liburan atau mereka sedang berada didalam rumah, jadi tidak ada yang keluar.."
"Kalau aku sampai meninggalkan mu, aku yakin kalau kamu akan berada disitu satu hari penuh karena tidak ada yang akan membantumu." Jelas pria itu sambil tertawa karena merasa lucu dengan wajah Nalda yang semakin terlihat kesal saat mendengar jawaban darinya.
"Jika kamu ingin membantuku, kenapa kamu tidak melakukannya!" Ketus Nalda kesal.
"Karena aku ingin kamu menyebut namaku, Nalda, dengan lembut." Jawab nya sambil tersenyum."Jika aku ingin membantu mu sebut namaku. Ayo, atau aku tinggal nih?"
Nalda hanya diam tidak menjawab ucapan pria itu, karena ia tidak mau menuruti permintaan bodoh pria didepannya."Baiklah, jika kamu tidak mau, aku pergi nih." Ucap nya yang ingin melangkah meninggalkan Nalda.
"Jangan pergi...." Lirih Nalda yang langsung menghentikan langkah pria itu."Baiklah, aku akan menyebut nama mu, tapi tolong aku." Senyuman pria itu langsung mengembang saat mendengar jawaban pasrah dari wanita itu.
"Sangat manis, aku suka wanita yang pasrah seperti mu." Batin pria itu sambil tersenyum penuh arti.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Tuan Ardian Tolong
PaMud Mampir
2023-06-09
1