Cinta kedua untuk Ardian.
"Kalian?" Ucap Nalda terkejut sekaligus bingung saat melihat, siapa yang datang bertamu kerumahnya."Dari mana kalian bisa mengetahui kompleks perumahan saya?"
"Dari rumah sakit tempat nona Nalda bertugas." Jawab Jidan."Kedatangan kami kesini, Ingin menanyakan sesuatu kepada anda, dokter." Ucap Jidan kembali dan langsung pada intinya.
"Apa yang ingin kalian tanyakan?" Tanya Nalda bingung. Padahal kedua pria itu baru dua kali bertemu dengannya, tapi kedua pria itu sudah menanyakan sesuatu, Bahkan mereka sampai mengetahui rumahnya dimana.
"Apakah anda mengenal gadis kecil, bernama Naila Harum Syah?" Tanya Ardian membuka suara.
"Yah, saya mengenalnya." Jawab Nalda bingung, karena pria didepannya menanyakan gadis kecil, yang sudah menjadi pasiennya."Apa maksud kalian menanyakan tentang gadis kecil itu?" Tanya Nalda dengan penasaran, menatap curiga pada kedua pria didepannya. Takut-takut, kalau merekalah orang yang menculik Harum dan membuat gadis itu trauma.
"Saya hanya ingin tau, kenapa gadis kecil itu harus melakukan terapi? Apakah gadis kecil itu memiliki gangguan mental, sehingga harus sering berkonsultasi dengan anda?"
Nalda mulai mengerti kenapa pria itu bertemu dengannya kemarin di rumah sakit. Sampai-sampai menjadi pasiennya. Ternyata, pria itu ingin mengetahui informasi tentang gadis kecil, yang memang sengaja Fazar sembunyikan identitasnya dari orang-orang. Karena Fazar tidak ingin membuat mental anak angkatnya semakin rusak, karena orang-orang mengetahui siapa sebenarnya Harum.
"Maaf tuan, saya tidak bisa memberitahukannya kepada anda. Karena ini adalah frivasi pasien saya! Dan orang lain tidak boleh mengetahuinya, termasuk anda. Apalagi anda bukan siapa-siapa gadis kecil itu."
"Berapa Fazar memberikan anda uang sampai anda ikuti menyembunyikan semua informasi gadis kecil itu? Saya akan memberikan lebih dari uang yang Fazar memberikan?" Tanya Ardian dengan santainya, tanpa memikirkan perasaan wanita didepannya. Bahkan kata-kata pedas Ardian sudah mulai keluar.
Entah kenapa, Ardian merasa emosi saat tidak mendapatkan informasi apa-apa selama berbulan-bulan ini mencari tau. Rasanya Ardian ingin berhenti, tapi hatinya selalu memaksa nya untuk tetap mencari tau tentang gadis kecil itu, Yang belum tentu ada hubungan dengannya.
Nalda mengepalkan tangannya geram dengan pria didepannya. Dari semalam sampai hari ini, pria itu tidak pernah mengucapkan kata-kata yang baik terhadapnya. Pria itu malah menganggapnya wanita rendahan, sampai-sampai mengatakan hal yang buruk terhadap dirinya.
"Saya bukan orang seperti itu tuan!! Uang tidak akan bisa mengunci mulut saya! Saya sengaja menfrifasi semua informasi semua pasien saya, agar mereka tenang dan tidak perlu takut!!" Tekan Nalda tegas, menatap pria didepannya dengan tajam. Sedangkan Jidan, dari tadi hanya mendengarkan, Karena dia tidak ingin ikut-ikutan masalah tuan dan wanita didepannya.
"Sungguh anda berani tuan." Batin Jidan memuji keberanian tuannya itu, yang terlalu berlebihan menurutnya.
"Bukannya setiap wanita sama saja?" Ucap Ardian sambil tersenyum miring menatap Nalda dengan rendah.
"Wanita tidak sama tuan! Pikiran anda yang membuat anda berpikir kalau setiap wanita itu sama." Jawab Nalda tegas."Jika tidak ada lagi ya dibicarakan, anda bisa keluar dari rumah saya! Kerena kedatangan kalian hanya menganggu saya saja." Usir Nalda karena merasa sangat kesal dengan pria didepannya itu. Bukannya datang dengan baik-baik, mereka malah mendatanginya hanya untuk memancing emosinya saja, bahkan kata-kata pedas Ardian sangat menyakitkan di kupingnya.
"Baiklah." Jawab Ardian berdiri dari duduknya yang di susul oleh Jidan."Tapi besok, saya akan datang kembali, Untuk menanyakan hal yang sama, sampai anda sendiri mau memberitahukan saya tentang informasi gadis kecil itu." Ucap Ardian, sebelum dia benar-benar melangkah keluar dari rumah Nalda.
"Saya tidak akan pernah memberitahukan anda tuan, walaupun anda membunuh saya sekalipun!" Tegas Nalda."Sekarang keluar sebelum saya melaporkan kalian ke pihak kepolisian." Ucapan Nalda barusan bukannya membuat Ardian pergi dari rumah Nalda karena takut, melainkan pria itu malah tersenyum penuh arti.
"Sempurna." Satu kata yang membuat Nalda, termasuk Jidan mengerutkan kening mereka bingung, saat Ardian mengatakan sempurna? Emangnya apa yang sempurna? Pikir Nalda.
"Sempurna. Kau adalah wanita yang sempurna, untuk menjadi istriku." Nalda membulatkan matanya tidak percaya, saat mendengar ucapan Ardian barusan. Sungguh ucapan yang terdengar sangat menjanjikan ditelinga Nalda. Apalagi ucapan itu di ucapkan oleh Ardian. Pria yang membuat dirinya emosi setiap mendengar ucapan pria itu.
"Ihhh, Siapa juga yang mau menjadi istrimu tuan! Itu sangatlah menjijikkan!" Ucap Nalda berkedik ngeri menatap Ardian dengan jijk.
Sedangkan Jidan, hanya menutup wajahnya mengunakan satu tangannya untuk menutupi wajahnya yang diam-diam tersenyum, karena merasa lucu dengan ucapan tuannya itu, yang terdengar lucu.
"Jangan sampaikan, anda tertarik dengan pesona saya." Jawab Ardian dengan sangat santai, tidak lupa dengan rasa percaya diri yang besar.
"Dasar pria gila, saya tidak akan tertarik dengan anda! Sana keluar!" Usir Nalda untuk kedua kalinya, membuat Ardian benar-benar melangkah keluar dari rumah Nalda."Ingat, jangan pernah temui saya lagi!!" Setelah mengatakan itu, Nalda langsung menutup pintu rumahnya dengan kasar. Bukan bermaksud tidak sopan, hanya saja Nalda emosi dengan tamu nya kali ini. Bukan saja menghinanya dengan kata-kata pedasnya, tapi pria itu sangat tidak ada bersikap sopan seperti tadi.
"Siapa saja, yang menjadi pendampingnya, Semoga mereka betah menghadapi mulutnya yang pedas itu." Umpat Nalda mengintip lewat jendela, menatap mobil itu yang sudah berlalu keluar dari kawasan rumahnya.
.
.
"Jidan, cari tau semua informasi tentang wanita itu!" Suruh Ardian menatap Jidan lewat kaca spion.
"Untuk apa, tuan?"
"Pokoknya cari tau, nanti kamu akan tau, Jidan."
"Baiklah tuan." Jawab Jidan pasrah, yang terpaksa menurut daripada tuannya itu marah dan memotong gaji nya atau lebih parahnya adalah tangannya."Setelah wanita yang bernama Mayla dan dokter itu? Siapa lagi yang anda ingin cari tau tuan?" Batin Jidan, bingung dengan permintaan tuannya itu, padahal ia belum menyelesaikan satu pencarian. Tapi tuannya itu malah menyuruhnya untuk mencari tau tentang orang lain lagi. Emang tuannya itu, memiliki rasa penasaran yang jauh lebih besar daripada anak kecil.
.
.
"Yana, kamu ingin memesan makanan apa?" Tanya Enzo lembut, sambil memilih pesanan mereka di buka menu.
"Saya tidak tau pak." Jawab Yaya, membuat Enzo langsung menatap kearahnya.
"Yana. Berapa kali saya mengatakan, jangan panggil saya bapak, ketika kita sedang berdua. Tapi panggil saya Enzo." Tekan Enzo menekan namanya, agar gadis didepannya itu mengerti dan tidak memanggilnya dengan panggilan bapak. Karena Enzo tidak menyukai panggilan itu, apalagi mereka sebentar lagi akan bertunangan.
Ya, Enzo dan Yaya akan bertunangan sebentar lagi dan setelah lulus, mungkin mereka akan menikah. Sebenarnya Yaya tidak setuju dengan pertunangan ini, tapi semua adalah permintaan sang mommy, yah jadi Yaya terpaksa menyetujui permintaan mommy itu. Walaupun dalam hatinya masih terdapat nama, Jidan. Sebagai pelabuhan pertamanya. Sebenarnya Yaya ingin membuang nama itu dalam hatinya, tapi itu sangatlah sulit. Melupakan cinta pertamanya itu, tidak semudah seperti kita menghapus noda tinta yang berada di baju.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Defi Danny Firmansyah
bnrkan yg dtng itu Ardian & Jidan....
2023-04-10
1
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Makin Seru Kk
Ardian akan mjd Nelda sbg istrinya
Entah dgn cara apa
Ry Benci Pakpol 🌻 Kk Zahara
2023-03-17
1