Cinta kedua untuk Ardian.
"Kamu?" Gadis itu mengakat kepalanya, saat pria yang tadi dia tidak sengaja menabraknya menegurnya. Sebenarnya dari tadi, gadis itu merasa tidak asing, saat mendengar suara pria itu. Tapi dia membuang jauh-jauh pikirannya, karena berpikir kalau suara orang itu hanya mirip saja.
" Jabir?" Gadis yang tidak lain adalah Yaya, begitu sangat terkejut saat melihat Jidan, pria yang selalu dia hindari. Tapi secara tidak sengaja mereka dipertemukan kembali." Kenapa, kamu bisa ada disini?" Dengan terburu-buru, Yaya mengambil buah-buahan itu, karena Yaya ingin cepat-cepat menghindari Jidan. Takut kalau kehadirannya membuat pria itu semakin tidak suka padanya.
Sedangkan Jidan, hanya menatap gadis itu dengan datar, tanpa berbicara sama sekali. Jidan juga sebenarnya terkejut, saat melihat kalau gadis yang tidak sengaja menabraknya tadi adalah Yaya. Tapi keterkejutannya bisa dia tutupi lewat wajah datarnya.
"Terimakasih Jabir, sudah membantuku, memungut buah-buahan ini, dan maaf aku tidak sengaja menabrak mu tadi. Karena aku sedang terburu-buru." Ucap Yaya menahan kecanggungan nya."Kalau gitu, aku duluan Jabir." Yaya membawa buah-buahan itu sedikit kesusahan sambil meneruskan langkahnya, saat dia tidak mendengar jawaban dari pria itu."Kamu terlihat sangat dingin Jabir, berbeda dengan yang dulu." Batin Yaya sedih mengingat Jidan tidak menjawab setiap ucapannya.
Sedangkan Jidan. Dia hanya berdiri ditempatnya, sambil menatap Yaya, yang terlihat kesusahan saat membawa buah-buahan itu, karena kantong plastik yang Yaya bawah, sepertinya sedikit robek.
Entah Yaya beli dimana buah itu, sehingga mendapatkan kantong plastik, bukan tas seperti didalam mall. Tapi Jidan tidak ingin memikirkan tentang kantong plastik yang Yaya bawah. Karena dia tertuju pada satu, Yaitu membantu Yaya yang sedang kesusahan sekarang.
Karena kasian atau bagaimana, Jabir melangkah mendekati Yaya, lalu mengambil barang yang Yaya bawah dengan cara merebutnya, tanpa mengatakan apapun."Ck, kenapa kamu masih ingin menolongnya Jidan? Padahal jelas-jelas disini, kamu sedang mencoba untuk menghindarinya dan juga melupakannya!" Batin Jidan menyalahkan dirinya, karena kebodohannya yang telah menolong Yaya."Tapi ngga apa-apa Jidan. Anggaplah kamu sedang membantu orang yang sedang membutuhkan." Batin Jidan. Jujur, sebenarnya Jidan ingin menjauhi Yaya, karena dia tidak ingin berhubungan lagi dengan gadis itu. Tapi melihatnya kesusahan seperti tadi. Membuat Jidan jadi tidak tega. Makanya dia membuang egonya jauh-jauh untuk membantu gadis itu.
"Jabir, tidak usah aku bisa sendiri." Yaya mencoba untuk merebut barang yang diambil oleh Jidan dengan paksa tadi, karena Yaya tidak ingin merepotkan pria itu."Jabir!" Pria itua seakan tuli dan hanya diam, sambil melanjutkan langkahnya tanpa merespon ucapannya."Dasar pria keras kepala, menyebalkan, kamu Jabir!" Gerutu Yaya, yang terpaksa mengikuti langkah Jidan dengan wajah kesalnya.
Saat Yaya sedang menggerutu sendiri, tanpa Yaya sadari kalau Jidan menghentikan langkahnya. Yang membuat Yaya tidak sengaja menabrak punggung pria itu, karena jalan tidak lihat-lihat.
"Aduh keningku." Aduh Yaya sambil mengelus-elus keningnya yang terasa sakit akibat berbenturan dengan punggung besar Jabir."Jabir, kenapa berhenti ngga bilang-bilang sih." Omel Yaya kesal menatap pria didepannya, yang kini sudah berbalik menatap kearahnya. Tanpa Yaya sadari kalau Jidan tersenyum kecil saat mendengar omelan nya barusan.
"Kamu masih terlihat sama Yaya, suka sekali mengomel kalau hal kecil seperti ini." Batin Jidan, tanpa sadar tersenyum kecil."Astaghfirullah Jidan, ingat. Kamu tidak boleh mengagumi nya lagi, karena disini kamu sedang berusaha untuk menghindari nya, dan kamu menolongnya hanya karena kasian." Ucap Jidan ingat tujuannya. Jidan kembali menormalkan perasaannya, walaupun jujur itu tidak akan bisa." Yaya, semua buah ini akan kamu bawa kemana?"
" Ya ampun, aku sampai lupa memberitahukanmu ya." Ucap Yaya menepuk keningnya."Tolong antarkan buah-buah ini, keruangan VVIP, di lantai atas, Jabir. Soalnya papi dirawat di lantai atas." Jelas Yaya.
"Tuan Dirga sakit?"
"Iya papi lagi sakit. Tadi malam kadar gula papi naik." Jawab Yaya sambil meneruskan langkahnya, kearah lift."Maaf ya Jabir, aku malah merepotkan mu. Padahal aku tau kalau kamu pasti sedang sibuk sekarang."
"Tidak apa, aku hanya ingin membantu saja." Jawab Jidan pura-pura tidak perduli saat gadis itu tersenyum padanya, tapi sebenarnya dia merasa gugup sekarang, bahkan getaran dalam hatinya masih ada.
Tanpa Jidan dan Yaya, sadari. Kalau keduanya jalan saling beriringan, walaupun tidak ada perbincangan, tapi keduanya seperti pasangan yang serasi. Apalagi baju keduanya seperti copley, seperti pasangan lainnya.
Jika Yaya mengunakan kemeja berwarna navy dengan celana jeans berwarna putih, serta rambut yang terurai. Maka Jidan mengunakan kemeja berwarna navy dengan celana berbahan kain berwarna hitam. Sungguh keduanya terlihat seperti pasangan yang sangat serasi, sampai-sampai orang-orang yang melewati mereka, banyak yang menatap keduanya dengan kagum.
"Salam buat tuan Dirga, semoga lekas sembuh." Ucap Jidan menyerahkan buah-buahan yang tadi dia bawa ke Yaya. Karena mereka sudah berada di depan ruangan papinya Yaya, yaitu tuan Dirga suh aga.
"Amin. Terimakasih Jidan, nanti aku sampaikan ke papi. Kenapa kamu ngga sekalian masuk untuk bertemu dengan papi?"
"Lain kali saja, aku juga sedang terburu-buru." Jawab Jidan, yang sudah siap untuk meninggalkan Yaya, karena gadis itu sudah berada di ruangan papi nya.
"Jabir, apakah kita tidak bisa menjadi teman?" Langkah Jidan harus terhenti saat mendengar pertanyaan gadis itu."Walaupun kita tidak bisa bersama, bisakah kita tidak menjadi teman saja Jabir?" Untuk yang kedua kalinya, Yaya mempertanyakan hal itu. Karena Yaya sangat berharap bisa menjadi teman Jabir, walaupun dia tidak bisa menjadi kekasihnya, karena perbedaan mereka sangatlah banyak.
Jidan membalikkan tubuhnya, lalu menatap Yaya dengan dalam. Jika Jidan bisa berkata jujur, sebenarnya Jidan masih mencintai gadis itu. Tapi perbedaan mereka lah, yang membuat Jidan ingin menjauhi Yaya."Yaya. Dalam pertemanan antara laki-laki dan perempuan, pasti tidak akan ada yang murni. Karena salah satu dari mereka pasti akan memiliki rasa satu sama lainnya. Apalagi kita, pernah merasakan yang namanya cinta. Jadi buang jauh-jauh harapan mu agar kita bisa berteman, karena pertemanan kita akan semakin membuat kamu atau aku tersiksa." Jelas Jidan, setelah itu dia pergi meninggalkan Yaya yang masih berdiri, dengan tatapan sedihnya kearah Jidan." Maafkan aku Yaya, tapi ini yang terbaik untukmu dan untukku."
"Jidan, bisakah kamu menatap ku sebagai teman, bukan sebagai gadis yang pernah mencintaimu." Lirih Yaya dalam hatinya, yang kini kembali terluka saat mendengar jawaban pria, yang masih dia cintai sampai sekarang. Apalagi rasa itu masih sama sampai sekarang, dan tidak akan pernah tergantikan." Tuhan, walaupun aku tidak bisa bersamanya, Tapi ijinkan aku untuk mencintainya."
"Maafkan aku Yaya, telah berkata seperti tadi. Tapi ini semua untukmu dan untukku. Aku tidak mau perasaan ini semakin membesar, karena pertemanan kita nanti, Apalagi aku masih mencintaimu sampai sekarang. Jika aku boleh jujur. Namamu sampai sekarang masih ada didalam lubuk hatiku yang terdalam, malahan nama ini tidak bisa aku lupakan, walaupun aku sudah menghindari mu." Batin Jidan disela-sela langkahnya. Jidan merasa begitu sangat sedih, saat ia menyakiti gadis yang dia cintai dengan kata-katanya yang menyakitkan.
.
.
Jidan terburu-buru keluar dari rumah sakit saat mendapatkan telfon dari tuannya, kalau tuanya itu sudah pergi dari tadi." Aku yakin, tuan Ardian pasti marah besar, karena aku pergi begitu sangatlah lama, apalagi pergi tanpa meminta ijin terlebih dahulu." Batin Jidan, melangkah cepat kearah parkiran. Tidak membutuhkan waktu lama Jidan sudah menemukan mobil yang dia pakai tadi. Dengan perasaan takut, Jidan membuka mobil itu. Jidan yakin kalau tuanya sudah berada didalam mobil sekarang.
"Kamu begitu sangat lama didalam, Jidan." Jidan menundukkan kepalanya merasa bersalah bercampur takut saat melihat wajah datar tuannya itu. Jidan yakin, kalau dia akan mendapatkan amukan dari Ardian, karena meninggalnya tadi, saat Ardian masuk kedalam ruangan dokter psikolog.
"Maaf tuan. Tadi saya menerima telepon dari ibu saya dan pergi mencari jaringan di luar_"
"Aku tau itu." Potong Ardian. Karena sebelum Jidan pergi tadi. Ardian sudah keluar dari ruangan dokter, dan melihat kalau Jidan sedang menelpon. Tapi Jidan harus pergi keluar, karena jaringan di rumah sakit, sedikit sulit karena mereka berada didalam rumah sakit.
Jidan dibuat terkejut saat mendengar ucapan tuanya itu, karena ia bingung. Bagaimana bisa tuanya mengetahui, kalau dirinya pergi sedangkan dia tidak meminta ijin sama sekali saat pergi tadi.
"Kamu tidak usah bingung, kenapa aku bisa mengetahui, kalau kamu pergi tadi. Karena tadi aku sempat melihatmu pergi sambil menelpon. Aku tau kalau kamu pasti tidak mendapatkan jaringan yang bagus, jika kamu berada didalam rumah sakit, makanya kamu pergi keluar."
Ya, inilah sifat yang Jidan sukai dari Ardian. Yaitu mengerti orang lain, walaupun dengan caranya yang unik. Tapi sebenarnya, Ardian orang dan bos yang baik, tapi sedikit tegas. Kadang dia tidak suka dengan kesalahan para pekerjanya, yang tidak dengan teliti berkerja, dan mengaburkan waktu mereka dengan cara tidak berguna.
Kadang juga Ardian akan bersikap baik, tanpa sepengetahuan orang-orang disekitarnya, saat pria itu menolong orang atau karyawannya.
Jidan bingung dengan sifat tuanya, yang terkadang berhati malaikat, tapi kadang juga bagaikan iblis yang siap membunuh musuhnya.
"Apakah kamu akan berdiam disitu, tanpa berniat untuk masuk?!" Jidan tersadar dari lamunannya, saat mendengar ucapan bos nya itu.
"Maaf tuan." Jidan dengan cepat masuk kedalam mobil, dan duduk disebelah sopir.
" Kamu begitu sangat lambat Jidan."
.
.
"Jidan, apakah kamu sudah bertemu dengan tuan Dirga suh aga? Aku dengar dia masuk rumah sakit?" Jidan menoleh kearah Ardian saat mendengar pertanyaan tuanya itu.
"Saya juga mendengarnya tuan, kalau tuan Dirga sedang sakit sekarang. Tapi saya belum bertemu dengan tuan Dirga suh aga, tuan."
"Tapi kamu bertemu dengan anaknya bukan?" Jidan dibuat terkejut saat mendengar tebakan tuanya itu, yang memang benar."Kamu ngga usah bingung Jidan, kenapa aku bisa tau kalian bertemu. Tapi saranku, cobalah untuk berdekatan dengannya, walaupun kalian hanya menjadi teman saja." Jidan hanya diam, tidak menjawab ucapan tuanya, karena dia sendiri saja bingung harus menjawab apa.
"Kenapa kamu diam? Apakah karena perasaan mu kepada anaknya tuan Dirga masih ada?" Tanya Ardian."Ingat Jidan. Tidak selamanya cinta akan bertahan lama, seperti kamu pikirkan. Karena cinta akan selalu datang untuk kedua kalinya, mungkin yang ketiga dan yang kempat. Karena dulu aku pernah merasakan yang namanya jatuh cinta untuk pertama kalinya, Jidan, Tapi cinta itu seakan hilang saat melihat sifat aslinya. Aku kira dia berbeda tapi sifatnya sama saja, dan sekarang aku malah tidak mempercayai apa itu cinta setelah kejadian itu." Ucap Ardian sambil mengarahkan pandangannya kearah keluar jendela, yang memperlihatkan gedung-gedung yang menjulang tinggi, dan juga orang-orang yang sedang beraktivitas, walaupun sudah malam hari.
Ardian begitu sangat sedih mengingat masalalunya. Dimana dia dipertemukan dan juga dipisahkan dengan cerita yang sama-sama menyakitkan.
"Lupakan perkataan ku tadi." Lanjut Ardian kembali melihat kearah Jidan."Tapi kamu bisa mencoba untuk berteman dengannya, dan cobalah untuk melupakan perasaan mu terhadap gadis itu."
"Aku akan berusaha untuk melupakannya tuan, walaupun akan jauh lebih sulit untukku, agar bisa melupakan perasaan ini." Jawab Jidan entah sadar atau tidak, tapi terdengar dari nada suaranya, kalau Jidan mengatakan itu dengan serius.
...----------------...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 125 Episodes
Comments
Defi Danny Firmansyah
semoga Yaya mau ikt Agama Jidan biar mrka berjodoh......
2023-04-10
1
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Yaya dan Jidan itu udh berjodoh
Sejauh apapun mereka menghindari pasti akan bertemu
Krn Jodoh tdk akan kemna2
2023-02-02
1
🔵◡̈⃝︎☀MENTARY⃟🌻
Pemikiran Jidan salah
Bisa pertemanan antara perempuan dan laki2 murni tanpa Cinta
Ry beberapa Teman Ry laki2 dan Kita berteman murni tanpa ada cinta
Itu semua tergantung orngnya
2023-02-02
1