Selamat membaca ^_^
***
Bagi Shinta, Joe sudah kelewatan. Ini rumahnya. Shinta adalah tuan rumah disini. Bukan Joe. Si bule yang baru datang beberapa hari dirumah ini. Sekarang sok berkuasa dirumah ini. Shinta sangat tidak nyaman dengan kehadirannya. Sungguh mengganggu. Bila Joe tidak bersikap berlebihan, mungkin ia masih memaklumi. Tapi ini keterlaluan. Sungguh!
Shinta masih berdiri mematung. Shinta tak suka Joe mengatur hidupnya apalagi soal makanan.
Shinta menatap Joe tajam. Ingin memukul wajah sok berkuasa itu. Joe membalas dengan tatapan yang sama tajamnya.
"Duduk!" perintah Joe lagi. Suaranya masih meninggi. Tak ayal membuat satu ruangan ini seperti bergema. Tubuh Shinta bergetar. Nyalinya menciut saat Joe berkata dengan suara keras. Sungguh Shinta ketakutan sekarang.
Mbak Asih tampak yang lebih takut. Mbak Asih sedang mematung membelakangi kedua orang yang sedang bersitatap dimeja makan.
"Aku bilang duduk!" Joe mengulangi perintahnya.
"Aku nggak mau! Jangan paksa aku!" teriak Shinta. Kemudian Shinta berjalan pergi menuju kamarnya.
Shinta membuka pintu kamarnya. Ia mengunci pintu itu. Kemudian seketika kakinya lemas. Tubuhnya sudah tak bisa menahan tubuhnya yang gemetar dari tsdi menghadapi Joe. Shinta lunglai dilantai. Meringsek bersandar pintu.
Shinta teringat mendiang orang tuanya. Mengingat kebahagiaan kedua orang tuanya yang penuh cinta. Kebahagiaan pasangan yang sebenarnya. Bukan seperti dirinya yang terpaksa menikah dengan Joe.
Shinta semakin terisak. Ia jadi merindukan orang tuanya. Suara Shinta semakin keras terdengar.
Mbak Asih yang mengikuti langkahnya mendengar tangisan Shinta dari balik pintu. Mbak Asih ragu mengetuk pintu. Ingin sekali mbak Asih menenangkan nonanya saat ini.
Mbak Asih menuruni tangga. Ia melihat Joe masih ditempat duduknya semula. Mbak Asih ingin mengatakan pada Joe apa yang terjadi. Namun ia takut Joe akan mengalihkan amarahnya kepadanya. Ia ragu - ragu mendekat.
"Kenapa? Ada apa dengannya?" tanya Joe sambil menghabiskan susu hangat di depannya.
"No-nona me-menangis tuan. Kasihan," kata Mbak Asih terbata. Takut sekali menatap mata tajam Joe. Mbak Asih memilih menunduk. Melihat lantai yang putih bersih.
Joe beranjak dari duduknya. Melangkah menuju kamar Shinta. Sampai depan pintu kamar, ia mendekatkan telinganya. Tak ada suara. Joe mencoba membuka kamar Shinta. Namun terkunci. Joe turun lagi mencari mbak Asih.
"Carikan kunci cadangan kamarnya," kata Joe. Mbak Asih tampak kelabakan mendengar perintah Joe.
Tuan mau apa? Ya Tuhan lindungi nonaku, batin Mbak Asih.
"Baik Tuan," mbak Asih beranjak mencari di lemari kunci. Memilah - milah mana yang kunci kamar utama. Akhirnya ia menemukan kunci yang dimaksud tuannya. Ah dapat!
"Ini tuan," mbak Asih memberikan kunci itu.
Joe langsung meraih kunci dan naik ke atas. Kamar terbuka. Ia melihat Shinta yang terbaring dikasurnya.
Shinta terkejut. Tanpa sadar, Shinta langsung bangun dari tidurnya. Bersandar di kepala kasur.
Air mata sudah tak nampak diwajah Shinta Namun mata Shinta terlihat sembab. Hidungnya merah. Terlihat oleh Joe bahwa Shinta memang baru saja menangis.
Joe mau mendekati Shinta. Tapi Shinta makin memojokkan posisi ke dinding. Ia takut. Jika Joe akan berbuat kasar, ia pun tak bisa melawan.
Shinta menutupi semua tubuhnya dengan selimut. Mungkin selimut itu bisa melindunginya dari kemarahan Joe. Shinta membenamkan wajahnya diselimut itu. Ia tak mau menatap mata Joe yang seperti elang pemangsa itu. Takut kemarahan Jonathan akan meluap saat ini juga.
Entah apa yang akan terjadi jika Shinta tambah menantang dan Joe kalap. Shinta bisa saja habis di tangan Jonathan malam ini juga.
Aku takut. Shinta
***
Terima kasih sudah membaca!
Jangan lupa like komen tip dan vote ya...
nantikan terus kisah Joe dan Shinta selanjutnya
Peluk Cium DevaNurAna^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments