Aninda Putri

Selamat membaca ^_^

***

Gadis itu berhenti didepan gerbang sekolah. Ada pemandangan yang menyita netra sipitnya. Mobil mewah keluaran terbaru, baru saja berhenti tepat didepannya. Ia terkesima.

Belum pernah teman - temannya diantar oleh mobil sebagus itu selama ini. Ini pertama kalinya. Makanya gadis cantik ini sampai terkejut tatkala melihat siapa yang turun dari mobil itu.

"Shinta!" panggilnya.

"Hai Anin," jawab Shinta. Sumringah. Mobil mewah yang menurunkannya sudah melesat menjauh. Menyisakan debu yang beterbangan di jalanan.

Shinta mendekati Aninda. Masuk ke dalam sekolah bersama. Sekolah sudah mulai ramai dengan murid - murid yang berlalu lalang. Hiruk pikuk sekolah dipagi hari yang penuh canda dan tawa. Dengan keunikan sifat dan perbedaan karaksteristik yang menggemaskan.

Aninda putri, gadis ini mempunyai paras yang cantik. Tingginya semampai dan rambut lurusnya yang dikuncir kuda. Kulitnya putih. Wajah bulat dengan pipi chubby, mata sipit dan bulu mata yang lentik. Ada riasan tipis disana. Aninda memang sudah pandai merias diri. Ditambah gayanya yang ceria menambah kecantikan diri luar dalam. Dia memang gadis yang baik.

Shinta dan Aninda masuk kelas bersama. Duduk dibangku yang sama.

"Tumben nggak naik angkot Shin. Siapa yang mengantar kamu tadi? Pamanmu ya? Atau sepupu?" tanya Anin membuka suara.

"Mas Jonathan." jawab Shinta sambil meletakkan tas dimejanya.

"Aku nggak tau kalau kamu punya sepupu namanya Jonathan. Siapa dia?" Anin nampak mengingat semua sepupu Shinta.

"Dia... hmm..." Shinta ragu. Dia bingung harus jawab apa.

"Siapa Shin? Pacar kamu? OMG Shinta diem - diem punya pacar. Kenalin dong." Anin antusias.

"Aninnn.... Bukan pacar." Shinta berbisik.

"Terus siapa? Ganteng nggak? Ih, kamu bikin aku penasaran gila!" Anin sudah nggak sabar ingin tau.

"Jangan penasaran. Nanti kamu shock lihat penampakannya. Sampai nggak bisa tidur nanti. Haha..." Shinta terbahak.

"Serius bikin shock?" Anin malah serius menanggapi.

"Haha..." Shinta tertawa melihat wajah serius Anin yang menggemaskan. Anin melotot melihat Shinta malah terbahak - bahak.

" Sialan! Jawab dong! Serius nih penasaran!" Anin mencebikan bibirnya kesal.

Shinta malah tertawa lagi. Penasaran sama mas Jonathan? Penasaran sama si bule gila itu? Haha... pikir Shinta.

"Siapa?" dengan mata mengerling dan senyum menggoda Anin membujuk.

Shinta mendekatkan mulutnya ke telinga Anin.

"Dia suamiku." bisik Shinta pelan.

"Apaaa??!!! " Anin berteriak sekencang - kencangnya.

Shinta merah. Merasa malu bukan main. Sahabatnya ini kelewatan kenceng ngomongnya.

Semua anak dikelas itu langsung menatap Anin bingung. Ada yang kesal. Ada juga yang senyum manis. Ada yang tidak peduli. Dan wajah - wajah yang lain. Entahlah wajah mereka sulit diartikan seperti wajah Anin sekarang. Shock berat.

"Anin kenapa?" celetuk Mitha si ketua kelas.

"Eh Anin toak bisa diem nggak? Gue lagi nyalin PR nih! Bikin kaget aja!" celetuk Martin. Orang paling males ngerjain PR.

"Anin! Kamu gila ya? Dangdutan nih gendang telinga gue!" teriak Siska si Gadis bohai dikelas Shinta kesal.

"Anin butuh bantuan? Abang Reno disini." sahut Reno yang sudah lama mengejar cinta Anin.

Anin menatap Shinta tajam. Seperti mencari kepastian diwajah Shinta. Seperti ingin membaca pikiran Shinta sekarang.

"Kamu serius? Kamu nggak itu...." suara Anin sedikit berbisik dan menggantung. Ingin mengatakan hal buruk namun ia sungguh tak percaya sahabatnya itu melakukan sejauh itu.

"Nggak!" tukas Shinta cepat. Sambil geleng - geleng kepala kuat.

Anin menghembuskan nafasnya lega. Syukurlah temannya ini tau batas. Dia kan hidup sendiri. Takutnya karna kesepian jadi anak nakal. Anin berspekulasi.