Selamat membaca ^_^
***
Hari ini Paman dan Bibi mampir kerumah Shinta. Mereka membawa oleh - oleh dari liburan yang dibalut dengan perjalanan bisnis. Di suatu tempat wisata yang indah. Terkenal dengan pasir putih dan para pelancong yang selalu memadati kota pulau itu. Selalu Paman dan Bibi akan membelikan barang - barang untuk Shinta yang mereka beli saat perjalanan bisnis.
Paman dan Bibi mengedarkan pandangan mereka kala memasuki rumah besar berlantai dua itu. Rumah itu nampak terlihat rapi dan bersih. Seminggu sekali, Shinta akan menyibukkan diri dengan bersih - bersih rumah. Paman dan Bibi bangga dengan Shinta yang mandiri. Membuat Shinta senang.
"Kamu benar - benar rajin nak," puji Paman.
Tangan Paman mengelus lembut rambut panjang Shinta yang terurai. Seperti anaknya sendiri. Kini mereka sedang duduk di sofa ruang tengah.
"Ini hadiah dari Bibi, baju ini pasti cocok sekali untukmu," kata Bibi.
"Terima kasih Bibi," kata Shinta sambil tersenyum senang atas pemberian Bibinya.
Semenjak kepergian orang tuanya, Paman dan Bibi adalah sandaran baginya. Walaupun tak satu rumah dan tak setiap hari ada untuknya. Tidak masalah bagi Shinta. Yang terpenting Shinta masih punya keluarga.
Beberapa menit kemudian Shinta mendengar pintu diketuk dari luar. Shinta beranjak dari duduknya. Membuka pintu. Orang yang berdiri didepan rumah adalah orang yang kemaren. Tuan Andrew.
Hari ini Ia datang bersama seorang wanita paruh baya. Mungkin seumuran dengan Mama Shinta. Kulitnya kuning langsat. Khas kulit orang Asia. Kulitnya bersih dan tampak terawat. Ia masih terlihat cantik meski sudah setengah abad. Tatapannya ramah saat Shinta melihat ke arahnya.
"Selamat sore darling," sapa Andrew. "Ini istri saya, Rania," terusnya memperkenalkan wanita disebelahnya.
"Ya. Ada apa tuan kemari lagi?" tanya Shinta penasaran.
"Shinta, jangan takut. Kami hanya ingin bertemu dengan kamu sayang," kata Rania dengan lembut.
"Boleh kami masuk? Sebentar saja darling," suara Andrew memohon.
"Silahkan masuk," Shinta mempersilahkan masuk.
Ada Paman dan Bibi, pasti lebih aman, batin Shinta.
"Wah, rumahnya bersih dan rapi ya. Kamu tinggal sendiri ya, Shinta?" tanya Rania kagum.
"Iya tante. Mau minum apa?"
"Ah, tidak usah repot - repot darling. Kita tidak lama,"
"Nggak repot kok, tuan. Sebentar ya,"
"Daddy, Shinta sopan sekali ya? Jangan jadiin anak Dad, jadiin menantu saja," bisik Rania pada Andrew yang duduk disampingnya.
"Menantu? Wife for Joe?" suara Andrew nampak terkejut dengan penuturan Rania.
"Yes, I really love her Daddy,"
Andrew tersenyum. Istrinya ini memang aneh. Baru pertama bertemu dengan Shinta tapi sudah ingin menikahkan anaknya Jonathan. Belum tentu Jonathan akan mau dipaksa menikah.
Sedangkan Paman dan Bibi penasaran dengan tamu yang datang. Mereka menunggu Shinta di dapur. Sampai dapur, Shinta diberondong pertanyaan - pertanyaan yang tak ada habisnya.
"Siapa mereka Shinta? Ngapain mereka kesini? Kamu jangan percaya sembarang orang ya. Bahaya Shinta. Dan bla bla bla..." Shinta bingung menjawab pertanyaan yang tak ada habisnya itu. Bibi terlihat sangat khawatir.
"Mereka Tuan Andrew dan tante Rania Paman," jelas Shinta. Menunduk takut.
"Apa mau mereka kesini?" Tanya paman.
"Aku juga nggak tau paman. Kemaren tuan Andrew kemari tapi Shinta nggak ngijinin masuk. Karna Shinta takut,"
"Berarti ini yang kedua kalinya mereka kemari?"
"Tuan Andrew dua kali kemari paman,"
Shinta takut sekali. Paman dan Bibi bertanya tak hentinya. Shinta sendiri juga bingung. Kenapa tuan Smith datang lagi? Mau apa mereka?
Akhirnya Shinta hanya diam tak bisa menjawab pertanyaan - pertanyaan Paman dan Bibi lagi. Ia bingung setengah mati mendengar pertanyaan Bibi dan Paman yang tak bisa ia jawab.
***
Makasi dah baca... ^_^
jangan lupa like komen tip dan vote ya...
nantikan terus kisah Joe dan Shinta selanjutnya
peluk cium DevaNurAna^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Beci Luna
lanjut....thor...
2021-01-24
0
Ida Yani
visual nya mana tur
2020-07-14
2
Sarmini Ani
pendek amat thor
2020-06-27
1