Selamat membaca ^_^
***
Makan malam pengantin baru. Bukan keromantisan yang tercipta melainkan keheningan. Macam anak - anak yang kena hukuman. Menunduk menikmati makanan mereka masing - masing. Tak ada yang ingin memulai pembicaraan walau hanya sekedar basa - basi Bahkan suara sendok garpu yang lebih nyaring beradu dengan piring.
Sebelum makan makanan utama, Joe menyempatkan makan buah. Mbak Asih nampak sigap menghidangkan setiap makanan. Mbak Asih seperti tau keinginan Tuannya itu.
Shintapun diberikan semangkuk buah segar. Shinta hanya menatap tidak suka pada mangkok buah itu. Shinta tak terbiasa makan buah sebelum makan. Ini pertama kalinya. Rasanya aneh.
Hah? Disini aku yang tuan rumah kan? Kenapa aku harus menuruti semua aturannya? Dasar bule apa ya? Huft! Sebutan jelek juga nggak pantas untuknya. Ia ganteng! Ugh, Shinta menggerutu dalam hati.
Akhirnya sekian detik terfokus pada makanan dihadapannya, Joe mengeluarkan suara. Dengan nada tegas dan sedikit meninggi. Ia memberi perintah pada mbak Asih kalau mulai hari ini makanan yang tersedia di meja makan hanya makanan sehat. No junk food, no fast food and no instant food. Semua harus sesuai standard gizi.
Micin dikit juga nggak bikin bodoh! Shinta membatin sinis mendengar semua yang Joe katakan pada Mbak Asih barusan dengan mencebikkan bibirnya. Mencemooh Joe.
"Apa? Kau sedang meremehkan aku sekarang? " kata Joe menatap tajam Shinta disampingnya. Tatapan tidak suka juga diperlihatkan oleh Shinta. Protes akan aturan baru di rumah ini.
Shinta mencibir setiap kalimat Joe yang memberitau makanan cepat saji itu tidak baik, tidak sehat. Banyak lagi kata yang diucapkan dan isinya makanan yang banyak mengandung micin itu berbahaya.
"Nggak papa mas. Lanjutkan," kata Shinta dengan mengulas senyum yang dipaksakan. Meski kentara dilihat oleh Joe kalau ia hanya pura - pura tersenyum.
"Semua cemilanmu sudah Asih berikan ke tetangga. Termasuk mie instant satu kardus yang mix varian." kata Joe santai.
"Apa?! Kan aku baru beli mas. Masih banyak lagi varian rasa yang belom aku cobain," Shinta pias. Sedih.
Snack kesukaanku. Mie instan makan malamku. Hiks!
"Whatever. Jangan makan itu lagi." Joe tak peduli. Dia memang tidak suka ada camilan seperti itu di rumah.
Shinta menatap Joe dengan kesal. Benar - benar membuat amarahnya naik ke ubun - ubun. Namun Joe tak bergeming sama sekali. Ia melahap makan malamnya dengan santainya.
Jahat! Bule jahat! umpat Shinta.
"Jangan melihatku seperti itu! Nanti matamu bisa lepas," kata Joe menatap tajam ke arah Shinta. Menyeringai puas. Kemudian Joe menikmati makanannya lagi.
Shinta hendak beranjak dari kursinya. Ia sudah tidak berselera makan lagi. Ia tak suka diatur seperti ini oleh Joe.
"Habiskan dulu makananmu," suara Joe menghentikan kaki mungil Shinta yang sudah menggeser kursi hendak pergi.
Shinta duduk kembali. Alih - alih akan memakan makanannya, ia hanya duduk diam memegang sendok garpu. Benar - benar sudah hilang selera makan.
"Kenapa tidak makan? Habiskan." kata Joe lagi mengingatkan kalau makanan harus dihabiskan. Kalau dipandang terus mana mungkin habis.
"Aku nggak mau makan lagi mas. Sudah kenyang," Shinta bohong. Shinta kesal pada Joe yang sudah membersihkan camilan dan Joe instan miliknya. Padahal Shinta baru saja membelinya untuk persediaan di rumah.
"Serius? Kamu bahkan hanya makan sesuap. Ayo makan lagi!" suara Joe meninggi memaksa Shinta untuk makan.
"Mas, aku nggak mau makan lagi. Aku nggak suka, " kata Shinta memelas.
"Apa? Ini makanan sehat. Agar tubuhmu bersih dari racun - racun pengawet dan pewarna makanan." ujar Joe.
"Eh? Alasan macam apa itu? Aku nggak mau. Pokoknya aku nggak mau makan lagi." Shinta gusar. Ia membanting sendok garpu. Memberi suara hentakan yang keras sekali. Shinta berdiri. Menggeser kursi dengan tubuhnya dengan kasar. Ia berdiri menantang Joe. Meski sekujur tubuhnya bergetar hebat melihat Joe yang tak menghiraukan kemarahannya. Tangan Shinta mengepal kuat.
Aku harus berani. Kalau tidak mas Joe akan semakin berkuasa di rumahku sendiri, batin Shinta.
Mbak Asih sampai terkejut mendengar dentuman sendok garpu yang jatuh mengenai piring. Ia hanya bisa mengelus dada.
"Duduk!" perintah Joe keras. Ia tak kalah marah. Matanya sudah mengintimidasi Shinta agar patuh padanya.
Glek. Shinta menelan salivanya yang kelu. Ia masih berdiri Mempertahankan egonya. Meremas ujung bajunya kuat. Kini nyalinya menciut melihat tatapan Joe.
***
makasi dah baca ya...
jangan lupa like komen tip dan vote ya...
nantikan terus kisah Joe dan Shinta selanjutnya
peluk cium DevaNurAna^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Angsa Hitam Yang Luka
saliva bukan savila 😌😂
2020-08-13
0