Selamat Membaca ^_^
***
Shinta sudah siap menuju tempat ijab qobulnya diruang tengah rumah Shinta. Ia dibantu oleh Mbk Asih dan tukang rias untuk merias diri. Shinta turun dengan anggunnya. Tangannya digenggam Mbak Asih karna Shinta sungguh kesulitan dengan high heels dikakinya.
Semua mata terpesona dengan kecantikannya hari ini. Sungguh membuat semua bibir berdecak kagum.
Joe sudah duduk didepan bapak penghulu. Joe tampak gagah dengan setelah jas hitam dan rambut yang disisir rapi itu. Shinta menatap lekat laki - laki disampingnya. Joe tampak gugup. Beberapa kali ia terlihat menghembuskan nafasnya kasar.
Ia akan menjadi suamiku. Yang akan selalu kulihat setiap pagi ku. Oh Tuhan, aku bahkan tak mengenal dia. Bagaimana sifatnya. Bagaimana perasaannya terhadapku, batin Shinta bergejolak.
Semua bersorak sah. Akhirnya acara ijab tersebut berlangsung khitmat dan lancar. Joe memberikan tangan untuk dikecup oleh Shinta. Namun saat mencium kening Shinta ia sedikit ragu. Namun tetap ia lakukan.
Ada rasa hangat yang tiba - tiba muncul dihati Shinta. Memang pernikahan ini hanya status. Tapi pernikahan ini sakral. Disaksikan keluarga dan Tuhan sang pencipta. Meski tak ada cinta. Pernikahan ini tetaplah suci.
Shinta seperti diperlihatkan bahwa arti pernikahan tidak hanya untuk mengabdi sepenuhnya kepada suami. Ia juga harus menyerahkan seluruh jiwa raganya untuk suaminya ini.
Shinta menitikkan air mata. Andai orang tuanya ada. Pasti pernikahan ini akan lengkap. Ia akan jauh lebih kuat. Meski hatinya tak karuan.
Joe mencium punggung tangan Mommy dan Daddy. Kemudian berganti kepada Paman dan Bibi selaku wali dari Shinta. Shinta pun mengikuti apa yang dilakukan Joe.
"Sekarang kalian sudah sah menjadi suami istri. Saling menjaga satu sama lain ya? Joe jaga Shinta ya." kata Rania.
"Yes, mom." jawab Joe datar.
Acara dilanjut dengan duduk bersama. Mereka bercengkrama layaknya keluarga yang berbahagia. Sungguh melupakan kesedihan yang menjalar dihati Shinta saat ini. Kini ia sah menjadi nona muda keluarga Smith.
***
Daddy dan Mommy kembali ke hotel. Paman dan Bibi juga kembali ke rumahnya. Setelah berpamitan pada pengantin baru yang belum berganti pakaian tadi.
Mbak Asih mendekat saat Shinta memanggil. Ia sudah tidak tahan dengan kebaya dan sanggul yang ia kenakan. Mbak Asih membantu nonanya untuk naik ke kamar.
Sedangkan Joe mengikuti dari belakang. Ia juga ikut naik ke atas bersama Shinta.
"Mana kamarku?" tanya Joe saat Shinta memegang handle pintu kamarnya akan masuk ke dalam.
"Di sebelah mas," jawab Shinta terbata sambil menunjuk pintu disebelah kamarnya. Ini kali pertama Joe mengajak ia berbicara.
"Mas? Are you calling me mas? What does it mean?" kata Joe tak mengerti. Alisnya menyatu menunggu jawaban Shinta.
"Mmm... No. Mas like brother. Do you know what brother means?" Haduh! Nggak ngerti ya?
" What do you mean, I don't know what brother means? Jangan remehkan aku!" Joe mengatakan dengan sedikit emosi. Joe langsung berlalu. Menghilang dibalik pintu kamar sebelah.
Shinta menghembuskan nafas lega. Ia melangkah masuk. Mbak Asih nampak tersenyum geli melihat kelakuan pengantin baru ini.
"Maaf Nona, kenapa tuan Jonathan tidak masuk ke kamar ini?" tanya mbak Asih menggoda Shinta saat membuka atasan kebaya Shinta.
"Memangnya mau apa dia masuk ke kamar ini? Ini kamarku. Mbak Asih berharap apa? Aku akan bermalam dengan dia?" suara Shinta sinis menanggapi kata-kata mbak Asih yang menggoda Shinta.
"Bukannya itu sudah seharusnya ya Non?"
"Nggak. Mbak Asih nih jangan bahas pernikahan pada umumnya dong. Pernikahanku ini langka jadi jangan samakan." Shinta mamajukan bibirnya melihat Mbak Asih tersenyum mendengar jawaban Shinta.
"Katanya bule punya *** besar dan panjang lho Non," Mbak Asih terkekeh.
"Mbak Asih bisa diem nggak?" Shinta mulai kesal.
"Maaf Non. Mbak hanya penasaran, hehe..." Mbak Asih malah nyengir kuda.
"Cari suami bule sana Mbak." ketus Shinta.
Shinta tak menghiraukan lagi candaan mbak Asih. Setelah berganti pakaian santai ia turun untuk makan siang. Perutnya sudah keroncongan karna tadi sarapan ia lewatkan.
Mulai hari ini semua pekerjaan rumah mbak Asih yang kerjakan. Ini perintah Rania dan Andrew. Mereka tak ingin Shinta terbebani dengan masalah pekerjaan dan belajar bersamaan. Apalagi sekarang ada Joe yang notabene anak manja.
Shinta makan dengan lahap. Ia tak berani mengganggu Joe untuk ikut serta makan siang. Kalau ngamuk entah apa yang bisa ia lakukan. Shinta takut Joe kasar padanya. Lebih baik tak buat masalah.
***
Thanks dah baca...^_^ bahasa inggrisnya nggak usah dihiraukan ya? masih belajar... hehe... kalo ada salah kosakata mohon dimaklumi....
ku tunggu like komen tip dan vote ya...
Shinta dan Jonathan juga nungguin nih! hehe
nantikan terus kisah Joe dan Shinta selanjutnya
peluk cium DevaNurAna^_^
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 164 Episodes
Comments
Sarmini Ani
jangan pakai bhs inggris thor aku lbh cinta bhsku sendiri hhh
2020-06-27
2