Takdir Cinta Rama Dan Rima
Rama dan Rima, jika di sandingkan nama mereka terlihat merdu di dengar. Entah kebetulan atau memang takdir Tuhan menjadikan mereka sepasang kekasih. Di karunia wajah yang mirip walau tak sedarah membuat semua yang memandang mengatakan dengan yakin jika mereka berjodoh.
"Rima, sebentar lagi kita akan lulus. Apakah kita masih bisa bersama?" tanya Rama.
Gadis cantik itu menatap kekasihnya dengan penuh arti, sejujurnya ini juga menjadi tanda tanya besar di lubuk hatinya yang paling dalam. sorot matanya tajam, mencoba membayangkan masa depan.
"Aku juga tidak tahu. Apa yang akan kamu lakukan setelah kita lulus?"
Rama menggeleng cepat, ia belum ada pandangan sama sekali untuk masa depannya. Dia yang terlahir dari keluarga broken home karena ayah dan ibunya bercerai di saat dirinya masih kecil, membuatnya tumbuh menjadi anak yang kurang kasih sayang. Ia menjadi pendiam dan jarang bersosialisasi. Ia mulai kembali ceria setahun belakangan ini, karena orang tuanya memutuskan untuk rujuk kembali.
"Mungkin aku akan bekerja," jawab Rama.
"Bukankah orang tua mu mampu, mengapa kamu tidak kuliah saja?" tanya Rima.
"Aku tidak berminat, menurut ku itu membuang-buang waktu. Aku bisa mendapatkan pekerjaan tanpa harus kuliah," jawab Rama.
"Rama, kita tidak tahu apa yang akan terjadi nanti. Kalau menurut ku lebih baik kamu melanjutkan pendidikan, kamu harusnya bisa memanfaatkan itu semua. Aku saja yang sebenarnya ingin lanjut kuliah, tidak seberuntung diri mu,"
Rima tertunduk sedih. Cita-citanya sebenarnya tidak muluk-muluk, dirinya hanya ingin mengenyam pendidikan setinggi-tingginya. Namun sepertinya dia seperti pungguk merindukan bulan, suatu keinginan yang tidak mungkin ia gapai karena faktor keadaan.
Bagaimana berani dia bermimpi setinggi itu, sedangkan saat ini saja ia dan keluarganya hanya tinggal di kosan satu petak saja. Empat orang tidur bertumpuk dalam satu kamar, semua aktivitas bahkan mereka lakukan dalam ruangan tersebut.
"Sudahlah Rima, biar takdir menjalankan perannya. Aku tidak ingin berencana jika semua itu akan gagal, lebih baik aku jalani saja seperti air yang mengalir,"
Bel tanda masuk segera berbunyi, anak-anak segera berlarian memasuki kelas masing-masing. Begitu juga dengan keduanya, mereka menuju kelas yang sama. Ya, mereka adalah teman sekelas selama satu tahun ini. Pertemuan yang intens membuat keduanya mulai tumbuh getaran cinta. Mereka sama dengan anak sekolah pada umumnya, mengalami putus-nyambung dalam hubungan percintaan mereka.
☆☆☆
Sore harinya.
Mentari mulai terbenam, menyisakan warna jingga dengan siluet awan yang begitu indah. Burung-burung beterbangan kembali ke peraduannya. Samar-samar bayangan rembulan mulai muncul menggantikan singgasana mentari yang tergeser.
"Halo Rima, nanti malam kita jalan ya," ucap Rama.
"Boleh, memangnya kita mau kemana?" tanya Rima.
"Ada deh, pokoknya kamu pasti senang," jawab Rama berteka-teki.
"Aduh kamu bikin aku penasaran deh. Ya sudah, sehabis magrib jemput aku ya,"
Sebenarnya pergi bersama bukan hal yang spesial bagi keduanya, mereka kerap jalan bersama selama ini. Tapi kata-kata Rama yang menekankan kata "Kamu pasti senang" telah memberi ribuan semangat di dadanya.
Gadis cantik itu membersihkan diri dengan semangat, ia jangkau setiap inci tubuhnya dengan sabun favoritnya. Rima Menggunakan pakaian terbaik yang ia punya, seolah hari ini adalah hari yang paling spesial baginya.
"Sayang, kamu mau kemana kok cantik dan wangi sekali?" tanya ibunya yang baru saja pulang bekerja.
"Mau pergi sama Rama, Bu," jawab Rima dengan senyum merekah.
"Jaga diri baik-baik ya, kalian masih muda dan memiliki masa depan yang panjang. Jangan sampai salah langkah karena waktu takkan kembali," pesan ibunya.
"Iya, Bu,"
Tin... tin...
Suara klakson mengalihkan perhatian mereka.
Rama turun dari motor Ninjanya, ia menyalami kedua orang tua kekasihnya dengan sopan. Setelah berpamitan mereka bergegas meninggalkan tempat itu dengan perasaan berbunga-bunga.
Tangan mulus Rima merangkul tubuh kekasihnya, menghilangkan jarak antara tubuh keduanya. Darah muda mereka berdesir, ada rasa hangat yang mengalir ke sekujur tubuh mereka. Wangi parfum masing-masing makin membuat mereka betah berada dalam keadaan itu.
"Rama, kita mau kemana?" tanya Rima.
Gadis itu bingung kemana kekasihnya akan mengajaknya pergi, karena dari tadi mereka hanya berkendara tak tentu arah.
"Nanti kamu juga akan tahu," jawab Rama.
Setelah hampir satu jam berkendara, mereka sampai di sebuah taman yang indah dan romantis. Banyak pasangan muda yang sedang memadu kasih di sana. Rama membawanya agak jauh dari pasangan-pasangan itu.
"Ini tempat apa?" tanya Rima.
"Ya tempat orang pacaran, tempat orang memadu kasih," jawab Rama.
Wajah Rima merona, ia merasa senang juga takut dalam waktu yang bersamaan. Mereka duduk di bawah pohon palem, dalam pencahayaan bulan yang temaram dan gemerlap bintang. Hati keduanya berdegup kencang, baru kali ini mereka berpacaran di tempat sepi seperti ini.
"Rima, apakah kamu benar-benar mencintai ku?"
Rama menggenggam kedua tangan kekasihnya, tatapannya tajam menyorot manik indah gadis cantik di depannya. Wajah mereka kian dekat, namun saat Rama makin mendekatkan wajahnya Rima mengalihkan pandangannya ke arah lain.
"Tentu saja aku mencintai mu, kenapa kamu masih saja bertanya sih," jawab Rima sedikit kesal.
"Apa buktinya?"
Rima kini menatap tajam ke arah kekasihnya.
"Apa selama ini kebersamaan kita bukan bukti untuk mu?"
Rama menggeleng cepat, bukan bukti itu yang ia harapkan.
"Kamu bisa saja meninggalkan dan melupakan aku begitu saja, karena tidak ada ikatan yang kuat antara kita," ucap Rama.
"Apa sih maksud mu, aku sungguh tidak mengerti?"
Rima kesal karena Rama terlalu banyak berteka-teki.
"Serahkan semua yang kamu miliki kepada ku, maka kita akan terikat selamanya," jawab Rima.
"Tapi aku tidak punya apa-apa? Apa yang harus aku berikan?" tanya Rima.
"Jika aku punya sesuatu yang berharga, pasti aku rela memberinya untuk mu," imbuhnya.
Rama tersenyum, ia segera menarik tangan kekasihnya dan menaiki motornya lagi. Rima menurut saja walau tidak tahu akan kemana. Mereka berhenti di sebuah kawasan yang tampak seperti kontrakan atau tempat kos bagi Rima. Kekasihnya tampak berbicara dengan seseorang, mungkin dia pemilik atau karyawan tempat itu.
"Rama, ini tempat apa?" tanya Rima.
Rima mengedarkan pandangan ke seluruh ruangan, tampak sebuah kamar tidur, kamar mandi dan lainnya. Ruangan ini lebih besar dari kosannya.
"Aku ingin kamu menyerahkan milik mu yang paling berharga, aku ingin kita terikat selamanya,"
Rama mulai mendekati kekasihnya, ia mulai mencium bibir gadis itu dengan lembut. Awalnya Rima menolak, namun ciuman dan sentuhan kekasihnya membuat dirinya bagai tersengat listrik. Ini lebih jauh dari apa yang pernah mereka lakukan.
Tanpa mereka sadar mereka telah berada di atas kasur. Ranjang itu menjadi saksi gelora cinta keduanya. Rama yang belajar semuanya dari video biru yang ditontonnya, mengaplikasikan keahliannya. Ia mengabsen setiap inci tubuh kekasihnya.
"Akh... Jangan Rama, jangan sampai bawah," pinta Rima dalam sela rintihannya.
"Tapi, milik ku ingin sekali berjumpa dengan milik mu," ucap Rama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Zenun
hmmm pada bocil juga
2023-07-08
0
Alifia Najla Azhara
emane masih sekolah SDH salah jlan
2023-02-18
0
SBY army
semangat ya
2023-02-06
0