Bab 12 Rencana Pernikahan

"Maksud Ayah apa? Jangan sembarangan kalau berbicara,"

Rima tak mau percaya begitu saja, ia tahu ayahnya suka bicara sembarangan. Bisa saja ini memang fitnah darinya agar ibunya terlihat bersalah dan Rima membencinya.

"Tanya saja pada ibu mu, yang ****** itu,"

Pria itu pergi dengan membanting pintu dengan keras. Membuat mereka terkejut.

"Bu, apa maksud ayah sebenarnya?" tanya Rima.

"Ibu juga tidak mengerti, dia selalu saja berkata begitu dari sejak kamu lahir. Ibu juga sering bertanya apa maksudnya berkata seperti itu, tapi ayah mu tidak pernah menjelaskan. Aku juga bingung, Rima,"

Ibunya hanya bisa menangis, sepertinya dia memang tidak tahu apa-apa.

"Ya sudah Bu, tidak perlu di pikirkan lagi. Mungkin itu hanya omong kosong ayah saja yang ingin mencari-cari kesalahan ibu," ucap Rima.

☆☆☆

Sore harinya.

"Reza, ibu berangkat kerja dulu ya. Jangan keluyuran, di rumah saja,"

Bu Santi berpesan kepada putranya, ia menyodorkan uang 10 ribu untuknya.

"Kebetulan sekali, bagi uang juga dong,"

Pak Tono datang tiba-tiba juga meminta uang tanpa rasa berdosa sama sekali.

"Uang ku menipis, tinggal untuk kebutuhan sehari-hari. Aku masih belum gajian," jawab bu Santi.

"Alasan saja kamu, itu Reza kamu kasih uang,"

"Itu kan hanya 10 ribu, apa kamu mau aku kasih 10 ribu?"

"Ah kamu itu memang kurang ajar, mentang-mentang bisa cari uang sendiri. Awas kamu, tunggu pembalasan dari ku,"

Pria itu pergi membawa rasa marahnya, selalu seperti itu kelakuannya. Bahkan tak jarang pria itu main fisik terhadap anak dan istrinya.

☆☆☆

Keesokan harinya.

"Halo Rima, kamu sedang apa?" tanya Rama.

"Sedang santai, baru saja sarapan," jawab Rima.

"Rencananya orang tua ku sebentar lagi akan ke rumah mu, mereka akan membicarakan tentang pernikahan kita," ucap Rama.

"Benarkah? Kalau begitu aku akan segera memberitahu ibu. Siapa saja yang mau datang, apa orang tua mu saja?"

"Rencananya Om dan Tante, saudara dari ayah ku juga akan ikut. Jadi sekitar empat orang," jawab Rama.

"Apa kamu tidak ikut?"

"Kata ayah tidak perlu, karena ini akan membicarakan tentang lamaran sekaligus pernikahan kita,"

"Ok, baiklah akan aku beritahu ibu,"

Setelah selesai Rima segera memberitahu ibunya. Mereka akhirnya berbelanja untuk suguhan tamu nanti. Tidak banyak yang mereka beli karena keadaan keuangan mereka juga masih kekurangan, apalagi Rima juga belum gajian.

"Nak, apa ini pantas untuk suguhan calon mertua mu? Sebenarnya ingin membelikan lebih, tapi uang ibu juga terbatas,"

Wanita itu terlihat sedih karena tidak bisa memberikan yang terbaik untuk putrinya yang akan segera menikah.

"Tidak perlu di paksa Bu, apa adanya saja. Aku yakin orang tua Rama pasti mengerti walaupun mereka keluarga terpandang di tempat ini,"

Rima mencoba menghibur ibunya yang terlihat sedih.

"Sebenarnya yang lebih ibu pikirkan adalah tentang pernikahan mu, dari mana nanti ibu akan mendapat uang untuk mengadakan resepsi," ucap Bu Santi.

"Syukuran sederhana saja Bu, tidak perlu ada pesta. Aku tidak menuntut apa-apa, ini semua juga kesalahan ku. Jika saja aku bisa menjaga diri, tidak akan buru-buru menikah seperti ini,"

Kini Rima merasa bersalah, beban di pundak ibunya semakin berat karena kesalahan yang ia perbuat.

"Ini bukan murni kesalahan mu Nak, semua memang karena keadaan. Sudahlah yang penting sekarang kita pikul bersama agar terasa lebih ringan,"

Mereka berdua berpelukan cukup lama. Setelah merasa cukup tenang, keduanya mulai menata suguhan di dalam piring hingga selesai.

"Rima, kamu hubungi dulu ayah mu, bagaimanapun dia harus tahu orang tua Rama akan datang,"

Rima segera menuruti ibunya, ia mulai menghubungi ayahnya.

"Ada apa kamu menelepon ayah?" tanya ayahnya ketus.

"Yah, orang tua Rama sebentar lagi akan datang ke rumah. Mereka akan membicarakan tentang pernikahan, bisakah ayah pulang?" tanya Rima.

"Ya, sebentar lagi aku pulang,"

Panggilan di putus ayahnya secara sepihak. Sepuluh menit kemudian ternyata ayahnya benar-benar datang. Pria itu segera berganti pakaian dengan yang lebih rapi dan sopan. Rima dan ibunya senang melihat pria itu tidak marah-marah seperti biasanya.

Sekitar 30 menit kemudian keluarga Rama benar-benar datang. Walaupun dari keluarga berada, ternyata mereka sama sekali tidak menghina keluarga Rima. Mereka membicarakan tentang proses lamaran dan pernikahan Rama dan Rima dengan lancar.

"Jadi lamaran akan di adakan hari jumat, sekalian dengan ijab kabulnya. Lalu untuk resepsinya akan di adakan hari sabtu malam minggunya. Bagaimana menurut orang tua Rima?"

Orang tua Rama meminta pendapat dari orang tua Rima.

"Sebenarnya kita setuju saja, karena mau tidak mau ini memang solusi yang terbaik agar kedua keluarga tidak malu. Hanya saja kita ini kan dari keluarga sederhana, bagaimana dengan biaya pernikahan nanti? Semua yang terjadi secara mendadak membuat kita tidak sempat menabung untuk acara ini," ujar pak Tono terus terang.

Bu Santi dan Rima sangat malu dengan sikap pria itu yang terlalu berterus terang dan terkesan memanfaatkan keluarga Rama yang kaya. Harusnya pria itu bisa lebih menahan diri, namun semuanya sudah terlanjur terjadi.

"Tenang saja, untuk masalah biaya semua menjadi tanggung jawab keluarga kita Pak. Semua acara akan di adakan di rumah kami, karena tidak memungkinkan di lakukan di sini. Apa kiranya keluarga Rima tidak keberatan?"

Ayah Rama menjawab dengan bijaksana, ia tahu memang Rima bukan berasal dari keluarga mampu. Apalagi mereka sebagai pihak pria memang bertanggung jawab atas semuanya, mengingat ini juga merupakan kesalahan anak mereka.

"Baiklah jika begitu, kita tidak masalah jika memang semua biaya di tanggung keluarga pria,"

Kesepakatan sudah terjadi, mereka terus berbincang untuk beberapa saat sebelum akhirnya keluarga Rama berpamitan untuk pulang. Keluarga Rima mengantar tamunya sampai di depan rumah.

"Walaupun semua biaya di tanggung mereka, kita juga harus punya uang. Paling tidak untuk syukuran kecil-kecilan berbagi kepada tetangga," ucap pak Tono.

"Iya aku tahu, nanti aku akan berusaha mencari pinjaman," jawab bu Santi.

"Ya kamu atur saja, aku tidak mau ikut pusing,"

Ayah Rima berganti baju dan pergi lagi dari rumah.

"Ibu mau pinjam kemana? Sepertinya nanti aku juga akan meminjam dari Mas Anton, semoga saja dia memberi walau aku belum bekerja selama sebulan,"

Dunia sepertinya memang terbalik, harusnya tanggung jawab mencari nafkah adalah tugas seorang pria namun di keluarga Rima justru kaum wanita yang lebih memikul tanggung jawab itu. Miris memang, namun itulah kenyataannya.

"Tenang saja, ibu pasti mendapat pinjaman. Aku harap hidup mu akan bahagia setelah menikah, Rima. Semoga saja Rama menjadi suami yang bertanggung jawab, tidak seperti ayah kamu,"

Doa tulus dari seorang ibu yang mengharap kebahagian untuk hidup putrinya yang selama ini belum bisa ia bahagiakan.

Terpopuler

Comments

Alifia Najla Azhara

Alifia Najla Azhara

yg penting sah g USA pesta tddk paa

2023-02-19

0

Alkenzie

Alkenzie

iya, yang penting sah

2023-02-12

0

SBY army

SBY army

nikah biasa az yg pnting halal

2023-02-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Awal Mula
2 Bab 2 Kesucian Yang Terenggut
3 Bab 3 Cemburu
4 Bab 4 Terulang Lagi
5 Bab 5 Positif
6 Bab 6 Memberitahu Rama
7 Bab 7 Kata Dokter
8 Bab 8 Ke Rumah Rama
9 Bab 9 Akhirnya Ibu Tahu
10 Bab 10 Kabar Mengejutkan
11 Bab 11 Rahasia Yang Terkuak
12 Bab 12 Rencana Pernikahan
13 Bab 13 Akhirnya Sah
14 Bab 14 Mulai Ada Konflik
15 Bab 15 Bertengkar
16 Bab 16 Nafkah Dari Rama
17 Bab 17 Bekerja Kembali
18 Bab 18 Uang Hilang
19 Bab 19 Ketahuan
20 Bab 20 Berhenti Berkerja
21 Bab 21 Menderita
22 Bab 22 Istri Yang Tidak di Inginkan
23 Bab 23 Cobaan
24 Bab 24 Melahirkan
25 Bab 25 Menikmati Peran Sebagai Ayah
26 Bab 26 Firasat Buruk
27 Bab 27 Kesalahan Yang Nikmat
28 Bab 28 Hari Yang Sial
29 Bab 29 Pulang
30 Bab 30 Merintis Usaha
31 Bab 31 Rama Selingkuh?
32 Bab 32 Tertipu
33 Bab 33 Gulung Tikar
34 Bab 34 Menjadi Security
35 Bab 35 Menganggur Lagi
36 Bab 36 Pergi Dari Rumah
37 Bab 37 Menjemput Rima
38 Bab 38 Menolak Pulang
39 Bab 39 Kemarahan Bu Yani
40 Bab 40 Terpaksa Menjemput
41 Bab 41 Bermesraan
42 Bab 42 Rima Bekerja Lagi?
43 Bab 43 Melamar Kerja
44 Bab 44 Hari Pertama Bekerja
45 Bab 45 Lelah
46 Bab 46 Uang Mu Juga Uang Ku
47 Bab 47 Rama Pemalas
48 Bab 48 Mengerjai Rama
49 Bab 49 Di Kerjain Hantu
50 Bab 50 Merawat Ibu
51 Bab 51 Berhenti Bekerja
52 Bab 52 Jadi Kuli
53 Bab 53 Kecelakaan
54 Bab 54 Memulai Kembali
55 Bab 55 Bahagia
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Bab 1 Awal Mula
2
Bab 2 Kesucian Yang Terenggut
3
Bab 3 Cemburu
4
Bab 4 Terulang Lagi
5
Bab 5 Positif
6
Bab 6 Memberitahu Rama
7
Bab 7 Kata Dokter
8
Bab 8 Ke Rumah Rama
9
Bab 9 Akhirnya Ibu Tahu
10
Bab 10 Kabar Mengejutkan
11
Bab 11 Rahasia Yang Terkuak
12
Bab 12 Rencana Pernikahan
13
Bab 13 Akhirnya Sah
14
Bab 14 Mulai Ada Konflik
15
Bab 15 Bertengkar
16
Bab 16 Nafkah Dari Rama
17
Bab 17 Bekerja Kembali
18
Bab 18 Uang Hilang
19
Bab 19 Ketahuan
20
Bab 20 Berhenti Berkerja
21
Bab 21 Menderita
22
Bab 22 Istri Yang Tidak di Inginkan
23
Bab 23 Cobaan
24
Bab 24 Melahirkan
25
Bab 25 Menikmati Peran Sebagai Ayah
26
Bab 26 Firasat Buruk
27
Bab 27 Kesalahan Yang Nikmat
28
Bab 28 Hari Yang Sial
29
Bab 29 Pulang
30
Bab 30 Merintis Usaha
31
Bab 31 Rama Selingkuh?
32
Bab 32 Tertipu
33
Bab 33 Gulung Tikar
34
Bab 34 Menjadi Security
35
Bab 35 Menganggur Lagi
36
Bab 36 Pergi Dari Rumah
37
Bab 37 Menjemput Rima
38
Bab 38 Menolak Pulang
39
Bab 39 Kemarahan Bu Yani
40
Bab 40 Terpaksa Menjemput
41
Bab 41 Bermesraan
42
Bab 42 Rima Bekerja Lagi?
43
Bab 43 Melamar Kerja
44
Bab 44 Hari Pertama Bekerja
45
Bab 45 Lelah
46
Bab 46 Uang Mu Juga Uang Ku
47
Bab 47 Rama Pemalas
48
Bab 48 Mengerjai Rama
49
Bab 49 Di Kerjain Hantu
50
Bab 50 Merawat Ibu
51
Bab 51 Berhenti Bekerja
52
Bab 52 Jadi Kuli
53
Bab 53 Kecelakaan
54
Bab 54 Memulai Kembali
55
Bab 55 Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!