Bab 5 Positif

Satu bulan kemudian.

Rima benar-benar mematuhi perintah ayahnya, ia hanya keluar untuk melamar pekerjaan. Selebihnya hanya ia habiskan di kosan, membantu pekerjaan ibunya atau sekadar nonton tv bersama adiknya. Rima merasa bosan dan tertekan, namun dirinya tidak mampu berbuat apa-apa. Hatinya terlalu takut untuk membangkang, ia tidak mau menjadi samsak tinju ayahnya.

Beruntung penderitaannya segera berakhir, ia mendapat tawaran untuk membantu menjaga konter handphone yang cukup besar milik teman tantenya. Ia merasa senang sekali walaupun gajinya tidak UMR, namun bisa membantu kebutuhan keluarganya.

Sudah seminggu ini Rima mulai bekerja, ia gembira bisa melihat dunia luar kembali setelah beberapa minggu hanya bisa mendekam di kosan. Ia bisa berinteraksi dengan teman-temannya di tempat kerja. Walaupun terkadang ia merasa letih karena pekerjaannya mengharuskan dirinya untuk berdiri lama, namun tidak mengurangi rasa bahagianya.

"Huek... huek..."

Rima merasa sedikit pusing, perutnya terasa mual dan ingin muntah.

"Rima, kamu kenapa Sayang? Apa kamu masuk angin karena kecapean?" tanya ibunya begitu perhatian.

"Tidak tahu Bu, mungkin memang masuk angin. Bisa tolong kerokin Bu, setelah itu aku akan minum obat masuk angin,"

Ibunya dengan sabar membantu Rima.

"Wah merah sekali, sepertinya memang masuk angin ini," ucap ibunya.

"Benarkah Bu? Pantas saja sejak di tempat kerja rasanya tubuh ku tidak nyaman," balas Rima.

"Ya sudah, setelah ini minum obat lalu segera istirahat ya. Kamu belum terbiasa bekerja, mungkin tubuh ku kaget," ucap ibunya.

Rima menuruti kata-kata ibunya, setelah meminum obat ia merebahkan diri dan menarik selimut untuk segera beristirahat.

☆☆☆

Keesokan harinya.

"Huek... huek... aduh mengapa aku masih merasa mual sekali, kepala ku juga terasa berat,"

Rima segera membuat segelas teh hangat setelah muntah di kamar mandi. Ibunya masuk pagi, jadi dia harus bisa merawat dirinya sendiri. Walaupun bekerja ibunya selalu menyiapkan kebutuhan untuk orang rumah sebelum dirinya berangkat bekerja. Jika dirinya tidak sempat memasak maka akan membeli sayur dan lauk matang dari luar, jadi tinggal memasak nasi saja di rumah.

"Kamu kenapa kok muntah-muntah? Sakit?" tanya ayahnya yang ternyata ada di depan kosan memperbaiki motornya.

"Iya Yah, dari semalam sepertinya masuk angin," jawab Rima.

"Mungkin kelelahan karena belum terbiasa bekerja. Kalau memang tidak sehat lebih baik libur dulu bekerjanya," ucap Ayahnya.

Ayah Rima memang aneh, terkadang begitu kasar dan ringan tangan namun tak jarang ia juga lembut dan penuh perhatian.

"Mungkin setelah istirahat sebentar akan membaik Yah. Jika ayah mau sarapan semua sudah di siapkan di lemari makan,"

"Tidak perlu Repot Rima, lebih baik kamu istirahat saja supaya cepat sembuh,"

Rima menuruti ucapan ayahnya, setelah sarapan dan minum teh hangat yang ia buat tadi, ia segera membaringkan tubuhnya kembali. Rasa pusing dan mual membuat tubuhnya menjadi lemas. Dengan begitu cepat ia telah bergelut di dunia mimpi.

"Apa yang kamu katakan tadi, Rima? Bagaimana mungkin itu anak ku, kita hanya melakukannya beberapa kali? Itu pasti bukan anak ku,"

"Tidak Rama, ini benar-benar benih mu. Aku tidak melakukannya selain dengan diri mu. Kamu harus bertanggung jawab, Rama,"

Rima menangis memohon pengakuan Rama, namun pria itu sama sekali tidak percaya.

"Bohong, kamu pasti sudah tidur dengan pria lain," ucap Rama.

"Tidak, aku berani bersumpah aku hanya tidur dengan mu," balas Rima.

"Lepaskan aku Rima, aku tidak percaya,"

Rama pergi meninggalkan Rima yang menangis meraung-raung sembari memegangi perutnya yang buncit.

"Rama... jangan pergi..." teriak Rima.

"Rima, Rima, bangun Nak. Kamu kenapa?"

Ayah Rima mengguncang tubuh putrinya cukup keras, ia kuatir karena melihatnya mengeluarkan banyak keringat.

"Ayah? Aku kenapa?"

Rima yang terbangun dari mimpinya masih bingung dengan yang ia alami.

"Kamu tadi mengigau, menangis memanggil nama Rama. Kamu mimpi apa sampai seperti itu?" tanya ayahnya.

'Oh Tuhan, syukurlah tadi hanya mimpi,' batin Rima.

"Tidak apa-apa Yah, hanya mimpi Rama jatuh ke jurang makanya aku teriak," jawab Rima sekenanya.

"Ada-ada saja kamu, makanya jangan terlalu memikirkan pria toh belum tentu nanti menikah dengan dia," ucap ayahnya.

Rima hanya diam, ia masih memikirkan tentang mimpinya tadi. Ia baru ingat jika bulan ini sudah lewat dari tanggal biasanya ia menstruasi.

"Yah aku pamit mau ke apotik dulu ya, mau beli obat masuk angin,"

Rima bersiap-siap mengenakan jaketnya.

"Biar ayah saja yang belikan, kamu kan masih sakit. Mau beli obat apa namanya?"

"Tidak perlu Yah, biar aku berangkat sendiri saja. Ada kebutuhan lain yang harus aku beli juga,"

"Ya sudah sana, hati-hati tidak perlu ngebut,"

Rima segera mengambil motor dan bergegas pergi. Ia sengaja menuju apotik yang letaknya jauh dari tempat tinggalnya karena ia juga berniat membeli tespek kehamilan. Mimpinya tadi membuat hatinya gelisah jadi ia memutuskan untuk melakukan tes kehamilan supaya hatinya merasa tenang.

Dengan langkah perlahan ia menuju ke arah mbak kasir yang melayani.

"Mbak, beli obat masuk angin dua bungkus sama tespek dua," ucap Rima.

Ia sempat di tanyai tentang merk, mbak kasir juga bertanya ia mau tespek biasa atau yang bagus. Karena ia tidak tahu, ia menjawab saja yang biasa. Sebenarnya karyawan itu tidak mungkin mengenalinya karena dirinya memakai masker. Namun namanya saja orang salah, pasti ada rasa gelisah dan takut di dalam hatinya.

"Jadi totalnya berapa ya, Mbak?" tanya Rima.

"Tujuh belas ribu,"

Rima segera menyodorkan uang 20 ribu kepada karyawan apotek itu. Setelah menerima kembalikan ia segera pergi dari sana. Tidak lupa ia menyembunyikan tespek itu di saku jaketnya agar tidak ketahuan orang lain.

"Rima, ayah mau pergi dulu. Kalau kamu jadi bekerja, nanti kuncinya kamu taruh saja di tempat biasa ya," ucap ayahnya saat dirinya baru saja datang.

"Iya Yah,"

Setelah memarkirkan motor ia segera masuk ke dalam rumah dan mengunci pintunya. Dengan sangat penasaran ia membuka petunjuk tespek yang ia beli tadi.

"Oh jadi kalau garisnya satu negatif, tapi kalau dua berarti positif ya. Semoga saja garisnya satu," harap Rima.

"Duh mana lagi tidak mau pipis, bagaimana ya?"

Walaupun tidak ingin buang air kecil ia tetap menyiapkan wadah untuk menampung urine nya nanti.

"Harusnya saat baru bangun tidur tadi, tapi aku penasaran sekali. Aku coba satu saja deh,"

Rima segera membuka bungkus tespek itu, ia mulai pipis di wadah yang telah ia siapkan tadi. Dengan perlahan ia mulai mencelupkan alat itu ke dalam wadah. Dengan perasaan berdebar ia menunggu urine itu naik sampai melewati tanda.

"Oh, astaga... positif,"

Terpopuler

Comments

Zenun

Zenun

mimpinya kenyataan

2023-07-08

0

Alifia Najla Azhara

Alifia Najla Azhara

bunting deh.

2023-02-18

0

Alkenzie

Alkenzie

Iya kak, ank zaman skg

2023-02-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Awal Mula
2 Bab 2 Kesucian Yang Terenggut
3 Bab 3 Cemburu
4 Bab 4 Terulang Lagi
5 Bab 5 Positif
6 Bab 6 Memberitahu Rama
7 Bab 7 Kata Dokter
8 Bab 8 Ke Rumah Rama
9 Bab 9 Akhirnya Ibu Tahu
10 Bab 10 Kabar Mengejutkan
11 Bab 11 Rahasia Yang Terkuak
12 Bab 12 Rencana Pernikahan
13 Bab 13 Akhirnya Sah
14 Bab 14 Mulai Ada Konflik
15 Bab 15 Bertengkar
16 Bab 16 Nafkah Dari Rama
17 Bab 17 Bekerja Kembali
18 Bab 18 Uang Hilang
19 Bab 19 Ketahuan
20 Bab 20 Berhenti Berkerja
21 Bab 21 Menderita
22 Bab 22 Istri Yang Tidak di Inginkan
23 Bab 23 Cobaan
24 Bab 24 Melahirkan
25 Bab 25 Menikmati Peran Sebagai Ayah
26 Bab 26 Firasat Buruk
27 Bab 27 Kesalahan Yang Nikmat
28 Bab 28 Hari Yang Sial
29 Bab 29 Pulang
30 Bab 30 Merintis Usaha
31 Bab 31 Rama Selingkuh?
32 Bab 32 Tertipu
33 Bab 33 Gulung Tikar
34 Bab 34 Menjadi Security
35 Bab 35 Menganggur Lagi
36 Bab 36 Pergi Dari Rumah
37 Bab 37 Menjemput Rima
38 Bab 38 Menolak Pulang
39 Bab 39 Kemarahan Bu Yani
40 Bab 40 Terpaksa Menjemput
41 Bab 41 Bermesraan
42 Bab 42 Rima Bekerja Lagi?
43 Bab 43 Melamar Kerja
44 Bab 44 Hari Pertama Bekerja
45 Bab 45 Lelah
46 Bab 46 Uang Mu Juga Uang Ku
47 Bab 47 Rama Pemalas
48 Bab 48 Mengerjai Rama
49 Bab 49 Di Kerjain Hantu
50 Bab 50 Merawat Ibu
51 Bab 51 Berhenti Bekerja
52 Bab 52 Jadi Kuli
53 Bab 53 Kecelakaan
54 Bab 54 Memulai Kembali
55 Bab 55 Bahagia
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Bab 1 Awal Mula
2
Bab 2 Kesucian Yang Terenggut
3
Bab 3 Cemburu
4
Bab 4 Terulang Lagi
5
Bab 5 Positif
6
Bab 6 Memberitahu Rama
7
Bab 7 Kata Dokter
8
Bab 8 Ke Rumah Rama
9
Bab 9 Akhirnya Ibu Tahu
10
Bab 10 Kabar Mengejutkan
11
Bab 11 Rahasia Yang Terkuak
12
Bab 12 Rencana Pernikahan
13
Bab 13 Akhirnya Sah
14
Bab 14 Mulai Ada Konflik
15
Bab 15 Bertengkar
16
Bab 16 Nafkah Dari Rama
17
Bab 17 Bekerja Kembali
18
Bab 18 Uang Hilang
19
Bab 19 Ketahuan
20
Bab 20 Berhenti Berkerja
21
Bab 21 Menderita
22
Bab 22 Istri Yang Tidak di Inginkan
23
Bab 23 Cobaan
24
Bab 24 Melahirkan
25
Bab 25 Menikmati Peran Sebagai Ayah
26
Bab 26 Firasat Buruk
27
Bab 27 Kesalahan Yang Nikmat
28
Bab 28 Hari Yang Sial
29
Bab 29 Pulang
30
Bab 30 Merintis Usaha
31
Bab 31 Rama Selingkuh?
32
Bab 32 Tertipu
33
Bab 33 Gulung Tikar
34
Bab 34 Menjadi Security
35
Bab 35 Menganggur Lagi
36
Bab 36 Pergi Dari Rumah
37
Bab 37 Menjemput Rima
38
Bab 38 Menolak Pulang
39
Bab 39 Kemarahan Bu Yani
40
Bab 40 Terpaksa Menjemput
41
Bab 41 Bermesraan
42
Bab 42 Rima Bekerja Lagi?
43
Bab 43 Melamar Kerja
44
Bab 44 Hari Pertama Bekerja
45
Bab 45 Lelah
46
Bab 46 Uang Mu Juga Uang Ku
47
Bab 47 Rama Pemalas
48
Bab 48 Mengerjai Rama
49
Bab 49 Di Kerjain Hantu
50
Bab 50 Merawat Ibu
51
Bab 51 Berhenti Bekerja
52
Bab 52 Jadi Kuli
53
Bab 53 Kecelakaan
54
Bab 54 Memulai Kembali
55
Bab 55 Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!