"Kenapa kamu ketakutan? Bukankah tempo hari kamu begitu menikmatinya?" tanya Rama.
"Apa? Kamu tidak akan memukul ku?" tanya Rima masih ketakutan.
"Tidak, tapi kamu harus membuat ku senang," jawab Rama.
Rama mulai memberikan kecupan di bibir kekasihnya sembari berusaha membuka kancing baju Rima. Gadis itu tidak bisa berkutik lagi ketika kekasihnya makin intent mencium dan menyentuh setiap inci tubuhnya. Ia menggeliat merasakan setiap kenikmatan yang mereka ciptakan.
Mereka saling memberi sentuhan dalam waktu yang cukup lama hingga sampai ada yang berkedut dan berhasil melakukan pelepasan. Untuk kali ini mereka lebih atraktif karena sudah berpengalaman sebelumnya.
"Rama, mengapa tidak kamu keluarkan di luar saja? Bagaimana jika aku hamil?" tanya Rima dengan napas masih terengah-engah.
"Sudah ku bilang, kita akan menikah jika kamu hamil," jawab Rama tenang.
"Apa orang tua kita akan merestui?"
"Tentu saja Rima, mana ada orang tua yang akan membiarkan seseorang melahirkan tanpa suami. Sudah, kamu tenang saja,"
Rama berbalik badan, sekarang mereka saling berpandangan. Melihat tubuh kekasihnya hanya di tutupi selimut kembali membuat Rama bergairah, ia kembali mencium bibir gadis itu dengan rakus. Tangannya terus bergerilya di seluruh tubuh Rima. Mereka kembali melakukan penyatuan.
☆☆☆
Di kosan Rima.
"Kemana lagi anak gadis mu itu? Sudah hampir sore belum juga pulang?" tanya ayah Rima.
"Tadi pamit mau melamar pekerjaan bersama Danu, anak tetangga kita itu," jawab istrinya.
"Yang benar saja, satu jam lalu aku ketemu Danu di jalan sedang mengantar orang tuanya. Anak mu itu pasti keluyuran tidak jelas,"
"Coba aku tanya Danu dulu,"
Bu Santi segera bergegas ke rumah Danu. Ia tidak ingin Rima kena marah ayahnya karena tidak pulang-pulang.
Tok... tok... tok...
"Assalamualaikum,"
Karena tidak ada sahutan, bu Santi kembali mengetuk pintu dan mengucap salam.
"Waalaikum salam, eh ada bu Santi. Silahkan masuk, Bu," ucap Danu.
"Tidak perlu Danu, ibu kesini hanya mau bertanya tentang Rima. Tadi dia kan pergi dengan mu melamar pekerjaan, mengapa sampai sekarang belum pulang juga ya?" tanya bu Santi.
"Tadi memang kita melamar kerja bersama, tapi saat mau pulang Rama datang. Dia bilang akan mengantar Rima pulang, apa mereka belum tiba?"
Bu Santi menggeleng, perasaannya tidak nyaman. Ia kuatir dengan putrinya, apalagi jika sampai suaminya tahu pasti Rima akan di pukuli.
"Mereka kemana ya? Padahal sudah dua jam lalu dari saat kita mau pulang tadi, Bu," ucap Danu.
"Ibu kuatir, apalagi ayahnya sedang ada di rumah. Rima pasti kena marah jika sampai tahu dia pergi bersama Rama. Tolong kamu hubungi Rama agar mereka segera pulang, karena ibu tidak bisa menghubungi ponsel Rima ya," pinta bu Santi.
"Saya tidak punya nomor Rama, tapi nanti akan saya minta sama teman yang lain. Ibu jangan kuatir ya, mungkin mereka sedang jalan-jalan,"
"Baiklah, terima kasih ya Danu. Ibu permisi dulu.
Setelah bu Santi pergi, Danu segera menghubungi teman-temannya yang tahu nomor ponsel Rama. Setelah dapat ia segera menghubunginya.
Tut... tut... tut...
Panggilan terhubung, namun sama sekali tidak di angkat. Danu mencoba beberapa kali, namun masih tetap tidak di angkat. Ia memutuskan untuk mengirim pesan saja.
[Rama ini Danu. Ibunya Rima barusan ke rumah menanyakan keberadaan Rima. Cepat kalian pulang, karena ayah Rima bisa marah.]
Pesan terkirim. Sudah di baca namun belum di balas. Setelah menunggu sekitar 10 menit baru ia mendapat balasan.
[Kita sedang jalan-jalan. Ini sudah arah mau pulang.]
Danu merasa lega karena sudah mendapat balasan. Ia segera melanjutkan aktivitasnya kembali.
☆☆☆
"Bagaimana ini Rama? Ayah pasti memarahi ku karena pergi sangat lama," ucap Rima.
"Ya kita terima saja jika kena marah. Mau bagaimana lagi, tidak mungkin beralasan motor mogok lagi," balas Rama.
Rima ketakutan, ia ingat betapa kasarnya ayahnya. Bagaimana jika ia sampai memukul dirinya dan Rama juga, pasti urusannya akan bertambah panjang.
Sepanjang perjalanan pulang perasaan mereka di penuhi rasa cemas. Mereka memang pergi terlalu lama, orang tua Rima pasti merasa kuatir.
"Assalamualaikum,"
Dengan perlahan mereka mengucapkan salam. Kosan Rima tampak sepi, biasanya ayahnya akan sibuk memperbaiki motornya di teras depan. Tapi sepertinya ayahnya tidak ada di rumah, mereka sedikit merasa lega.
"Waalaikum salam, kalian kemana saja sih? Ayah mu dari tadi menunggu mu, sekarang dia sedang keluar sebentar. Ayo Rima cepat masuk dan Rama segeralah pulang sebelum ayah Rima datang,"
Baru saja Rima akan masuk, terdengar suara motor ayahnya yang datang. Jantung mereka berdebar tak menentu, bahkan Rama juga merasa sedikit ketakutan.
"Heh kalian, darimana saja sampai baru pulang?"
Ayah Rima menatap keduanya dengan tajam, keringat mulai membasahi wajah Rima yang ketakutan.
"Maaf Pak, tadi saya mengajak jalan-jalan Rima sehabis melamar pekerjaan. Maaf kita sampai lupa waktu,"
Akhirnya Rama bisa bersikap jantan, ia berani mengakui kesalahannya.
"Kalian itu baru lulus sekolah bukannya fokus mencari kerja malah keluyuran tidak jelas, sana kamu cepat pulang. Lain kali harus izin orang tuanya jika mau kemana-mana,"
Terkadang orang tua memang munafik, menyuruh anaknya untuk berperilaku baik sedangkan dirinya memberi contoh yang buruk.
"Iya Pak, ini memang salah saya. Maafkan saya ya Pak, saya permisi dulu,"
Dengan sopan Rama menjawab, akhirnya ia terbebas dari kemarahan pria kasar itu.
"Ya sudah, cepat pulang," usir ayah Rima.
Rama segera melajukan motornya ke arah pulang.
"Rima, sini kamu,"
Dengan tubuh bergetar karena takut Rima menghampiri ayahnya. Tidak ada Rama yang akan melindunginya kini jika ayahnya sampai memukulnya.
"Kamu itu seorang gadis, yang punya harga diri sedikit jangan mau saja di bawa pria kemana-mana. Kalau sudah hamil baru kamu tahu rasa,"
Degh...
Rima ketakutan setengah mati mendengar kata hamil. Semoga perkataan ayahnya tidak di aminkan oleh malaikat. Entah apa yang akan di lakukan ayahnya jika sampai tahu anak gadisnya sudah tidak suci lagi.
"Maaf Yah, Rima janji lain kali kalau kemana-mana akan izin dulu," ucap Rima lirih.
"Tidak ada lain kali, mulai sekarang kamu tidak boleh pergi kemana-mana. Kamu hanya boleh pergi untuk mencari kerja dan bekerja, selebihnya kamu akan diam di rumah," ucap ayahnya tegas.
"Pak, jangan keterlaluan kepada putri mu. Dia kan hanya pergi jalan-jalan," bela ibunya.
"Kamu tidak becus menjaga anak, kalau sampai bunting kalian baru tahu rasa. Sudah cepat kalian masuk jika tidak ingin aku pukul,"
Ayah Rima ingin melayangkan tangannya, ibunya segera menarik anak gadisnya untuk masuk. Rima menangis tidak berdaya. Ia heran mengapa tabiat ayahnya semakin hari menjadi semakin kasar.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Alifia Najla Azhara
huh ayahnya Rima bikin grget
2023-02-18
0
Alkenzie
bukan jahat lg, g pny perasaaan
2023-02-11
0
SBY army
jhat bget ayah rima
2023-02-11
0