Rama ******* bibir Rima untuk membungkamnya agar tidak bersuara. Ia terus menyerang Rima sampai ada yang berkedut di bawah sana.
"Rama, a-ku ma-u pipis," ucap Rima dengan terengah-engah.
"Akh..."
Seulas senyum penuh kemenangan tersungging di sudut bibir pria itu, ia berhasil memuaskan kekasihnya. Dengan tetap tak henti memberi sentuhan dan kecupan yang membuat Rima hingga merem melek, padahal ia baru saja mengeluarkan lahar panasnya. Pria itu segera memposisikan rudalnya tepat di depan gua milik Rima.
"Rama... sakit," rintih Rima.
"Hanya sebentar, setelah itu akan enak,"
"Akh..."
Dalam sekali hentakan pria itu berhasil menjebol gawang pertahanan Rima yang memang telah basah. Ia memompa perlahan. Des*h*n dan er*ng*n saling bersahutan keluar dari mulut keduanya.
"Rama, aku m-au pi-pis lagi," ucap Rima.
"Keluarkan saja Sayang, aku juga mau keluar,"
"Tidak, nanti ka-surnya ba-sah,"
Rima berkata dengan polosnya, karena ini memang yang pertama untuknya.
"Akh..."
Mereka memekik bersamaan, Rama mengeluarkan lahar panasnya di dalam. Sementara Rima begitu lemas setelah berhasil melakukan pelepasannya yang kedua. Karena kelelahan keduanya tertidur sejenak.
Beberapa saat kemudian, Rima bangun terlebih dahulu. Bagian bawahnya terasa perih sekali, ia berusaha bangkit untuk ke kamar mandi membersihkan sisa penyatuan tadi. Ia terhenyak tatkala melihat noda merah di seprei putih nan bersih itu.
"Oh, tidak," pekiknya.
Rima menangis di dalam kamar mandi, ia basuh seluruh tubuhnya dengan penuh rasa jijik. Kesuciannya telah terenggut oleh pria yang ia cintai. Entah bagaimana nasibnya kedepannya. Apa yang akan terjadi jika sampai dirinya tidak berjodoh dengan Rama.
"Ya Tuhan, maafkan aku yang terlalu lemah ini. Apa yang harus ku katakan kepada kedua orang tua ku, hiks... hiks,"
Rima terus menangis sampai Rama terbangun dan mendengar samar-samar suaranya bercampur dengan suara gemericik air. Dengan masih bertel*nj*ng bulat ia menghampiri kekasihnya itu.
"Rima kamu kenapa menangis?" tanya Rama.
"Pergi kamu... kenapa kamu begitu tega merenggut segalanya dari ku?"
Rima mengusir pria itu, ia menepis tangan Rama ketika coba menenangkannya.
"Maafkan aku Rima, aku melakukannya karena aku mencintai mu. Aku tidak mau kehilangan mu, aku akan bertanggung jawab Rima," ucap Rama.
"Aku harus berkata apa kepada orang tua ku, bagaimana jika aku hamil Rama? Aku masih muda, masa depan ku akan hancur jika sampai aku mengandung,"
Rima masih meratap, duduk dengan memeluk kedua lututnya di lantai kamar mandi yang dingin. Ia tak mau menatap kekasihnya, ia risih melihat pria itu bug*l di depannya.
"Kita akan hadapi semua bersama-sama, aku janji pada mu,"
Rama ikut duduk di depan gadis itu dan memeluknya. Rima menjadi sedikit tenang, ia berharap apa yang di katakan pria itu bukan sekadar bualan untuk membuatnya tenang. Rama membantu Rima berdiri, ia membantu gadis itu membersihkan tubuhnya.
Naluri kejantanannya mulai bangkit kembali, ia mencium bibir kekasihnya dengan lembut.
"Jangan lakukan lagi, aku mohon," pinta Rima.
Namun Rama yang terlanjur bern*fs*, tidak memperdulikan ucapan kekasihnya. Ia terus memberikan sentuhan dan kecupan hingga membuat Rima kembali melayang dan pasrah.
☆☆☆
Beberapa saat kemudian.
"Rama ayo cepat, ini sudah malam. Ayah pasti memarahi ku kali ini," ujar Rima penuh rasa gelisah.
"Tenang saja, nanti bilang saja motornya mogok sehingga harus di perbaiki dulu. Nanti aku juga akan membantu mu bicara," jawab Rama.
Motor melaju dengan kecepatan tinggi membuat Rima makin mempererat pelukannya. Sekitar 40 menit mereka akhirnya sampai di depan kosan Rima.
Tok... tok... tok...
Rima mengetuk pintu dengan gelisah, ia takut ayahnya yang membuka pintu.
"Kamu darimana saja Rima, ayah mu dari tadi menanyakan kamu. Ponsel mu tidak bisa di hubungi, kami semua sangat kuatir dengan keadaan mu,"
Untung saja ternyata ibunya yang membuka pintu, ia merasa sedikit tenang. Ibunya tidak sesadis ayahnya yang lebih ringan tangan saat ada sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginannya.
"Maaf Bu, tadi motornya mogok," jawab Rima.
"Iya Tante, mohon maaf kami pulang malam. Tadi motornya mogok jadi harus di perbaiki dulu," sahut Rama.
"Ya sudah tidak apa-apa, lain kali jika ada masalah jangan lupa beri kabar agar yang di rumah tidak kuatir. Terima kasih Rama sudah mengantar Rima kembali,"
Rama pun segera berpamitan dan berlalu dari tempat itu.
☆☆☆
Malam semakin larut, hawa dingin mulai menusuk tulang. Kosan yang hanya satu petak membuat Rima tidak punya privasi, rasa gelisah yang melingkupi hatinya karena kejadian tadi membuat netranya tidak bisa terpejam. Ada rasa gelisah dan takut dalam waktu yang bersamaan ia rasakan.
'Bagaimana jika aku hamil, aku begitu takut. Tapi rasa itu tidak bisa aku pungkiri, begitu nikmat dan membuat ketagihan. Oh tidak, apa yang baru saja ku pikirkan,' batin Rima sembari memukul-mukul kepalanya sendiri karena bisa berpikir kotor.
☆☆☆
Keesokan harinya.
Rima dan Rama pergi ke sekolah seperti biasanya. Namun tidak seperti biasanya, hari ini mereka lebih banyak diam dan tidak terlalu berinteraksi dengan sekitarnya. Kejadian itu meninggalkan rasa cemas yang membuat mereka tidak bisa hidup dengan tenang lagi.
"Rima, apa kamu masih memikirkan kejadian semalam?" tanya Rama.
Rima mengangguk, rasa penasaran dan nikmat membuat mereka berdua melakukan dosa besar. Iya, mereka sadar jika tidak sepantasnya mereka melakukannya sebelum menikah. Namun godaan setan kala itu begitu maha dasyatnya hingga membuat keduanya terlena.
"Aku akan menikahi mu jika kamu hamil," ucap Rama.
Rima menatap pria itu tajam.
"Jika aku hamil? Lalu bagaimana jika ternyata aku tidak hamil, apa kamu akan meninggalkan ku setelah semua ini?" tanya Rima serius.
Titik-titik air mulai membasahi manik matanya yang indah. Ada rasa sakit yang ia rasakan namun tak dapat di ungkapkan.
"Bukan begitu, maksud ku kita akan segera menikah jika memang kamu hamil. Tapi jika tidak, kita akan bekerja dulu mengumpulkan uang, baru kita akan menikah,"
Rama menjawab kesalah pahaman tadi. Rima diam, ia menyeka air matanya yang sempat memenuhi netranya.
"Jangan pernah tinggalkan aku Rama, semua telah aku berikan kepada mu," pinta Rima.
"Tidak akan, aku akan selalu melindungi dan menjaga mu,"
Rama mengusap rambut kekasihnya dengan lembut. Pria itu makin mencintai Rima setelah kejadian semalam. Kejadian itu menegaskan kepemilikannya atas gadis itu. Ini memang adalah rencananya untuk mengikat gadis itu, ia tidak ingin Rima pergi meninggalkannya suatu saat nanti.
"Rima, apa kamu ingin melakukan seperti semalam lagi?" tanya Rama.
"Apa? Tidak... sebaiknya kita melakukannya setelah menikah, cukup semalam saja," ucap Rima dengan gugup.
Sebenarnya Rama hanya ingin menggoda Rima, ia ingin tahu reaksi kekasihnya itu. Ternyata Rima menanggapinya dengan serius.
Jujur dalam sanubarinya, Rima begitu menikmati semuanya walau ia tahu ia salah. Namun melakukannya bersama pria yang sangat ia cintai membuatnya lupa segalanya.
Terkadang begitulah hidup, kita tidak mampu bertahan jika di suguhkan dengan kenikmatan dunia. Walaupun kita sadar jika itu hanya semu, tetap saja kita terjebak dan akan mengkambing hitamkan setan sebagai penggoda abadi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 55 Episodes
Comments
Alifia Najla Azhara
kenapa mau saja sih Rima itu, haddeh
2023-02-18
0