Bab 11 Rahasia Yang Terkuak

"Sebentar ya Bu, saya mau terima telepon penting dulu,"

Ibunya Rama meninggalkan mereka berdua untuk menerima telepon. Hati Rima berdegup tak menentu, ia takut Rama lari dari tanggung jawab untuk menikahinya.

"Bu bagaimana jika Rama lari, ia pergi meninggalkan aku?" tanya Rima lirih.

Sudut matanya mulai mengeluarkan cairan bening yang tidak mampu ia tahan lagi. Ia begitu takut menghadapi kenyataan yang akan dia alami tanpa kekasihnya.

"Tidak boleh berpikiran negatif, kita harus terus berpikiran positif. Apapun kondisinya kita harus mengabarkan ini semua, orang tua Rama harus segera tahu," jawab ibunya.

"Maaf ya, tadi neneknya Rama telepon. Ternyata salah paham, Rama sedang perjalanan pulang. Dia tidak pamit kepada neneknya karena saat itu sedang tidur sebelum subuh, tapi Rama pamit kepada kakeknya,"

Penjelasan ibunya Rama membuat hati Rima terasa lega. Ia berharap Rama akan segera datang agar bisa duduk bersama untuk membicarakan masalah mereka.

"Syukurlah jika seperti itu, semoga Rama selamat sampai di rumah," balas ibu Santi.

"Amin. Oh iya, katanya tadi ada yang mau di bicarakan?" tanya bu Yani, ibunya Rama.

"Iya Bu, ini menyangkut Rama dan Rima," jawab bu Santi.

"Iya Bu, saya dan ayahnya Rama sudah tahu hubungan mereka. Semoga anak-anak kita tidak akan saling menyakiti dan berjodoh," ucap bu Yani.

"Amin, tapi ini masalahnya cukup serius Bu. Rama dan Rima..."

Belum selesai bu Santi berbicara lagi-lagi harus terpotong kembali.

"Assalamualaikum,"

"Waalaikum salam, Rama. Kamu sudah sampai ternyata Nak,"

Bu Yani memeluk putranya, sementara Rama hanya diam saja. Ia justru terpana melihat kehadiran Rima dan ibunya di rumahnya.

"Rama..." panggil Rima.

Rama duduk bergabung dengan mereka.

"Bu, ada yang mau Rama sampaikan. Sebelumnya aku minta maaf kepada Ayah dan Ibu karena sudah mengecewakan. Aku mengaku salah karena sudah berbuat terlalu jauh dengan Rima, tolong nikahkan kami karena sekarang Rima sedang mengandung anak Rama,"

Dengan tertunduk penuh rasa bersalah akhirnya Rama berhasil mengucapkannya. Ibunya sangat terkejut sehingga tak mampu berkata-kata.

"Apa, beraninya kamu merusak anak gadis orang ya,"

Plakkk... plakkk...

Dua kali tamparan melayang di kedua pipi Rama, ternyata ayahnya mendengar apa yang ia katakan. Pria itu sangat emosi mengetahui putranya yang penggangguran berani membuat hamil anak gadis orang.

"Maafkan Rama Yah, aku tahu aku salah. Aku akan tanggung jawab,"

Rama berjanji sambil meringis kesakitan memegang sudut bibirnya yang berdarah.

"Sudah Yah, mau bagaimana lagi nasi sudah menjadi bubur. Kita harus segera menikahkan mereka," ucap Bu Yani.

"Mau kamu beri makan apa Rima jika kalian menikah? Kamu saja sangat malas di suruh bekerja. Makanya kalau melakukan sesuatu itu di pikir pakai otak jangan pakai dengkul,"

Ayah Rama masih meradang, terlihat sekali ia kesal dengan Rama.

"Maaf Pak jika saya ikut campur. Ini bukan hanya kesalahan anak-anak, kita sebagai orang tua juga patut di salahkan. Namun sekarang bukan saatnya mencari salah dan benar, karena kandungan Rima sekarang sudah mau menginjak 8 minggu. Kita harus segera menikahkan mereka,"

Bu Santi mencoba menengahi. Ia tidak ingin membuat keributan di sana, ia justru ingin membicarakan tentang solusi masalah anak mereka.

"Kita duduk dulu saja, bicarakan ini baik-baik," imbuh bu Yani.

Akhirnya semua duduk dengan tenang. Mereka semua tampak diam untuk beberapa saat. Rima dan Rama hanya bisa saling pandang sambil sesekali terlihat menunduk. Sekarang mereka hanya menunggu keputusan ayah Rama.

"Sebagai seorang pria, Rama harus bertanggung jawab atas perbuatannya. Setelah menikah kamu harus menafkahi istri mu, jadi harus segera mencari pekerjaan. Mereka akan tinggal di sini sembari menunggu rumah mereka selesai di bangun. Untuk pernikahan akan di lakukan secepatnya, nanti kita bicarakan lagi sesama orang tua. Bagaimana, apa Rima dan ibunya setuju?"

Alhamdulillah, lega rasanya mendengar keputusan ayah Rama. Tanpa terasa Rima dan ibunya menangis karena terharu. Mereka tahu ayah Rima pasti akan marah karena mereka mengambil keputusan secara sepihak. Apalagi untuk masalah terpenting bagi putrinya ia sama sekali tidak di beritahu dan di mintai pendapat.

"Kita ikut saja Pak, yang penting mereka segera menikah. Karena kasihan Rima jika sampai perutnya semakin besar, walaupun mereka memang salah tapi mereka telah sadar dan mencoba memperbaikinya," jawab bu Santi.

Setelah semua telah di sepakati bersama. Rima dan ibunya segera pamit dari sana.

☆☆☆

"Kalian darimana saja sih, rumah kosong tidak ada orang sama sekali. Ibu dan anak sama saja," ucap ayah Rima.

"Aku mau bicara pak, masuklah dulu," pinta bu Santi.

"Sok penting kamu, ya sudah mau bicara apa?"

Mereka kini berada di dalam kosan, berbicara seperti sebuah keluarga yang utuh.

"Rima akan segera menikah dengan Rama, secepatnya," ucap bu Santi.

"Apa maksud mu? Rima masih muda kenapa harus segera menikah? Kenapa kalian tidak membicarakan dulu dengan ku, apa sudah tidak menganggap aku lagi?"

Sesuai yang di perkirakan, pak Tono ayah Rima meradang mendengar masalah pernikahan putrinya.

"Karena Rima sudah mengandung, dia harus segera menikah sebelum perutnya membesar," jelas bu Santi.

"Apa aku bilang, makanya jadi wanita jangan murahan. Mau saja di bawa kemana-mana, sekarang bunting bingung. Kamu dan ibu mu sama saja, sama-sama murahan,"

Pak Tono menunjuk-nunjuk mereka berdua. Istri dan anaknya hanya bisa menangis mendengar cemoohan dari pria itu. Mungkin Rima memang murahan karena sampai hamil di luar nikah, tapi mengapa ayahnya selalu berkata ibunya juga murahan. Padahal sekalipun yang ia tahu ibunya tidak pernah berselingkuh.

"Jadi wanita jangan lemah, bisanya cuma menangis saja. Itu akibatnya jika tidak menurut sama suami, sama ayah. Apa kamu tidak malu hamil di luar nikah,"

Pria itu terus berkoar-koar seolah dirinya paling benar. Dada Rima penuh sesak, rasanya ia tidak tahan lagi untuk tetap diam dan mendengarkan omong kosong ayahnya. Ibunya bahkan hanya bisa memegangi dadanya yang mungkin terasa begitu sakit.

"Cukup Yah, cukup! Aku memang salah, tapi aku sadar dan mencoba memperbaikinya dengan menikah. Jangan limpahkan semua kesalahan kepada ku dan Ibu saja, jika saja ayah menjadi orang tua yang baik dan bertanggung jawab hidup kita tidak akan seperti ini,"

Rima bangkit dan menumpahkan segala apa yang ada di dalam hatinya.

"Berani ya sekarang kamu membantah, minta di hajar kamu ya,"

Pria itu bangkit dan mau menampar Rima namun segera di halangi bu Santi.

"Lepaskan Bu, biar ayah puas memukul ku. Biar dunia tahu seorang ayah yang selama ini tidak pernah menafkahi anak istrinya, yang tidak menjalankan semua tanggung jawabnya, yang bahkan tega berselingkuh, masuk penjara karena telah membunuh putri kandungnya,"

Dengan lantang Rima berteriak menantang ayahnya.

"Kurang ajar Kamu ya, kamu itu bukan anak ku. Dasar anak sialan,"

Terpopuler

Comments

Alifia Najla Azhara

Alifia Najla Azhara

terus Rima anak siapa

2023-02-19

0

Alkenzie

Alkenzie

apanya yang benar kak?

2023-02-12

0

SBY army

SBY army

nah kan benar

2023-02-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Awal Mula
2 Bab 2 Kesucian Yang Terenggut
3 Bab 3 Cemburu
4 Bab 4 Terulang Lagi
5 Bab 5 Positif
6 Bab 6 Memberitahu Rama
7 Bab 7 Kata Dokter
8 Bab 8 Ke Rumah Rama
9 Bab 9 Akhirnya Ibu Tahu
10 Bab 10 Kabar Mengejutkan
11 Bab 11 Rahasia Yang Terkuak
12 Bab 12 Rencana Pernikahan
13 Bab 13 Akhirnya Sah
14 Bab 14 Mulai Ada Konflik
15 Bab 15 Bertengkar
16 Bab 16 Nafkah Dari Rama
17 Bab 17 Bekerja Kembali
18 Bab 18 Uang Hilang
19 Bab 19 Ketahuan
20 Bab 20 Berhenti Berkerja
21 Bab 21 Menderita
22 Bab 22 Istri Yang Tidak di Inginkan
23 Bab 23 Cobaan
24 Bab 24 Melahirkan
25 Bab 25 Menikmati Peran Sebagai Ayah
26 Bab 26 Firasat Buruk
27 Bab 27 Kesalahan Yang Nikmat
28 Bab 28 Hari Yang Sial
29 Bab 29 Pulang
30 Bab 30 Merintis Usaha
31 Bab 31 Rama Selingkuh?
32 Bab 32 Tertipu
33 Bab 33 Gulung Tikar
34 Bab 34 Menjadi Security
35 Bab 35 Menganggur Lagi
36 Bab 36 Pergi Dari Rumah
37 Bab 37 Menjemput Rima
38 Bab 38 Menolak Pulang
39 Bab 39 Kemarahan Bu Yani
40 Bab 40 Terpaksa Menjemput
41 Bab 41 Bermesraan
42 Bab 42 Rima Bekerja Lagi?
43 Bab 43 Melamar Kerja
44 Bab 44 Hari Pertama Bekerja
45 Bab 45 Lelah
46 Bab 46 Uang Mu Juga Uang Ku
47 Bab 47 Rama Pemalas
48 Bab 48 Mengerjai Rama
49 Bab 49 Di Kerjain Hantu
50 Bab 50 Merawat Ibu
51 Bab 51 Berhenti Bekerja
52 Bab 52 Jadi Kuli
53 Bab 53 Kecelakaan
54 Bab 54 Memulai Kembali
55 Bab 55 Bahagia
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Bab 1 Awal Mula
2
Bab 2 Kesucian Yang Terenggut
3
Bab 3 Cemburu
4
Bab 4 Terulang Lagi
5
Bab 5 Positif
6
Bab 6 Memberitahu Rama
7
Bab 7 Kata Dokter
8
Bab 8 Ke Rumah Rama
9
Bab 9 Akhirnya Ibu Tahu
10
Bab 10 Kabar Mengejutkan
11
Bab 11 Rahasia Yang Terkuak
12
Bab 12 Rencana Pernikahan
13
Bab 13 Akhirnya Sah
14
Bab 14 Mulai Ada Konflik
15
Bab 15 Bertengkar
16
Bab 16 Nafkah Dari Rama
17
Bab 17 Bekerja Kembali
18
Bab 18 Uang Hilang
19
Bab 19 Ketahuan
20
Bab 20 Berhenti Berkerja
21
Bab 21 Menderita
22
Bab 22 Istri Yang Tidak di Inginkan
23
Bab 23 Cobaan
24
Bab 24 Melahirkan
25
Bab 25 Menikmati Peran Sebagai Ayah
26
Bab 26 Firasat Buruk
27
Bab 27 Kesalahan Yang Nikmat
28
Bab 28 Hari Yang Sial
29
Bab 29 Pulang
30
Bab 30 Merintis Usaha
31
Bab 31 Rama Selingkuh?
32
Bab 32 Tertipu
33
Bab 33 Gulung Tikar
34
Bab 34 Menjadi Security
35
Bab 35 Menganggur Lagi
36
Bab 36 Pergi Dari Rumah
37
Bab 37 Menjemput Rima
38
Bab 38 Menolak Pulang
39
Bab 39 Kemarahan Bu Yani
40
Bab 40 Terpaksa Menjemput
41
Bab 41 Bermesraan
42
Bab 42 Rima Bekerja Lagi?
43
Bab 43 Melamar Kerja
44
Bab 44 Hari Pertama Bekerja
45
Bab 45 Lelah
46
Bab 46 Uang Mu Juga Uang Ku
47
Bab 47 Rama Pemalas
48
Bab 48 Mengerjai Rama
49
Bab 49 Di Kerjain Hantu
50
Bab 50 Merawat Ibu
51
Bab 51 Berhenti Bekerja
52
Bab 52 Jadi Kuli
53
Bab 53 Kecelakaan
54
Bab 54 Memulai Kembali
55
Bab 55 Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!