Bab 10 Kabar Mengejutkan

Tiga hari kemudian.

Di pagi hari yang masih terasa dingin. Bahkan matahari masih belum terbit, seorang wanita telah berkutat dengan aktivitas rutinnya. Membersihkan rumah, memasak, mencuci piring dan lain sebagainya. Selesai melakukan kegiatannya, dia duduk di samping anak-anaknya yang masih terlelap dalam mimpi.

Ia pandangi wajah polos keduanya, ada rasa pedih yang hinggap di hatinya. Sampai kapan ia harus melakoni hidup semacam ini? Puluhan tahun bekerja keras namun rumah pun tidak punya dan hanya bisa kos, benda berharga juga hampir tidak ada. Semua ini karena pria yang menjadi suaminya bukan pria yang bertanggung jawab.

Wanita itu tidak lain adalah ibu dari Rima, ada sedikit rasa sesak di hatinya kala memilih pria itu sebagai suaminya. Pria yang hanya bisa menorehkan luka di atas pernikahan mereka.

"Ibu... Ibu kenapa menangis?" tanya Rima kala melihat ibunya menatap dirinya dan adiknya dengan air mata berlinang.

"Tidak apa-apa Sayang, hanya sedih saja dengan kehidupan kalian. Jika saja ibu tidak memilih ayah mu sebagai suami, mungkin hidup kalian takkan sengsara seperti ini," jawab ibunya.

"Ini sudah merupakan takdir, tidak perlu di sesali Bu. Jika Ibu dan Ayah tidak menikah belum tentu kita bisa melihat dunia ini," ucap Rima.

"Oh iya, kamu benar juga Sayang. Hari ini sudah hari ke-3, jika Rama belum datang juga kita harus segera bergerak. Besok pagi kita akan mengunjungi rumah orang tua Rama dan mengatakan yang sebenarnya," balas ibunya.

"Iya Bu, aku setuju. Tapi aku masih berharap Rama akan datang hari ini," ucap Rima.

Ibunya lalu berpamitan untuk bekerja. Sementara Rima karena semua pekerjaan sudah di lakukan ibunya, ia hanya membangunkan adiknya untuk bersiap-siap pergi ke sekolah.

"Rima buka pintunya,"

Brakk... brakk... brakk...

Suara pintu di gedor begitu keras, suara khas ayahnya menggema memekakkan telinga.

"Untuk apa lagi sih ayah pulang," gerutu Rima sembari melangkah dengan malas membukakan pintu untuk pria itu.

"Lama sekali sih buka pintu saja, malas-malasan saja,"

Rima merasa dongkol, dia yang pemalas tapi dia yang menyindir. Ia memilih diam dan mengacuhkan ucapan ayahnya.

"Cepat bikinan ayah kopi, lalu cuci baju-baju kotor di dalam tas," perintah ayahnya.

Karena tidak ingin ribut, ia menuruti ucapan pria itu. Tanpa bicara dan tanpa ekspresi. Ia merasa malas di rumah melihat tingkah ayahnya yang semaunya. Ia memilih berangkat kerja lebih awal. Setidaknya ia bisa jalan-jalan atau sekedar cuci mata daripada diam di rumah.

"Mau kemana kamu, belum waktunya kerja sudah mau pergi?" tanya ayahnya sinis.

"Malas di rumah, mau mampir ke rumah teman dulu sebelum berangkat kerja," jawab Rima jujur.

"Kenapa, apa karena ada ayah?" tanya ayahnya.

"Tidak juga, sedang malas saja Yah. Aku pamit dulu, assalamualaikum,"

Tanpa menunggu respon dari ayahnya Rima langsung bergegas pergi mengendarai motornya. Motor itu adalah hasil ibunya bekerja selama ini, itu juga hanya membeli bekas bukan baru. Yang penting masih bisa di kendarai. Sedangkan ibu dan adiknya memilih menggunakan sepeda untuk beraktivitas.

Rima terus melajukan motornya tak tentu arah, ia memang tidak punya tujuan. Yang penting keluar dari rumah.

"Danu..." panggil Rima ketika melihat temannya di perempatan.

"Hai Rima, sudah lama tidak bertemu. Bagaimana kabar mu?" tanya Danu.

"Alhamdulillah baik. Kita duduk di situ yuk, sambil minum es," ajak Rima.

"Enak kamu sudah kerja, lamaran kerja yang kita taruh tempo dulu itu sama sekali tidak ada yang nyantol. Sampai sekarang aku masih nganggur," ucap Danu.

Mereka segera meneguk es yang mereka pesan, suasana yang begitu panas membuat mereka kehausan.

"Ya alhamdulilah, aku nikmati saja walau gajinya tidak besar. Yang penting bisa membantu orang tua. Kamu yang sabar saja, jangan pantang menyerah ya," hibur Rima.

"Terima kasih, semoga aku juga segera dapat kerjaan. Selama ini sih aku membantu ayah jualan cilok keliling, daripada berdiam diri di rumah. Malu anak pria jika hanya mengandalkan orang tua," ucap Danu.

"Kerja apa saja tidak masalah, yang penting halal insyallah berkah," balas Rima.

"Amin. Oh iya, kamu dengar tidak kabar tentang Rama?"

"Memangnya ada kabar apa, Dan?"

"Dia itu sedang jadi buronan polisi, dengar-dengar karena ikut-ikutan saudaranya mengedarkan obat terlarang," bisik Danu.

"Apa? Serius kamu Danu? Kamu tahu darimana?"

Rima terperanjat, ia tidak percaya dengan berita yang ia dengar. Pasalnya Rama bukanlah orang miskin sehingga harus mencari uang sendiri, orang tuanya cukup mampu untuk memenuhi kebutuhannya.

"Benar, aku tahu dari orang yang dapat di percaya. Itu sudah sekitar seminggu yang lalu kejadiannya, apa benar kamu tidak tahu?"

Rima menggeleng, beberapa hari yang lalu ia datang ke rumah Rama namun ibunya tidak menceritakan apapun.

"Kabarnya dia melarikan diri ke desa kerabatnya yang jauh agar tidak terlacak, semoga saja masalahnya segera selesai,"

Rima tidak terlalu mendengarkan ucapan Danu lagi. Ia sedang memikirkan keadaan kekasihnya. Pantas saja ia tiba-tiba menghilang, ternyata masalahnya sangat berat. Haruskah ia menunda memberi tahu orang tua Rama tentang masalah ini, setidaknya sampai tahu kondisi Rama sudah aman?

☆☆☆

Keesokan harinya.

"Aku mau pergi, jika kalian pergi kunci taruh di tempat biasa,"

Ayah Rima lantas pergi melajukan motornya tanpa menunggu respon dari orang lain.

"Apa ayah sudah seperti itu dari dulu, Bu?" tanya Rima.

"Sebelum punya anak dia tidak begitu, tapi setelah kamu lahir kelakukannya makin menjadi. Apalagi beberapa tahun ini, kamu tahu sendiri bagaimana sikapnya," jawab ibunya.

Keduanya menghela napas dalam. Tidak dapat mengatakan apa-apa lagi.

"Oh iya, kamu cepatlah bersiap. Mumpung ibu masuk sore, kita harus segera ke rumah orang tua Rama," imbuh ibunya.

"Tapi, Bu..."

"Kamu mau menunggu apa lagi, perut mu akan makin membesar. Kamu harus segera menikah, ibu harap orang tua Rama juga menginginkan solusi yang sama,"

Rima setuju dengan ibunya, hanya saja ia masih merasa kasihan dengan masalah yang Rama hadapi saat ini.

"Baiklah, aku siap-siap dulu. Tapi nanti bicaranya hati-hati ya Bu, aku takut orang tua Rama menolak ku," ucap Rima ragu.

"Mereka harus menerima, tidak mungkin menggugurkan bayi itu,"

☆☆☆

"Assalamualaikum,"

Rima memencet bel rumah Rama. Tak berapa lama, adik perempuan Rama membukakan pintu untuk mereka dan mempersilahkan masuk.

"Eh Rima, ini ibunya Rima ya?" tanya ibunya Rama.

"Iya Bu, saya ibunya Rima,"

"Sebentar ya, saya buatkan minum dulu,"

"Tidak perlu repot Tante, kita hanya sebentar,"

"Ya sudah kalau begitu. Tumben kesini sama ibunya, apa ada hal serius?" tanya ibunya Rama.

"Begini Bu, sebenarnya..."

"Bu, nenek telepon katanya Mas Rama tidak ada di sana. Dia pergi katanya,"

Belum selesai berbicara, adik perempuan Rama muncul dengan kabar mengejutkan.

Terpopuler

Comments

Alifia Najla Azhara

Alifia Najla Azhara

waduh jangan 2 Rama kabur

2023-02-19

0

SBY army

SBY army

huh gemes, lanjut thor

2023-02-11

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1 Awal Mula
2 Bab 2 Kesucian Yang Terenggut
3 Bab 3 Cemburu
4 Bab 4 Terulang Lagi
5 Bab 5 Positif
6 Bab 6 Memberitahu Rama
7 Bab 7 Kata Dokter
8 Bab 8 Ke Rumah Rama
9 Bab 9 Akhirnya Ibu Tahu
10 Bab 10 Kabar Mengejutkan
11 Bab 11 Rahasia Yang Terkuak
12 Bab 12 Rencana Pernikahan
13 Bab 13 Akhirnya Sah
14 Bab 14 Mulai Ada Konflik
15 Bab 15 Bertengkar
16 Bab 16 Nafkah Dari Rama
17 Bab 17 Bekerja Kembali
18 Bab 18 Uang Hilang
19 Bab 19 Ketahuan
20 Bab 20 Berhenti Berkerja
21 Bab 21 Menderita
22 Bab 22 Istri Yang Tidak di Inginkan
23 Bab 23 Cobaan
24 Bab 24 Melahirkan
25 Bab 25 Menikmati Peran Sebagai Ayah
26 Bab 26 Firasat Buruk
27 Bab 27 Kesalahan Yang Nikmat
28 Bab 28 Hari Yang Sial
29 Bab 29 Pulang
30 Bab 30 Merintis Usaha
31 Bab 31 Rama Selingkuh?
32 Bab 32 Tertipu
33 Bab 33 Gulung Tikar
34 Bab 34 Menjadi Security
35 Bab 35 Menganggur Lagi
36 Bab 36 Pergi Dari Rumah
37 Bab 37 Menjemput Rima
38 Bab 38 Menolak Pulang
39 Bab 39 Kemarahan Bu Yani
40 Bab 40 Terpaksa Menjemput
41 Bab 41 Bermesraan
42 Bab 42 Rima Bekerja Lagi?
43 Bab 43 Melamar Kerja
44 Bab 44 Hari Pertama Bekerja
45 Bab 45 Lelah
46 Bab 46 Uang Mu Juga Uang Ku
47 Bab 47 Rama Pemalas
48 Bab 48 Mengerjai Rama
49 Bab 49 Di Kerjain Hantu
50 Bab 50 Merawat Ibu
51 Bab 51 Berhenti Bekerja
52 Bab 52 Jadi Kuli
53 Bab 53 Kecelakaan
54 Bab 54 Memulai Kembali
55 Bab 55 Bahagia
Episodes

Updated 55 Episodes

1
Bab 1 Awal Mula
2
Bab 2 Kesucian Yang Terenggut
3
Bab 3 Cemburu
4
Bab 4 Terulang Lagi
5
Bab 5 Positif
6
Bab 6 Memberitahu Rama
7
Bab 7 Kata Dokter
8
Bab 8 Ke Rumah Rama
9
Bab 9 Akhirnya Ibu Tahu
10
Bab 10 Kabar Mengejutkan
11
Bab 11 Rahasia Yang Terkuak
12
Bab 12 Rencana Pernikahan
13
Bab 13 Akhirnya Sah
14
Bab 14 Mulai Ada Konflik
15
Bab 15 Bertengkar
16
Bab 16 Nafkah Dari Rama
17
Bab 17 Bekerja Kembali
18
Bab 18 Uang Hilang
19
Bab 19 Ketahuan
20
Bab 20 Berhenti Berkerja
21
Bab 21 Menderita
22
Bab 22 Istri Yang Tidak di Inginkan
23
Bab 23 Cobaan
24
Bab 24 Melahirkan
25
Bab 25 Menikmati Peran Sebagai Ayah
26
Bab 26 Firasat Buruk
27
Bab 27 Kesalahan Yang Nikmat
28
Bab 28 Hari Yang Sial
29
Bab 29 Pulang
30
Bab 30 Merintis Usaha
31
Bab 31 Rama Selingkuh?
32
Bab 32 Tertipu
33
Bab 33 Gulung Tikar
34
Bab 34 Menjadi Security
35
Bab 35 Menganggur Lagi
36
Bab 36 Pergi Dari Rumah
37
Bab 37 Menjemput Rima
38
Bab 38 Menolak Pulang
39
Bab 39 Kemarahan Bu Yani
40
Bab 40 Terpaksa Menjemput
41
Bab 41 Bermesraan
42
Bab 42 Rima Bekerja Lagi?
43
Bab 43 Melamar Kerja
44
Bab 44 Hari Pertama Bekerja
45
Bab 45 Lelah
46
Bab 46 Uang Mu Juga Uang Ku
47
Bab 47 Rama Pemalas
48
Bab 48 Mengerjai Rama
49
Bab 49 Di Kerjain Hantu
50
Bab 50 Merawat Ibu
51
Bab 51 Berhenti Bekerja
52
Bab 52 Jadi Kuli
53
Bab 53 Kecelakaan
54
Bab 54 Memulai Kembali
55
Bab 55 Bahagia

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!