Mafia Perebut Istri Orang
"Hapus air mata kamu, Anja! Jangan berpikir seolah-olah, Ibu menjerumuskan kamu! Setelah ini, hidupmu akan terjamin dan rumah kita ini selamat tak jadi di sita oleh rentenir!"
"Tapi, Bu. Kenapa harus dengan cara ini? Anja, punya kekasih, Bu."
"Halah! Masa depannya enggak jelas. Dia itu cuma montir kere! Kamu emang mau, dikasih makan mur sama baut!"
_______________
"Arka! Woy!" Mendapat panggilan dari kawannya, pria berusia dua puluh delapan tahun ini pun memberhentikan kendaraan bututnya, hingga terdengar bunyi yang membuat sakit telinga.
Dredekkk!
Suara mesin dimatikan macam batang pohon yang patah.
"Kenapa? Gua buru-buru, nih. Di bengkel A Seng lagi banyak banget kerjaan. Kapan-kapan aja dah, gua nongkrong ama lu, pada!" Pria yang bernama, Arka ini bermaksud menstarter kembali kendaraan roda duanya yang berbunyi nyaring ini.
"Sabar, dong, Bro! Kita bawa berita nih buat, ente!" Salah satu anak muda yang mengenakan kaus dan celana levis belel itu pun mendekati, Arka, ia pun langsung merangkul bahu kawannya ini. Sekilas mereka berdua memberi tatapan miris pada , Arka.
Sebut saja, dia Bimo. Anak kampung Rawa Cetek. Kampung yang sama dimana kekasih hati, Arka tinggal.
"Berita apaan? Cepetan!" Arka terlihat tak sabaran. Ia kembali memutar kunci kontaknya, bersiap untuk kembali menjalankan kendaraannya.
"Janji, jangan nangis entar! Pokoknye, kudu kuat dulu deh tuh hati. Jangan sampe, nanti ente bundir kayak si Predi," ucap Bimo yang nampak serius merangkul bahu, Arka.
"Apaan sih, elu berdua serius banget!" Arka pun menjadi ikut serius karena raut wajah Bimo dan satu kawannya lagi ini, seakan ragu untuk berbicara.
"Cewek lu, si Anja. Barusan nikah," ucap Roni, kawan dari, Arka yang lain.
"Hah!" Arka sontak turun dari motornya.
"Jangan ngarang lu pada! Kagak lucu becanda Lu tau gak!" Arka pun mendorong kening, Bimo dan Roni. Kemudian, ia kembali menaiki kendaraannya yang terkadang mogok itu. Maklum, motor tua. Bahkan, tak ada surat-suratnya. Arka, membelinya murah meriah. Hanya, satu juta lima ratus saja. Tanpa STNK tanpa BPKB.
"Kita serius!" Bimo dan Roni berkata serempak. Mereka tidak terima pagi-pagi sarapan, toyoran kepala. Demi apa mereka menunggu sejak tadi di pinggir jalan. Kawan yang diberi informasi justru tak percaya dengan mereka.
"Nih, kalo kagak percaya!" Bimo, menunjukkan ponsel dengan layar setengah retak itu ke arah, Arka.
Kemudian, pemuda tampan yang berpakaian serba dekil itu lantaran bekerja di bengkel, menekan tanda panah di tengah gambar. Ternyata itu adalah sebuah rekaman video. Dan seketika ...
Arka merasa petir menyambar di depan wajahnya saat ini. Wanita dalam rekaman Vidio amatir yang begitu kentara jelas. Tangannya yang menggenggam ponsel seketika gemetar.
"I–ini? Ini bukan, Anja. Ini, bukan, Anja pacar gua kan!" teriak Arka yang telah mencekal kerah baju Bimo dan juga Roni.
"Lepas, anying! Ngapa lu jadi marah ama kita berdua!" sentak Roni menepis cekalan pada kerah bajunya. Putus sudah kancing yang tadi pagi baru saja ia pasang, mana warnanya belang tak seragam dengan deretan kancing yang lainnya.
"Sabar, Bro. Kan gua udah bilang tadi. Ente kudu nyiapin hati. Kalo masih kagak percaya juga. Gih sono, ente samperin. Sekalian sarapan gratis makan ati, eh prasmanan," ucap Bimo setengah berkelakar.
Dengan bodohnya, Arka menuruti apa kata, Bimo. Ia berlari ke rumah sang kekasih yang mana beberapa saat lalu ia lihat di video tengah memakai kebaya pengantin. Pasangan, yang ia lihat di dalam ponsel Bimo sepertinya baru saja melaksanakan akad nikah.
"Ye, tu anak mendadak bego!"
"Dia lari, motor di tinggal! Ah, korban patah hati pasti geser otaknya!" Tanpa akhlak Bimo dan Roni yang notabene adalah sahabat dari Arka. Tertawa hingga terpingkal-pingkal.
Brugh!
"Astaghfirullah!" Salah seorang ibu-ibu yang hadir sontak menoleh ketika, terdapat seorang pemuda baru saja menendang kuat salah satu kursi tamu hingga terpental. Pengantin yang mengenakan kebaya cantik pun keluar setalah banyak tamu yang berbisik-bisik.
Sorot mata, Arka terlihat begitu tajam.
Meminta penjelasan pada sosok tinggi semampai yang berdiri di hadapannya saat ini.
"Mas, Arka ...," Anja menutup mulut dengan kedua tangannya. Air mata berderai membasahi kedua pipinya.
Beberapa bulan kemudian.
Anjali!" panggil seorang pria yang menghentikan kendaraan roda duanya tepat di hadapan wanita cantik yang tengah berbadan dua.
Arka, telah mengikhlaskan wanita yang dicintainya ini menikahi pria lain. Sebab, Anja telah menceritakan semua padanya. Bahkan, Arka menyaksikan sendiri bagaimana keadaan yang sebenarnya dalam pernikahan, mantan kekasihnya ini.
Wanita yang mengenakan daster hamil itu pun menoleh ragu-ragu. Siapa lagi yang memanggilnya, kalau bukan Arka Sanjaya. Hanya pria itulah yang memanggilnya dengan nama lengkap, bukan sepenggal saja. Dialah, mantan terindah yang selalu di kenang oleh, Anja.
'Kamu semakin cantik ketika hamil, Anja. Meskipun kau terlihat sedikit kurus dan lusuh. Suamimu itu memang minta di hajar. Sayang aku tak memiliki kuasa apapun untuk itu. Aku hanya bisa meringankan bebanmu sebatas ini.' batin Arka menatap Anja sendu. Ia turut sedih atas apa yang terjadi pada mantan kekasihnya ini.
Anjali mendorong sodoran dari tangan Arka yang mengepal.
"Tolong, Mas. Lain kali, jangan mencegat ku seperti ini lagi. Bagaimana jika kak Norma melihat dan melaporkan kejadian ini pada bang Guntur," tegur, Anja tegas.
Namun, wanita cantik yang nampak lelah ini, tak berani menatap langsung ke wajah Arka. Pria yang bekerja di bengkel Suzuka, di depan rumah makan milik kakak iparnya.
"Mas sudah liat situasi. Aman kok. Lagian cuma mau kasih ini." Arka pun menyerahkan amplop putih dan menyumpalkannya pada kantung kresek yang dibawa oleh, Anja. Sebab, kemarin dirinya baru saja menerima gaji. Cukup lumayan lantaran di tambah dengan uang tips customer dan bonus.
"Untuk beli, susu hamil. Anggap aja itu sedekah dariku. Jadi gak boleh di tolak ya! Kamu kan bisa doain aku biar naik pangkat. Soalnya bos nyalonin aku ke pusat. Mau diangkat jadi kepala montir. Kan enak kerjanya cuma mantau doang. Gak perlu belepotan oli lagi," tutur Arka panjang lebar.
Seperti biasa montir yang mengenakan kaus oblong penuh oli ini akan menceritakan keseharian dari pekerjaannya sambil mencuri waktu untuk sekedar mengobrol dengan mantan terindahnya.
Setidaknya, cerita Arka akan sesekali membuat, Anja tersenyum. Sebab, Arka selalu saja ada bahan lucu yang di ceritakan. Apalagi, gaya bicaranya yang spontan dan ceplas-ceplos.
"Makasi Mas. Semoga ... karirmu cemerlang. Biar kamu bisa cepet ngumpulin uang buat ngelamar perempuan yang baik," doa, Anja terdengar tulus.
Namun, ucapan dari wanita yang berdiri sambil mengusap perut dihadapannya ini, membuat raut wajah Arka muram seketika.
"Doainnya yang lain aja kenapa. Kan kamu tau sendiri. Wanita yang mau aku nikahin udah nikah sama orang lain," sindir Arka membuat, Anja kena mental. Wanita berambut panjang sebahu itu kikuk dan sontak memainkan ujung rambutnya.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
Rohiyah
aku suka ko bacanya cuma gregetan gitu loh thor bacanya .maaf ya bagus ko ceritanya 😘
2023-10-18
1
💞 Hati Hampa 💞
aku mampir thor 😁😁
2023-03-02
2
buk e irul
awal yang menyesak kan hiks hiks
2023-01-19
1