Bab. 15. Semangat Baru Gabriel Louis.

Arka menatap wajah Gabriel serius. Namun, pria tua di hadapannya ini masih terkesima. Belum berniat menjawab pertanyaannya. Hingga, Arka kembali bertanya.

"Kenapa kalian menyelamatkanku? Dan, dimana aku sekarang?" tanya Arka lagi, dan kali ini Gabriel menjawab setelah ia memijat ujung matanya. Berharap bulir itu tak jatuh. Ia masih menahan dirinya untuk tidak meneteskan air mata, terutama di hadapan para anak buahnya. Selama ini Gabriel di kenal sebagai pemimpin yang berani tak kenal takut. Memiliki kekuatan dan ilmu beladiri tinggi pada masa mudanya. Ia juga terkenal kejam dalam memberantas para musuhnya.

Bekerja sama dengan beberapa penguasa negeri untuk mengamankan usaha mereka. Tentu saja usaha yang ilegal. Walaupun begitu, klan Louis terkenal dermawan karena telah menjadi donatur tetap beberapa yayasan negeri ini. Berapa banyak anak jalanan yang terselamatkan nyawanya. Klan Louis, murah hati bagi rakyat jelata, namun kejam dan bengis bagi musuh-musuh mereka.

"Aku, akan menjawab pertanyaanmu. Setelah keadaan mu benar-benar pulih. Bersabar dan istirahatlah. Aku sebenarnya juga penasaran dengan kisahmu. Bagaimana kau bisa ... ah sudahlah. Satu hal yang pasti, kau sudah kembali kerumah," ucap Gabriel dengan senyum hangat yang belum pernah tersinggung di wajahnya. Nampak sekali suka cita itu. Ia sangat bahagia menemukan sisa keluarganya. Dimana mereka semua dibantai kala itu oleh Klan Verge, musuh besarnya.

Gabriel pikir, hanya ia sisa dari klan Louis. Hingga, ia pasrah jika klannya punah seiring usianya yang bertambah tua. Hanya mengandalkan beberapa anak buah yang setia padanya. Gabriel bertahan dari gempuran klan mafia yang lebih kuat. Kini, semangatnya seakan bangkit dan kembali membara. Setelah menemukan kenyataan bahwa Arka adalah anak dari adik kandungnya.

Apalagi ketika ia melihat Arka adalah sosok pemuda yang kuat. Gabriel semakin yakin jika memang darah mafia mengalir kuat dalam diri Arka. Karena jika bukan keturunan dari Louis, Arka pasti sudah mati. Mendapat serangan bertubi-tubi seperti semalam. Bahkan, pemuda ini masih dalam keadaan sadar ketika batok kepalanya retak.

Bagus saja, Gabriel memiliki tim medis dan dokter tebaik. Sehingga, Arka kemungkinan besar akan pulih dengan cepat.

Mendengar pernyataan seperti itu dari pria tua dari hadapannya. Arka hanya bisa diam. Ia juga belum bisa terlalu banyak bicara dan berpikir keras. Kepalanya masih sangat berat dan sakit. Juga seluruh badannya. Apalagi ia mengalami beberapa bagian tubuh yang patah.

Arka mencoba menerima ini semua. Setidaknya ia selamat. Si mbok di desa tidak jadi bersedih karena kehilangan dirinya.

"Aku, memang belum boleh mati. Aku harus membahagiakan si mbok dan juga menyelamatkan Anjali. Aku akan merebutnya dari tangan pria laknat itu!" gumam Arka dengan tekad yang baru. Arka ingat, bahwa pria tua itu adakah sosok yang ia tolong semalam sebelum akhirnya ia di kejar dan dihadang oleh gerombolan gangster bayaran Guntur Angkasa.

"Setidaknya aku selamat. Siapapun mereka, aku tak peduli. Meski kelompok mafia sekalipun. Kalau perlu aku akan mendaftar menjadi pasukannya. Aku akan membalas dendam atas apa yang telah kau lakukan padaku dan Anjali!" Lagi-lagi, Arka menyimpan rencana pembalasan bagi Guntur.

"Semoga kau baik-baik saja, Anjali. Semoga pria itu tidak melakukan apa yang ia katakan semalam. Atau, hidupku tidak akan tenang." Arka memijat pelipisnya. Tanpa ia ketahui, jika kamar yang Arka tempati tengah di awasi. Gabriel menatap tak berkedip pada layar yang berada di depan meja kerjanya.

Pria kharismatik, yang berusia tak kurang dari enam puluh lima tahun itu, menghisap kuat asap dari batang tembakau yang terselip di antara kedua bibirnya. Kemudian ia menghembuskan asap itu hingga membentuk gumpalan-gumpalan kecil di udara. Ia ingat benar bagaimana sang adik menyukai hal itu. Dimana ia akan bermain dengan gumpalan asap yang di keluarkan oleh batang tembakau sang ayah.

"Martina, aku telah menemukan puteramu yang hilang. Kau tenanglah di sana." Gabriel memandangi layar laptop dengan sebuah senyum penuh semangat. Ya semangat baru yang tumbuh setelah ia hampir menyerah mempertahankan klan Louis sendirian.

"Apakah anda ingin merayakan hari ini, Tuan. Mungkin, saya bisa mengundang beberapa wanita-wanita cantik yang pandai menari. Seperti yang selama ini anda sukai?" tanya Apollo yang sudah paham benar dengan kebiasaan Gabriel ketika ia sedang bahagia.

"Kau benar, aku pasti pulih jika melihat mereka menari di hadapanku." Kemudian Gabriel tergelak di susul senyuman Apollo.

Tak kusangka, hari ini ternyata ada. Tuan begitu bersemangat dan bahagia. Setelah sekian lama dirundung nestapa dan duka. Hanya darah dan pertempuran yang membuatnya sejenak lupa. Dendam itu kembali berkobar. Tuan kembali menemukan jiwanya.

Apollo, asisten berwajah kaku tanpa ekspresi itu tersenyum tipis. Baru kali ini ia merasa haru menyentuh batinnya. Selama belasan tahun, setia mendampingi Gabriel. Pria berusia sekitar tiga puluh lima tahun ini. Sudah dianggap anak sendiri. Gabriel mengangkatnya dari jalanan.

Ketika dirinya di keroyok pemilik toko roti, karena mencuri sepotong makanan yang mengandung ragi itu. Kebanyakan anak buah Gabriel adalah para gelandangan dan anak jalanan yang akhirnya ia didik secara militer. Sehingga, mereka semua memiliki skill menggunakan senjata jenis apapun itu. Mereka tak kenal takut dan mati dalam membela klan Louis. Karena jiwa mereka telah di baktikan sepenuhnya bagi klan yang telah memberikan mereka kesempatan kedua untuk hidup.

Malamnya, seluruh anggota klan berpesta. Demi menyambut kedatangan anggota yang telah lama hilang. Menyambut kehadiran penerus yang bahkan belum tau jika dia adalah penerus dari klan mafia terbesar negeri ini. Karena Gabriel masih menahan segala informasi ini demi masa penyembuhan yang lebih cepat. Ia tak ingin membebani pikiran Arka. Keponakannya.

Mereka semua bersenang-senang malam ini. Menikmati tarian dari wanita-wanita cantik dan seksi yang sengaja di undang ke mansion. Perta minuman dan wanita, emang lazim di lakukan oleh para anggota mafia dan penjahat kriminal bukan. Hanya saja, pesta mereka dan juga minuman yang mereka konsumsi bukan kaleng-kaleng. Gabriel juga menerapkan aturan agar mereka tidak sampai mabuk.

Kebetulan, para anggota mafia klan Louis kuat minum semua. Bukan hanya anggota dan para anak buah. Gabriel yang sudah kembali berdiri di atas kedua kakinya. Di hibur oleh seorang wanita cantik nan seksi.

"Apollo sungguh pandai mencari wanita. Dia tau apa yang ku suka. Kemarilah manis ... come to me ..." Gabriel menarik wanita muda yang menari dengan kostum hampir telanjang itu. Wanita berambut panjang lurus berwarna pirang emas itu, meliuk dengan gemulai di sebuah besi panjang.

"You are mine, tonigt," bisik Gabriel.

Wanita itu tersenyum menggoda dan menggigit bibirnya. Ia pun mulai beraksi dengan menari mengelilingi tubuh Gabriel yang tinggi. Membuka satu persatu pakaian yang melekat di tubuh pria tua yang masih terlihat bugar ini. Meksipun beberapa bagian tubuhnya sudah mulai kendur.

Wanita ini yang sudah beberapa kali menjadi pelampiasan gelora Gabriel, tentu tau. Jika pria yang lebih pantas ia panggil dengan sebutan papa. Ternyata masih perkasa dan mampu menaklukkannya.

Cepatlah pulih ponakanku. Kau akan bahagia berada di sisiku. Banyak wanita cantik di sini. Kau tak perlu lagi menangisi mantan kekasihmu itu.

Semua penghuni mansion menghabiskan malam dengan penuh keringat dan gelak tawa. Sementara Arka, tatapannya menerawang menembus jendela kaca kamarnya yang menghadap ke luar. Langit malam yang bertabur bintang, menampilkan sekelebat senyum Anjali dan terkadang wajah penuh air mata wanita itu.

Bagaimana keadaanmu, Anjali. Aku sangat menghawatirkan mu.

...Bersambung ...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!