Bab 6. Perlakuan Mega. ( Mertua Kejam )

Anja kembali merasakan keram di perutnya. Hari ini ia belum meluruskan pinggangnya. Sejak pagi, hanya bekerja dan bekerja. Padahal di usia kandungannya yang baru trisemester satu ini masih sangat rentan. Sebab, janin belum mengikat sempurna pada rahim. Janin juga memerlukan gizi yang baik dan cukup.

Sementara, Anja baru makan siang dengan sisi dari pengunjung saja. Sedangkan pagi, ia hanya mengkonsumsi susu hamil secara diam-diam dengan beberapa roti gandum. Ia sengaja melakukan hal itu. Beberapa vitamin seperti asam folat tak lupa ia konsumsi juga penambah darah. Meskipun, Anja tidak suka minum obat, tapi demi sang calon buah hati maka ia akan rela melakukannya. Sekalipun ia akan kesusahan kala menelan pil-pil itu.

Ia menyimpan susu dan beberapa camilan di dalam lemari miliknya. Kebetulan, lemari Guntur terpisah dengannya. Sebab, laki-laki itu tak mau jika barang miliknya bercampur dengan milik Anja. Ia begitu jijik bahkan untuk bersentuhan sekalipun. Akan tetapi, ia takkan jijik ketika menyalurkan birahinya.

Anja berjalan lunglai ke meja makan. Ia meletakkan berbagai menu yang baru saja ia oleh. Saking laparnya, Anja sejak tadi mengunyah apa saja yang ada di dapur. Ada tahu, tomat dan juga beberapa pisang. Anja sangat bersyukur dan merasa beruntung. Sebab, kehamilannya tidak mengalami morning sickness.

Makanan apapun bisa masuk dengan bebas ke dalam perutnya. Hanya saja, waktu untuk makan itu yang sulit. Anja harus benar-benar pintar mencuri waktu.

"Hei, wanita pelunas hutang. Apa yang barusan kau masukkan ke dalam perutmu?" Mega, sang ibu mertua kejam tiba-tiba berada di belakangnya. Anja pun menelan dengan susah payah, tahu goreng yang berada dalam mulutnya.

Glek.

Akhirnya tertelan juga.

Buk!

"Keluarkan lagi makanan yang barusan kau curi!" Mega memukul punggung belakang Anja cukup kencang, berharap makanan yang barusan menantunya telah itu kembali keluar. Hal itu membuat Anja terbatuk-batuk.

"Stop, Ma. Hentikan!"

Anja berbalik dan memegang tangan Mega.

"Aku hanya makan tahu goreng. Bagaimana bisa Mama mengatakan jika mencuri karena perbuatan itu?" Anja menatap dengan berani ke arah Mega. Wanita paruh baya yang selalu full make up ini menepis tangan Anja yang memeganginya.

"Mengambil makanan tanpa ijin sama saja dengan mencuri! Karena apapun yang ada di rumah ini itu milikku. Aku yang membelinya dengan uangku! Apa kau pernah? Mengeluarkan uang untuk membeli keperluan rumah ini, hah!" Mega terus saja menghardik Anja, hingga wanita muda yang tengah hamil itu merapat di wastafel.

"Ma, aku ini menantumu. Bahkan aku baru saja masak untuk anggota keluarga. Kenapa hanya makan sepotong tahu saja aku tidak berhak? Bahkan, hewan peliharaan saja kau beri makan, Ma. Kenapa aku tidak?" Sakit rasanya hati Anja. Hingga, kata-kata barusan meluncur keluar dari mulutnya begitu saja.

Ia merasa jika derajat dan posisinya di rumah ini bahkan lebih rendah daripada pembantu. Karena, Bu Mega bahkan memperlakukan mereka lebih baik dari Anja. Tapi, itu sebelum ia hamil. Setelah, Anja diketahui hamil, justru perlakuan sang mertua semakin parah padanya.

"Heh, kamu sadar dong! Derajatmu itu lebih rendah daripada anjing-anjing ku! Kau itu ku ambil kesini kan lantaran untuk membayar hutang-hutang, ibu tirimu itu. Siapa suruh kau tidak bisa menjaga keperawanan. Sampai anakku kecewa dan tidak lagi memberi uang belanja padaku! Dasar sial! Masih hidup saja kau seharusnya bersyukur!" Mega terus memarahi Anja.

Padahal, wanita berhidung mancung itu sedang mencuci perabotan dapur. Bukan hanya itu, telunjuknya pun terus menerus menuding kening Anja.

"Jauhkan tanganmu, Ma. Cukup, mas Guntur saja yang selalu melakukan kekerasan padaku. Seharusnya, sebagai sesama wanita, Mama dapat mengerti perasaanku!" Anja memekik sambil memegangi perutnya.

Namun, hal itu sama sekali tidak mengubah sikap Mega padanya. Justru wanita itu menatapnya remeh.

"Anak haram. Sebaiknya kau gugurkan saja dia. Agar kau tak lemah! Atau, kau ingin aku yang melakukannya." Mega menyeringai membuat Anja ngeri.

"Apa yang ingin, Mama lakukan! Jangan berani menyentuh anakku!" Anja memeluk perutnya dengan kedua tangan. Seakan ia melindungi calon bayinya itu dari tatapan tajam yang Mega arahkan pada perutnya.

"Mega, sudahlah. Lepaskan dia. Lebih baik kita makan, bukankah nanti malam kita akan bermain Remi." Panggilan dari pak Santoso yang tak lain adalah suami dari Mega. Menghentikan apa yang ada di dalam pikiran wanita paruh baya yang menor ini.

"Baiklah. Jika terjadi lagi, maka tidak akan ada lagi lain kali untukmu!" Mega kembali mengarahkan telunjuknya untuk menuding Anja sebelum ia berlalu dari dapur.

Lega.

Itu yang wanita berhidung mancung ini rasakan. Anja pun langsung menuju lantai atas di mana kamarnya berada. Ia langsung masuk kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya sebelum Guntur, suaminya pulang.

Anja menghabiskan waktunya dikamar mandi sekalian untuk melampiaskan kekesalan serta amarah di hatinya. Ia menangis sekencang-kencangnya. Sebab, tak akan ada yang mampu mendengarnya dari dalam sini.

Setelah puas, Anja keluar. Mengenakan pakaian yang rapi dan sedikit bersolek demi menutupi bengkak di kedua matanya. Bagaimana pun perlakuan sang suami padanya. Anja tetap selalu berusaha menjalankan perannya sebagai seorang istri yang baik.

Terlepas dari bagaimana, Guntur mau melihatnya atau tidak. Mau menerima niat baiknya atau tidak. Dirinya yakin, jika suatu saat dirinya mampu mengubah sikap keras hati Guntur padanya. Ia yakin jika suatu hari nanti, pria dengan sedikit brewok di wajahnya itu akan mampu melihat kebenaran darinya dan mau membuka hatinya untuk Anja dan juga anak mereka.

Anja, membuka pintu lemari pakaiannya. Sebelum Guntur pulang ia harus sudah minum susu hamil dan mengisi perutnya. Anja, terlihat membuka kotak kardus yang bergambar wanita berperut buncit. Susi hamil rasa coklat yang ia beli dari uang pemberian Arka kala itu.

Anja, membelanjakan segala keperluannya secara diam-diam. Atau ia akan mendapat tuduhan tak mendasar dari mama mertua serta suaminya. Anja dapat merasakan jika sesekali pak Santoso memberikan selah pertolongan untuknya. Seperti tadi ketika di dapur. Papa mertuanya itu menggagalkan rencana Mega yang mungkin berniat buruk padanya dan juga janin yang berada didalam kandungannya.

Anja, harus lebih berhati-hati lagi sekarang. Sepertinya, pikiran mama mertuanya itu semakin gila. Semakin tak berperasaan padanya.

Setelah minum susu. Anja mengeluarkan makanan dalam box yang tadi ia beli ketika menuju arah pulang.

Sayang, makanan itu terlanjur menjadi dingin. Sebab, ia harus memasak dahulu untuk keluarga ini.Tanpa pernah sekalipun di ajak makan. Karena, Mega sering menekankan padanya, bahwa dirinya bukanlah anggota keluarga yang akan di beri makan dan di beri kasih sayang.

Semua selesai, makan nasi rames, minum susu dan minum vitamin. Kini, waktunya bagi Anja untuk meluruskan pinggangnya. Akan tetapi, baru saja wanita berkulit putih ini hendak merebahkan kepalanya di atas bantal. Pintu kamar telah dibuka dengan kasar.

Brakk!

Terpopuler

Comments

💞 Hati Hampa 💞

💞 Hati Hampa 💞

kasihan kamu Anja,komplit sudah deritamu

2023-03-02

2

lihat semua
Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!