Bab. 12. Pengeroyokan Terhadap Arka.

Selesai pemeriksaan Arka mengantar Anjali pulang. Ia hanya mengantar sampai depan komplek. Meksipun khawatir tapi Arka tak bisa lagi berbuat apa-apa. Ia tak ingin tindakannya justru semakin mempersulit hidup Anja, mantan kekasih terindahnya itu.

"Makasih, Mas. Kamu cepet pergi ya. Takut di lihat orang," ucap Anja, seraya mengedarkan pandangannya ke sekeliling. Ia takut ada yang memergoki mereka.

"Kamu tenang aja, di sini sepi. Jarang ada kendaraan lewat karena ini gang kecil. Udah kamu sana jalan pelan-pelan aja. Aku liatin dari sini," sahut Arka tetap bersikeras mengawasi Anja.

Tanpa ia ketahui, bahwa Guntur ternyata telah memasang beberapa kamera pengawas di beberapa sudut yang ia curiga sering di lalui oleh Arka untuk sekedar temu janji dengan istrinya, Anja.

Kejadian barusan, dimana Anjali turun dari boncengan motor Arka, terekam jelas oleh monitor dan dapat di lihat melalui layar laptop di hadapan pria dengan rahang penuh bulu halus ini. Guntur, telah mencukur brewoknya tadi pagi. Hingga bekas cukuran itu menyisakan warna kebiruan. Sungguh, hal itu menambah daya tarik baginya. Sayang, sifat kejam dan kasarnya membuat kesan baik itu seakan sirna.

"MANUSIA SIALAN, KALIAN BERDUA!" Guntur hampir saja melempar laptop ya. Kalau saja hal itu tidak di hentikan oleh sekretarisnya sendiri.

Tanpa banyak bicara lagi ia, segera keluar dari kantor meninggalkan janji rapat dengan beberapa dewan direksi. Amarahnya sudah sampai di ubun-ubun ketika ia melihat sendiri bagaimana bukti itu ada di depan matanya. Arka, laki-laki yang miskin itu telah berani bermain-main dengannya.

Sambari mengendarai mobilnya cepat, Guntur terlihat menghubungi seseorang. "Bawa pasukan yang banyak. Gua ada kerjaan buat kalian semua!" Setelahnya ia memutuskan panggilan tersebut dan menyeringai ganas.

"GUA ABISIN LU MALAM INI, ARKA!" Guntur berteriak di dalam mobilnya. Hingga ia melajukan kecepatannya diatas rata. Tak terhitung berapa banyak pengendara lain yang membunyikan klakson untuknya. Guntur tak perduli. Bayang-bayang kebersamaan antara Arka dan Anja terus menari di dalam pikirannya.

"Gua balik guys! Besok pagi gue kerjain lagi nih motor!" seru Arka pada Roni sahabatnya yang juga merupakan salah satu karyawan bengkel tersebut.

"Oke! malam ini gua yang tutup ni bengkel!" sahut Roni, seraya melambai lada Arka. Sementara sahabatnya satu lagi yang bernama Bimo adalah tukang cilok keliling.

Di perjalanan menuju pulang, Arka melihat mobil sedan yang melaju sedikit oleng dan tiba-tiba berhenti karena menabrak trotoar. Untung saja kecepatan mobil itu stabil.

Arka mendekat ke mobil tersebut, dan mendapati sang pengemudi tak sadarkan diri. Sementara itu penumpang di belakang seperti mengalami sesak napas. Ia pun terpaksa memecahkan kaca mobil bagian belakang dan membuka kunci dari dalam. Tak perduli meskipun lengannya sedikit tergores pecahan kaca.

Arka berhasil membawa pria paruh baya tersebut keluar dari dalam mobil. Lokasi jalan yang sepi membuatnya tak tau harus meminta tolong pada siapa. Arka mengeluarkan pria tua di belakang kursi penumpang. Memberinya pertolongan pertama untuk orang yang tersedak. Entah ia mendapat ilmu itu darimana. Apa yang ia lakukan itu mengalir begitu saja ketika melihat pria tua ini sudah bernapas.

Tak berhasil, sepertinya pria tua ini bukan tersedak tapi keracunan. Arka pun beralih kedepan kemudi, memeriksa sang supir yang ternyata telah tiada. Arka mengambil ponsel di dashboard. Mungkin ada yang bisa ia hubungi.

"Pak tua, bertahanlah. Jangan mati!" ucap Arka seraya menopang kepala pria tua itu menggunakan bahunya.

Kebetulan, sebuah panggilan masuk dan Arka langsung menjawab. "Lokasi kami ..."

Tak lama setelah Arka memberitahukan lokasinya, beberapa mobil hitam datang. Beberapa pria berseragam serba hitam turun dan langsung menangani pria tua itu. Memberinya entah obat apa, mungkin penawar racun. Namun, mereka nampak kecewa karena sang sopir telah meregang nyawa.

Ketika mereka terlihat sibuk, Arka mundur. Ia tak mau terlibat masalah orang lain. Ia hanya bermaksud menolong orang yang ia pikir kecelakaan.

Arka melajukan motornya, dan salah satu kendaraan hitam metalik itu mengejarnya. "Ha, siall! Aku hanya ingin menolong!" umpat Arka. Ia semakin melajukan kendaraannya dan berbelok memasuki kawasan gang yang sempit. Tak habis pikir jika niat baiknya justru kemungkinan berakhir buruk pada dirinya.

Arka paham, mereka pasti bukan sekelompok orang sembarangan. Bisa saja anggota mafia maupun penjahat lainnya.

"Kita kehilangan dia, Bos! Mobil tak bisa masuk gang." Seorang pria nampak melapor melalui earphone.

[ Jangan sampai kehilangan dia! Atau nyawa kalian taruhannya. Ini perintah dari Tuan besar! ]

"Ba–baik!" Pria itupun segera kembali melajukan kendaraannya. Sementara kawan si sebelahnya mengedarkan pandangannya keluar jendela.

Sementara itu.

Guntur yang memang tau di mana, biasa Arka lewat ketika pulang dari bengkel. Sekian jam ia menunggu hingga kesal. Bersama dengan segerombolan gangster bayaran. Beberapa dari mereka membawa pemukul kasti yang terbuat dari besi.

"Gua mau, kalian jangan bunuh dia. Tapi ... buat dia cacat seumur hidup. Biar dia menderita sebelum kematian itu menjemput!" titah Guntur.

Tatapannya nyalang ke arah suara motor butut yang semakin dekat.

gerombolan gangster itu pun menjegal jalan yang hendak di lewati lelah Arka.

"Siapa lu pada! Jangan ngalangin jalan. Minggir sana!" usir Arka sambil terus mengawasi keadaan. Meskipun nyalinya sempat ciut karena ia kalah jumlah.

"TURUN!" titah salah satu pria bertato. Ia menarik kerah jaket Arka yang langsung ditangkis dengan keras. Namun, Arka kembali di tarik hingga jatuh dari kendaraannya.

Tak terima, Arka pun melepaskan serangan hingga perkelahian tak imbang pun terjadi. Arka tanpa takut terus membalas serangan dan menangkis sebisanya. Meksipun seluruh tangannya sudah mati rasa. Hingga, pemukul kasti itu berakhir memukul bagian kepalanya. Arka tumbang dengan darah segar mengalir menggenangi aspal hitam.

Pekatnya malam membuat aliran darah itu tak kentara, hanya bau anyirnya saja yang tercium menusuk. Bahkan, Arka dapat mengendus aroma darahnya sendiri. Wajahnya yang tampan telah tertutup oleh darahnya sendiri.

Pada saat itulah, Guntur berjalan mendekat dan menginjak Kapala Arka hingga wajahnya menempel pada aspal.

Tak lama, Guntur menunduk dan menarik rambut Arka kebelakang hingga kepala Arka mendongak. Arka yang masih dalam keadaan setengah sadar, dapat mengenali Guntur dengan mudah.

Apa si berengsek ini tau kalau tadi sore aku mengantar Anja pulang? Dia pasti tau. Karena inilah dia mengamuk. Anja ... mungkin inilah akhir hidupku. Jaga dirimu, sayang. Aku akan membawa perasaan abadiku ini sampai mati.

Arka sudah berkecil hati. Karena kemungkinan selamat baginya sangatlah kecil. Tatapan dari Guntur sangat bernapsu untuk menghabisinya.

" Berikan pemukul itu padaku!" Guntur meminta pemukul kasti dan ia pun kembali memukul kaki Arka dengan keras. Hingga, lengkingan kencang keluar dari mulut Arka.

Terlihat mobil hitam pekat menghentikan laju putra rodanya.

"Tenang aja, lu gak akan mati. Tapi gua mau lu cacat seumur hidup dan liat gua menyiksa Anja dan juga anak haram kalian itu!" teriak Guntur di depan muka Arka.

Cuih!

Arka meludahkan darah ke wajah Guntur. Membuat pria itu semakin naik pitam dan kembali mengarahkan pemukul kasti ke arah kepala Arka.

"SIALAN! MATI AJA LU ARKA!"

...Bersambung ...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!