"Sial! Hari ini bengkel rame banget. Bos nyuruh lembur pulak. Gua jadi gak bisa nemuin Anja. Dia pasti udah pulang daritadi." Arka bergumam ketika melewati depan rumah makan Puspita. Ia sempat melirik sebentar ke dalam, tapi nihil. Hari sudah menjelang senja. Anja pasti sudah kembali kerumah neraka.
Arka pun menjalankan motor bututnya yang mengeluarkan suara nyaring itu. Dirinya penasaran karena hari ini ia belum melihat wanita pujaannya itu. Meksipun Anja sudah bukan lagi miliknya dan takkan mungkin kembali menjadi miliknya. Namun, entah kenapa perasaan itu masih sama. Rasa sayang dan cintanya justru semakin dalam. Jangankan ingin melupakan atau move on. Bahkan sehari tak melihat saja, serasa ada yang kurang dalam hidupnya.
"Begini banget sih definisi gua mencintai kamu Anja. Sampe ngintip kebelakang rumah orang demi bisa liat kamu. Aku cuma mau tau apa kamu baik-baik aja hari ini." Lagi-lagi, Arka bergumam sendirian. Ia menepikan motor di jalan setapak belakang rumah besar keluarga Guntur ini. Karena biasanya kalau sore Anja pasti memasak dan wanita itu akan membuka jendela dapur.
Kebetulan, dapurnya menghadap jalan setapak yang hanya dapat di lalui motor ataupun pejalan kaki. Namun, sangat jarang di lalui oleh penghuni kompleks perumahan mewah ini. Karena itulah Arka dapat dengan leluasa mengintip meskipun hanya dari kejauhan. Arka, nampak berdiri termangu di balik pepohonan.
"Tuh kan, kamu pasti di suruh kerja rodi lagi. Muka kamu aja sampe pucat gitu. Kamu udah makan apa belum? Hah ..." Arka menghela napas seraya mengusap wajahnya kasar. Dadanya terasa sesak melihat wanita yang sangat ia cintai itu begitu tersiksa. Seandainya ia memiliki uang yang banyak. Maka ia akan menebus Anja dari cengkeraman keluarga Guntur.
"Sayangnya gua cuma montir kere. Cuma bisa sakit dan marah melihat kamu diperlakukan gak manusiawi begini!" Arka memukul batang pohon dengan kepalan tangannya beberapa kali. Hingga buku-buku jarinya mengelupas dan mengeluarkan darah. Arka tak peduli, rasa sakitnya gak sebanding dengan rasa ketidakberdayaan dirinya saat ini. Ia merasa sebagai pecundang hebat. Payah!
Arka memaksa kakinya untuk mudur. Tak ada yang bisa ia lakukan ketika melihat dari kejauhan bahwa Anja mengusap air matanya. Arka hanya bisa berjanji dalam hati, bahwa ia akan semakin giat bekerja untuk mengumpulkan uang. Suatu saat, ia akan menebus Anja. Mama dari Guntur yang mata duitan itu pasti mau melepas Anja demi uang.
Karenanya, malam ini Arka berniat untuk mengamen sebagai tambahan uang. Ketika berjalan keluar gang setapak itu, kendaraannya kembali berhenti. Sepasang matanya yang hitam pekat bak elang, menatap terpekur mobil mewah yang hendak memasuki komplek. Arka tau jika itu adalah mobil Guntur. Ia menyeringai bengis menatapnya jam kendaraan yang melewatinya itu.
Tanpa di duga, mobil itu berhenti dan keluarlah sosok pria gagah yang meneriaki namanya. "Eh sini lu gembel!" panggil Guntur dengan hinaan.
Arka bergeming, tanpa berniat turun dari motornya maupun menyahut panggilan bernada merendahkan dari pria congkak yang menunjuk ke arahnya. Arka berniat melajukan motornya, tapi Guntur kembali berteriak dengan kalimat yang membuatnya naik pitam.
"Hei, mantan pacar gak berguna! Pecundang!" teriak Guntur seenaknya. Tentu saja hal itu mampu membuat Arka mematikan mesin motor bututnya.
Guntur terlihat menendang bodi belakang motor, lebih tepatnya pada ban. "Barang rongsokan kayak gini masih bisa jalan? Mending di buang sekalian, sama pengemudinya yang juga rongsokan, barang bekas!" sarkas Guntur yang kini telah berada di hadapan Arka dengan bergaya sombong dan tatapan diskriminatif.
"Jangan banyak bacot! Lu urus Anja biar benar. Jadilah suami yang gentleman dan bertanggung jawab. Masa istri orang kaya kerja di rumah makan, bahkan dalam kemasan hamil. Satu lagi. Bayar asisten rumah tangga. Jangan suruh Anja yang jadi pembantu keluarga lu!" sindir Arka tepat sasaran. Membuat raut wajah Guntur langsung mengeras bak besi. Tatapan dari matanya yang merah menandakan kemarahan tingkat tinggi.
Hingga, ia pun menghampiri Arka cepat dan mencengkeram kerah lehernya. Ia menarik hingga Arka turun paksa dari tunggangan besinya itu.
"Bangsaat! Sialan!"
"Lu gak punya hak ngatur-ngatur gua! Seharusnya elu yang udah ngurus dia yang ternyata hamil anak elu kan!"
Buk!
Guntur melayangkan tendangannya tepat dan kencang hingga mendatar tepat di ulu hati Arka. Sosok pemuda ini lantas terbatuk-batuk. Ia menunduk merasakan nyeri, sementara Guntur belum melepaskan cekalannya.
"Kalo gua tau, dia udah elu perawanin duluan. Kagak bakal mau gua dikawinin sama dia! Liat aja. Gua bakal siksa dia sampe bayi yang ada didalam kandungannya mati! Gua gak mau ngurus anak orang!" teriak Guntur membuat kedua mata Arka membesar.
"Lu ngomong apa! Anak orang? Lu kira Anja hamil anak orang? Lu kira Anja barang bekas, hah!" Akhirnya Arka pun dapat membalik posisi. Kini ia berhasil mengembalikan serangannya pada Guntur.
Berkali-kali, Arka berhasil melepaskan pukulan demi pukulannya ke arah Guntur. Hingga pria parlente yang masih mengenakan kemeja kantor ini oleng dan tersungkur ke atas aspal.
"Gua kagak pernah nyentuh Anja sedikit pun. Dan elu berani bilang kalo Anja barang bekas gua! Otak lu dimana bangsatt!" Arka yang kesal mendaratkan tendangannya ke arah Guntur. Namun, Guntur juga tak tinggal diam. Ia melayangkan juga kakinya untuk menangkis serangan dari Arka.
Kini, Arka pun ikut terjatuh dengan keras ke atas aspal. Akhirnya keduanya pun berguling diambil saling pukul. Hingga kemeja Guntur maupun kaus Arka sobek di sana sini.
Mereka berhenti ketika sama-sama lelah. Guntur yang sudah mulai kewalahan, memutuskan untuk masuk kedalam mobil dan meninggalkan sosok Arka yang tengah terengah-engah dengan kesal.
"Dasar pengecut!" makanya pada mobil Guntur yang berlalu melewatinya. Pria itu dari dalam mobil hanya mengarahkan jari tengahnya ke arah Arka.
Arka meludah ke tanah. Hingga cairan merah itu yang justru keluar dari asal sobekan pada bibirnya.
"Suatu saat, gua bakal ambil Anja dari lu, sialan!" Arka yang masih kesal hanya dapat menendang angin. Ia pun berlalu menaikinya kendaraannya itu.
Guntur tak mau pulang dalam keadaan kacau begini. Bisa-bisa ia akan di tertawakan oleh seisi rumah termasuk Anja. Karena itu, Guntur memilih untuk ke apartemen pacarnya.
"What's wrong, Honey!" Samantha kaget melihat penampakan kekasihnya yang babak belur.
"Gapapa, cuma ketemu musuh aja tadi. Makanya aku mau numpang mandi dulu sini. Oh ya, sayang. Tolong siapin pakaian ganti buat aku ya. Ada kan di sini?" ucap Guntur dengan memaksakan senyum. Sebenarnya hatinya belum puas. Hanya saja ia sadar bahwa kemampuan berkelahinya masih di bawah Arka. Kalau diteruskan, bisa-bisa ada bagian tubuhnya yang kemungkinan besar patah.
"Ada dong, Honey. Kan kamu sering menginap di sini. Tuh, kebetulan udah aku ambil dari loundry," jelas Samantha. Berpura memasang senyum manisnya.
"Thanks, Sayang. Tapi, kok. muka kamu kayak gitu?"
"Memangnya kamu berharap muka aku kayak gimana? Seneng gitu? Karena tempat tinggal aku cuma jadi sarang sembunyi dan pelarian dari suami orang!" Samantha pun keluar begitu saja dari kamar, meninggalkan Guntur terpaku menelaah setiap ucapan dari kekasihnya itu.
"Shitt!" Guntur mengumpat karena kejadian ini Samantha sepertinya ngambek.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments