Bab. 11. Cinta Tulus Arka.

"Ah, Bener. Emang hari ini. Mana udah minta kerja setengah hari sama, si Bos. Udah siang, apa ada masalah ya. Gua cek aja deh." Arka memang nekat. Semenjak tau perlakuan Guntur dan juga keluarganya itu terhadap Anja, ia menjadi tak segan lagi untuk terus menolong mantan kekasihnya itu.

Kendaraan roda dua yang Arka kendarai berhenti tak jauh dari kediaman keluarga Guntur. Arka sengaja tidak melepas helm full face yang ia kenakan. "Sepi. Tadi di kedai juga, Anjali gak ada. Lalu, kemana dia?" gumam Arka bingung. Ia bahkan sampai tidak berselera untuk sekedar sarapan. Dirinya takut, jika wanita yang masih ia cintai itu mengalami hal buruk.

"Apa gua masuk aja ya. Eh, tapi kalo di gebukin gimana? Punya hak apa gua?" Arka bergumam dan terus bergumam. Otaknya mendadak buntu.

Hingga, akhirnya ada beberapa pejalan kaki yang melewati dirinya sambil mengobrol.

"Untung aja itu cewek hamil kagak ngapa-ngapa yak. Kasian juga sih dia kaget." Salah satu pejalan kaki membuat Arka membuka helmnya dengan cepat.

DEG!

Sontak, Arka merasa jantungnya berdegup kencang. Ia langsung menghampiri pria yang lewat di hadapannya.

"Eh, Mas. Bang! Maaf, numpang tanya!" panggil Arka seraya menghampiri. Dirinya bahkan tahu-tahu sudah turun dari kendaraan beroda duanya.

"Iya Bro!" jawab pemuda yang berjalan kaki tersebut.

"Barusan saya mendengar jika kalian membicarakan seorang wanita hamil yang hampir kecelakaan? Boleh tau lokasinya dimana?" cecar Arka yang perasaannya mengatakan jika itu adalah Anjali.

Kedua pemuda itu pun menjelaskan dimana lokasi kejadian. Tanpa menunggu lagi, Arka segera melesat menghampiri tempat tujuan.

"Anjali!" pekiknya ketika sampai, wanita terkasihnya itu masih duduk di pos ronda. Tapi, sendirian. Beberapa ibu-ibu yang menolongnya baru saja membubarkan diri.

"Anjali! Kamu gak papa kan!" Arka panik, pria itu langsung memeriksa ke setiap tubuh Anja seraya berjalan memutari tubuh mantan kekasihnya itu. Baju, yang di kenakan Anjali agak kotor. Pertanda, jika wanita itu memang terjatuh karena keserempet mobil.

"Aku takut, Mas. Anjali takut," ucap nya seraya memeluk perutnya dengan posesif.

"Kita ke klinik sekarang." Arka pun menggendong Anjali menuju motor gedenya. Anjali pasrah karena sebenarnya tubuhnya itu lemas. Hanya saja ia menolak ketika para warga hendak membawanya. Ia kasihan dengan sopir angkot yang tidak sengaja menyerempetnya lantaran vertigo yang di derita sopir itu, seketika kambuh di jalan.

"Tapi, Mas. Klinik, mahal," tahan Anjali. Ia tidak mau masuk ketika motor Arka telah berhenti.

"Gak usah khawatir. Keadaanmu dan bayi itu lebih penting dari sekedar uang." Arka memberi tatapan bernada perintah yang tak bisa di tolak. Membuat, sisi terdalam Anja merasa hangat sekaligus sedih. Seharusnya ia mendengar kalimat ini dari mulut suaminya.

"Yuk!" Arka sudah meletakkan kedua tangannya di bahu dan juga bawah paha Anja.

"Mas! Biar aku jalan saja!"

"Oke, tapi bayar sendiri!" Arka melepaskan tangannya dari tubuh Anja dan mempersilahkan dirinya jalan.

Anja menunduk bingung.

Membuat tubuhnya seketika melayang di udara lantaran Arka kembali menggendongnya.

"Eh!" Anja memekik, dan secara reflek berpegangan pada leher, Arka. "Turunkan aku, Mas. Jangan begini, malu dilihat orang lain," tolak, Anja. Berharap, Arka mengabulkan permintaannya.

Namun, pria yang pernah menempati tempat terindah dan tertinggi di hatinya itu, tak sedikitpun mendengarkan perkataannya. Arka, tetap berjalan dengan tegap dan gagah. Menuju hingga ke dalam klinik. Kemudian, ia menurunkan, Anja tepat di depan ruang tunggu. Mendudukkan, wanita hamil itu secara perlahan.

Perhatian dan kasih sayangnya begitu besar, dan Anja dapat merasakan itu semua tulus, Arka berikan padanya. Perlakuan yang seharusnya diberikan oleh pria yang menyandang predikat sebagai suami dari aja serta ayah dari bayi yang dikandungnya.

Tapi, kenyataannya semua perhatian itu gurat dari raut khawatir di wajah pria yang tidak semestinya bertanggung jawab padanya. Semua, itu ya dapatkan dari sosok pria bernama Arka Sadewa.

Pria yang telah ia sakiti hatinya. Dia kubur segala harapan serta mimpinya. Akan tetapi, tak sekalipun pria itu menaruh kebencian padanya. Arka, sangat memahami keadaannya yang terpaksa menikah dan mengubur semua cita-cita keduanya.

Entahlah, jika selama ini tak ada Arka di samping Anjali. Mungkin, dirinya tidak akan sekuat ini. Mungkin sudah sejak lama dirinya hanya tinggal jasad tanpa jiwa. Pria di hadapannya ini, yang tengah berbicara dengan salah satu perawat sambil memasang ekspresi khawatir, dialah yang seharusnya menerima bakti sedalam ini darinya.

Tapi, takdir berkata lain. Semesta, justru menyakiti pria seperti, Arka melalui tangannya.

"Tunggu sebentar ya, aku sudah mengajukan agar kamu dapat pemeriksaan lebih dulu karena barusan jatuh di jalan. Maaf, jika aku harus menceritakan semua kronologinya secara terbuka. Bukan maksud ikut campur atau mendahuluinya. Hanya saja, aku ingin kamu segera mendapat tindakan dan pemeriksaan secara menyeluruh," terang Arka menjelaskan sikapnya kenapa mungkin terlihat protektif dan terlalu ikut campur. Ia takut, jika Anjali merasa tak nyaman atas perlakuannya.

Namun, Arka pun tau apa akibat terburuk jika wanita yang hamil muda sampai terjatuh dengan keras di jalan raya. Mungkin dari luar, Anja terlihat baik-baik saja. Tapi, siapa yang tahu dengan keadaan di dalam tubuhnya terutama terhadap calon bayinya itu.

Arka, terlalu menghawatirkan keadaan wanita yang selama beberapa tahun lalu mengisi relung hatinya. Hingga ia memiliki mimpi untuk dapat menyulam kisah bersatu selamanya membangun mahligai rumah tangga yang damai dan penuh kehangatan.

Sayang, takdir telah mempermainkan perasaannya yang begitu besar dan tulus pada Anja. Wanita itu direnggut olehnya ketika dirinya tengah menguntai buat untuk mempersunting sang kekasih hati. Karenanya, Arka kala itu mulai bekerja sangat keras guna dapat menabung uang.

"Mas! Mas Arka!"

Panggilan dari Anjali pun mengembalikan seketika lamunan dari Arka yang tengah menertawakan keadaan nasibnya.

Ia pun menoleh dan tersenyum seolah tak terjadi apapun.

"Gak perlu begitu, Mas. Biar saja aku di periksa sesuai dengan antrian. Gak enak kan sama ibu-ibu hamil yang lain," ucap Anja. Tentu saja hal itu membuat, Arka mengitari keadaan di sekitarnya.

Di sanalah ia dapat menemukan bahwa ada beberapa wanita hamil yang sedang menunggu antrian mereka dipanggil untuk menjalankan pemeriksaan. Arka mengusap tengkuknya merasa bodoh. Ia bahkan tak menganggap kehadiran mereka sama berartinya.

Mereka juga pasti ingin segera di periksa bukan?

Semua itu lantaran dalam pikiran, Arka hanya tentang kekhawatirannya terhadap Anjali. Sosok wanita yang pernah mengisi hati dan juga hari-harinya di masa lalu.

"Tak apa kok. Mereka kan tidak habis jatuh karena terserempet motor kan?"

Arka, tetap membenarkan tindakannya.

Anja hanya menggeleng mendengar ungkapan pembelaan diri serta pembenaran sikap dan tingkah laku yang di jabarkan oleh, Arka Sadewa padanya.

...Bersambung...

Episodes

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!