Melihat, raut wajah, Anja yang berubah murung, Arka jadi menyesal telah mengungkit luka lama itu. "Ya udah deh, kamu nanti pulangnya hati-hati. Beli juga keperluan kamu pake uang itu ya. Pinter-pinter kamu deh menyembunyikannya. Pokoknya, jangan sampe sakit tipes kamu kambuh lagi!" pesan Arka yang setelahnya berlalu kencang bersama motor legenda miliknya.
'Maafin aku, Anja. Aku gak pernah bisa lupain kamu.' Arka hanya bisa melakukan ini. Ia takkan mampu melihat wanita yang sangat ia jaga dahulu menjadi sengsara. Tapi, sekali lagi kemampuannya terbatas. Dirinya hanya montir biasa. Sementara, Guntur adalah pengusaha terhormat.
Meskipun begitu, ia tak mampu membuat Anjali menjadi wanita terhormat dan terurus.
Lagi-lagi, Anjali hanya bisa menatap punggung pria yang selama ini membantunya bertahan. Ia sempat didera oleh rasa bersalah. Namun, Arka tak pernah menyalahkannya.
"Mas Arka. Kenapa kamu masih aja baik. Kalau begini terus, kapan aku bisa lupain kamu Mas?" desah Anja menatap kepergian Arka yang sudah tak berbekas itu. Ia mengambil amplop yang Arka selipkan di kresek berisi belanjaan itu.
Ya ampun banyak banget!" pekik, Anja, ketika ia telah membuka amplop tersebut!. Beberapa lembar uang ratusan ada di dalamnya. Mungkin sekitar satu juta.
Anja tak tahan, ia yang terharu lantas mengikis air mata yang mengembun di ujung pelupuk mata besarnya yang indah. Meski kelebihannya itu tak mampu membuat sang suami mencintainya.
Guntur lebih sering bermalam di rumah pacarnya. Mengabaikan, sang istri di rumah ibu mertua. Karena memang pernikahannya dengan Anja adalah sebuah paksaan. Sementara, sang kekasih tak mau Guntur tinggalkan. Lumayan, dia punya ban serep bukan.
Senyum itu selalu ia cetak di wajahnya yang pucat karena lapar. Sesuai peraturan ia tak boleh makan sebelum Guntur pulang. Padahal Anja tadi sudah masak banyak sekali. Air liurnya sampai menetes memandangi beberapa menu yang ia masak, namun tak bisa ia cicipi.
Abang pulang juga malam ini. Apa Abang membutuhkan, aku?" tanya, Anja lembut pada sosok Guntur yang tengah ia bantu untuk melepaskan pakaian di dalam kamar mereka.
" Kau bertanya pulak! Pacar, Abang lagi merah, makanya kau yang harus memuaskan Abang malam ini!" seru Guntur kencang. Untung saja, jantung Anja buatan, Tuhan. Kalo buatan pabrik mungkin sudah rusak sejak awal pernikahannya.
"Biasa aja dong, Bang! Kan tinggal jawab aja! Wajar juga aku nanya, daripada nanti salah!" sahut, Anja berusaha tetap melembutkan suaranya.
Entah kenapa hari ini ia mulai berani. Sebelumnya ia hanya akan diam tapi hari ini ia ingin bersuara.
"Berani menjawab rupanya kau sekarang!" Dengan emosi, Guntur pun melayangkan tangannya, hingga sebuah tamparan kencang mendarat di pipi, Anja.
Plak!
Mendapat tamparan keras, membuat dirinya terhuyung dan jatuh ke atas kasur, tangannya mengusap pipi yang panas lalu menyibak rambut yang menutupi wajahnya. Ia pun menoleh dengan tatapan tajam ke arah Guntur.
Anja mengusap perutnya yang reflek langsung kram. Usia kandungannya masih rawan terhadap goncangan. Dua hari lalu, ia baru periksakan ke salah satu klinik bersalin. Namun, karena biaya melahirkannya sampai lima jutaan. Anja, beralih ke puskesmas.
Tapi, dirinya harus meluangkan waktu banyak ketika jatuh tempo untuk cek kehamilan. Di puskesmas dirinya harus mengantri panjang dengan para pasien yang lain.
"Keterlaluan, kamu Bang. Aku ini lagi hamil. Kenapa kamu kasar sekali?" Anja, berkata dengan kedua bibir yang bergetar.
Bekas tamparan di salah satu pipinya masih terasa panas dan perih. Apalagi, hatinya. Tentu saja sakit, sangat sakit.
Ini, bukan kali pertama, Guntur bertindak kasar padanya. Anja sebenarnya tidak kuat, dan ingin sekali pergi dari rumah yang bagikan neraka dunia ini baginya. Namun, sekali lagi dirinya bagaikan terpasung. Langkahnya laksana terikat rantai yang kuat. Anja, tak bisa pergi kemanapun, ia tak mampu melepaskan dirinya.
Sebab, keluarga suaminya itu akan menuntut hutang yang tidak dibayarkan oleh Siska. Ibu tiri dari Anja.
"Peduli setan, kau hamil! Sudah kukatakan jika itu bukan anakku! Pasti bukan!" hardik, pria dengan rahang penuh bulu. Bisa di katakan sedikit brewok. Memang sih tampan, tapi garang. Temperamental, juga kasar.
"Berhenti mengatakan janin ini bukanlah anakmu, Bang! Kau bahkan tau, diriku ini masihlah perawan, ketika kau menikahiku!" Anja, yang sudah tidak tahan lagi untuk terus menahan emosi dalam dirinya. Kemarahan itu meledak, ketika Guntur sekali lagi menolak mengakui darah daging yang sedang tumbuh dalam rahimnya kini.
"Halah! Kau itu tak berdarah, mana ada perawan! Kau pasti sudah tidur dengan pacarmu yang gembel itu!" Guntur semakin marah, lantaran Anja terus menjawab kata-katanya. Selama ini, wanita berusia dua puluh empat tahun itu hanya bisa diam ketika mendapat sumpah serapah serta cacian dari, Guntur suaminya.
Demi, Tuhan, Bang! Hanya, Abang satu-satunya pria yang menyentuh ku. Aku dan Mas Arka tidak pernah melakukan hal tak senonoh yang selalu kau tuduhkan pada kami!" Anja, telah terisak hebat. Raganya bergetar di pinggiran pembaringan mereka kala malam.
"Jangan bawa-bawa namanya di dalam rumahku, wanita murahan, sialan!" Guntur berteriak seraya membanting gelas berisi teh manis panas ke depan kaki, Anja. Hingga benda tersebut pecah berantakan dengan tumpahan isinya membasahi karpet.
"Jangan keterlaluan, Bang! Kau dan ibumu boleh membeli tubuhku! Tapi tidak dengan harga diri dan nama baikku. Aku, adalah wanita yang suci ketika kau menikahiku! Ingat itu, Bang!"
Plakk!
Sekali lagi, Guntur mendaratkan telapak tangannya yang besar ke sebelah pipi, Anja. Tak cukup sampai di situ. Pria tinggi besar dengan badan atletis itu pun, menarik rambut, Anja hingga kepala wanita itu mendongak.
"Terus saja kau bela diri. Sampai kapanpun, aku tidak akan percaya. Karena itu, jangan pernah berharap perlakuan baik dariku. Selamanya, kau itu hanya sampah! Bukan istriku, mengerti!" teriak, Guntur di depan wajah, Anja. Hingga, ludahnya memenuhi raut muka yang meringis kesakitan itu.
Anja, merasakan sakit di kepala, pipi juga perut bagian bawahnya. Ia sangat takut, kejadian malam ini berefek buruk pada janinnya. Karenanya, kali ini ia tak lagi menjawab apa-apa lagi. Meskipun, ia ingin terus membela dirinya. Percuma juga.
Guntur telah mencap dirinya, sebagai wanita kotor lagi hina.
"Berhenti menangis, dan layani aku!"
"Ayo! Cepat layani aku!"
"Tidak usah menangis!" Guntur menarik kaki Anjali kemudian mengungkung tubuhnya. Namun, Anjali menahan raga kekar Guntur dengan kedua tangannya. Ia tak mau kelakuan suaminya itu menyakiti calon buah hati mereka.
"Kau tau kan, jika pacar Abang itu sedang datang bulan. Nah, kau itu kan sedang hamil. Sehingga, tidak pernah yang namanya keluar darah. Malam pertama saja, kau tidak berdarah." Lagi-lagi Guntur mengungkit malam pertama mereka. Juga, membawa nama selingkuhannya di depan Anja. Makin sakit lah hati seorang Anjali.
"Lakukan apa yang kau mau, Bang. Asal ingat, jika aku ini tengah mengandung anak kita!" Anja rela di jadikan pelampiasan oleh Guntur karena jika ia menolak, ia pasti akan mendapat siksaan lebih kasar dari ini.
...Bersambung ...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments
💞 Hati Hampa 💞
dasar suami lucnuck 😡😡
2023-03-02
3
Itarohmawati Rohmawati
guntur minta di sunat kek nya
2023-01-14
1