"Tak perlu kau beri tau memang terserah aku. Karena kau adakah istriku, kau milikku. Semua yang kau miliki adalah kepunyaan ku termasuk ini!"
"Akh, sakit!" Guntur memberi remasan kasar pada buah kembar Anja yang sedikit kencang. Karena memang wanita hamil seperti itu.
Karena itulah, Guntur selalu bergelora pada istri cantiknya ini. Meskipun ucapan Guntur, terus melukai hati Anjali. Namun, wanita berhidung mancung, dengan kulit seputih susu, serta ris mata yang kecoklatan. Belum lagi bibirnya juga penuh dan berbentuk.
Tubuh Anja juga bagus. Tidak terlalu kurus tapi juga tidak terlalu gemuk. Bisa dikatakan sintal. Bahkan, Anja memiliki buah dada yang seperti batok kelapa. Sungguh, mendekati sempurna sebagai seorang wanita. Namun, kedua mata dan juga hati seorang Guntur telah tertutupi oleh kebencian. Meskipun wanita di hadapannya ini nikmat dan memberi kebahagiaan padanya, tetap saja ia akan menyiksa dan menghinanya.
Kebencian yang tak mendasar sama sekali. Menuduh, seorang Anja yang sejak dulu tidak pernah ikut pergaulan macam-macam. Apalagi, sampai *** bebas. Arka Sadewa, selalu menjaga kehormatan kekasihnya itu. Memegang tangannya pun tak pernah jika, Anja tidak mengijinkannya.
"Sampai hati, kau, Bang. Aku ini istrimu. Kenapa, selalu saja kau jadikan pelampiasan. Aku kurang apa, dibandingkan pacarmu?" Anja masih bersuara parau. Sisa tangisnya masih ada. Ia tak bisa menerima begitu saja. Dirinya bukan pelacuur, yang hanya digunakan ketika Guntur butuh pelampiasan.
"Istri?"
"Cih!"
"Sampai kapanpun, aku tidak akan pernah menganggap kau itu istriku. Faham!" Guntur menghardik, wanita yang dalam keadaan hamil itu. Tanpa perasaan, ia menarik penutup bagian bawah, Anja. Karena, daster yang wanita keturunan Pakistan itu kenakan telah ia angkat hingga menutupi wajah, Anja.
Selalu begitu.
Guntur, akan menyetubuhi tanpa memandang wajah istrinya. Ia tak ingin jika air mata dan wajah polos Anja mengubah perasaan dinginnya.
"Biarkan, wajah ku ini terlihat, Bang. Aku tidak bisa bernapas," pinta, Anja dengan nada memohon. Ia tak ingin diberi tindakan lebih kasar lagi oleh Guntur suaminya. Karena hanya memikirkan nasib bayi yang ada di dalam kandungannya.
Anja, tidak ingin perempuan buruk Guntur berakibat fatal terhadap calon bayi mereka. Karena dirinya berharap kelahiran dari bayinya kelak akan membuktikan bahwa apa yang selama ini Guntur tuduhan kepadanya adalah salah besar.
"Aku tidak akan mau melihat wajahmu! Wanita menjijikkan! Aku sudah membayar tubuhmu jadi terserah mau ku apakah!" hardik Guntur tak puas hati.
Wanita berkulit putih dengan bentuk wajah oval itu hanya dapat menggigit bibirnya. Ketika, lagi-lagi, Guntur menutupi wajahnya dengan masker.
'Sebegitu, bencinya kau padaku, Bang. Padahal, malam itu aku berdarah tapi sedikit. Kenapa kau juga tak mau percaya. Aku menyesal telah membuang tissue sebelum menunjukkannya padamu. Ku pikir, itu semua tidak ada arti apapun!' Anja masih terus bergumam seiring hentakan yang diberikan oleh, Guntur. Pria itu begitu hebat ketika mencampurinya.
Satu, yang Anja takutkan adalah.
Kandungannya.
Terlihat, wanita yang nasibnya sungguh menyedihkan ini. Beberapa kali, menahan pinggul dan perut rata, Guntur agar tidak terlalu menekan perutnya yang mulai membuncit itu.
Sekitar beberapa menit memompa dirinya, tibalah, pria bertubuh kekar itu melolong nikmat. Guntur, menyusupkan kepalanya di ceruk leher, istrinya yang sangat baik ini. Namun, kebaikan dan ketulusan, Anja tak pernah mampu membuka mata dan hatinya.
Anja, terlihat memberi remasan kepada rambut ikal suaminya ini. Di saat inilah, momen di mana ia dapat memeluk Guntur. Ketika, pria itu telah mencapai puncak dari pelampiasan geloranya.
Sementara, Anja sejak menikah. Tak pernah sekalipun, merasakan yang namanya nikmat bercinta. Sebab, Guntur selalu membuat tanggung dirinya. Pria itu, benar-benar menyiksanya lahir dan juga batin. Perlakuannya yang kasar selalu membuat penyatuan mereka berakhir menyakitkan bagi Anja.
Karena, Guntur sengaja tak ingin membuat Anja bahagia dengan pernikahan paksa mereka. Pernikahan, yang tidak sedikitpun di landasi rasa cinta. Pernikahan, yang hanya di dasari oleh sebab pelunasan hutang semata.
Bodoh memang.
Anja, tak ingin melihat ibu dan adik tirinya sengsara lantaran tidak memiliki rumah. Maka, ia merelakan kebahagiannya. Dengan menjadi wanita pelunas hutang. Meskipun, Anja tak sedikit pun tau. Untuk apa kala itu sang ibu berhutang. Karena, ketika sang ayah sakit, Anja tau jika biaya pengobatan ayah telah di lunasi oleh kantor dan juga dana dari jaminan sosial yang ayah siapkan.
"Jangan mengambil kesempatan, aku tidak akan pernah memberikan kenikmatan padamu. Main saja sana sendiri!" Guntur, melempar segitiga penutup area pribadi, Anja. Tepat, di wajah wanita yang basah karena air matanya sendiri itu.
Tanpa ucapan terimakasih, apalagi sekedar kecupan di kening. Guntur, berlalu begitu saja. Meninggalkan tubuh setengah telanjang, Anja yang terkulai lemah.
Sekilas, Guntur menatap tubuh polos tanpa cacat dan cela itu. Dimana ia terbaring lamah diatas kasur. Sejengkal pun tak ada yang kurang dari tubuh Anjali. Tapi, Guntur pantang memujinya.
Guntur di jodohkan dengan Anja, di saat dirinya baru saja melamar sang kekasih. Di karenakan, Sari, ibu tirinya Anja, memiliki hutang dengan Mega. Sebab, wanita yang melahirkannya adalah seorang rentenir.
[ Daripada keluarganya tidak bisa membayar hutang, lebih baik anaknya ku jadikan menantu. Dengan begitu aku akan mendapat pembantu gratis.]
[ Lalu bagaimana dengan, kekasih ku, Ma? Aku baru saja melamarnya! ]
[ Tidak gimana-gimana. Kalian masih tetap bisa berhubungan. Tapi, kau tidak bisa menikahi dua wanita. Nanti, usaha Mamamu ini bisa bangkrut. Faham! ]
Entah ideologi apa yang di gunakan sang mama. Guntur pun tak bisa mengelak karena perusahan tempat itu meraup untung besar pun milik keluarga sang mama.
Sejak saat itulah, Guntur memilih untuk melakukan hubungan di luar nikah dengan sang kekasih yang bernama Marisa ini. Meskipun awalnya tidak mau, Marisa akhirnya menurut ketimbang Guntur memutuskan hubungan mereka.
"Cantik."
"Cih!"
"Persetan!"
" Aku akan membenci mu sampai mati!"
Sumpah serapah yang Guntur keluarkan masih dapat didengar oleh Anja tentu saja. Karena wanita itu masih dalam keadaan sadar. Hanya saja harganya lemas bagaikan tanpa tulang.
Guntur keluar setelah ia kembali mengenakan pakaiannya. Ia punya kamar sendiri untuk tidur. Karena ia bahkan tak mau satu tempat tidur dengan istrinya sendiri.
Kau menikmati ku, Bang. Tapi kau selalu menghujatku. Sebenarnya apa salah Anja! Bahkan anak ini pun tak mau kau akui. Bagaimana nasibnya nanti. Ibu, kenapa kau buat nasib Anja seperti ini. Kenapa kau baktiku dengan racun yang pahit sekali.
"Apa kau membuat Anja menangis lagi, Gun?" tanya Santoso saat ia melihat sang anak menutup pintu kamar Anja dengan kasar.
"Bukan urusanmu, Pa! Apa kau ingin agar aku mengatakan pada mama kalau kau peduli pada menantu lacur itu," ancam Guntur menatap tajam ke arah pria yang menyandang predikat ayah kandungnya itu. Namun tak sedikit pun terlihat rasa hormat dari raut wajahnya.
Bahkan putraku sendiri memandangku hina.
...Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 37 Episodes
Comments