Es-krim Stroberi

Fina terbaring di kasur kamar tidurnya. Bibirnya sedari tadi menyusut-nyusut meratapi layar ponselnya. Terdapat nama Win di layar berukuran sekitar 5 inci itu. Fina berganti-ganti posisi, menggeliat kesenangan sekaligus malu.

(Kolom Chat)

Win: Lagi cemas?

Fina: Enggak.

Win : Lagi rindu? Lagi mencintai?

Fina : Lagi tiduran saja hehe.

Win: Sama siapa?

Fina: Sendirilah.Sama siapa lagi?

Win : Sebenarnya sama aku, tahu. Aku ada di sana. Bersembunyi di hati kamu.

Fina kontak melirik ke arah hatinya. Ada jantungnya berdebar disana.

Fina: Win... Jantungku berdebar.

Win: Fin, are you ok? Cemas?

Fina: Tapi kali ini aku suka debarannya.

Win di ujung sana membaca chat itu mulai paham penyebab jantung Fina berdebar. Pipi cowok itu memerah, merasa gombalannya berhasil.

Fina: Win. Thanks being here....

Win: Kok tiba-tiba ngomong gini?

Fina: Gak pa-pa, pengen aja. Makasih udah mau menerima apa adanya.

Pembicaraan Fina mulai merajuk ke arah serius. Kebahagiaan yang tak terbendung kadang membawanya ke hal-hal melo-dramatis seperti ini.

Win: Makasih juga untuk tetap hidup. Jadi aku bisa mencintaimu setiap detik.

Senyum Fina bertahan di senyum simpul. Tiba-tiba ada chat dari Dokter Gerald.

Dok: Aman, Fin?

Fina: Aman, Dok.

Fina tiba-tiba teringat betapa besarnya jasa Dokter Gerald ke keberlangsungan hidupnya. Ia amat bersyukur menemui Dokter yang handal dan bisa menjadi teman untuknya.

Fina: Dok... Thanks for being here... Thanks udah nyembuhin luka.

Dok: Sama-sama, Fina. Itu semua berkat kekuatan dalam diri kamu. Dokter hanya membantu.

Fina: Aku gak tahu harus berterimakasih gimana. Tapi, thanks.. thanks... thanks.. thanks....

Dok: Banyak banget thanksnya hahaha. Sama-sama. Happy terus, ya, Fina. Jalanin aja dulu semuanya. Pasti suatu saat kamu akan menemukan titik terang.

Fina memberikan emoticon tersenyum.

Tiba-tiba satu chat muncul lagi di layar ponsel Fina dengan nama yang berbeda. Lindy.

Kalin: Hi, Fina! Free gak?

Fina: Free, Kak. Kenapa?

Kalin: Temenin jalan, yuk. Kita makan es-krim stroberi.

Fina: Boleh, Kak. Tahu aja hati aku sedang terstroberi-stroberi...

Kalin: Waduh... Kenapa tuh...

Kalin: Oke, Kakak jemput, ya. Siap-siap!

Fina segera bergegas mencari pakaian untuk pergi bersama Lindy. Tidak ribet-ribet. Dia hanya memakai sweater dan celana bahan.

Tak perlu waktu lama, karena memang kebetulan Lindy sedang berada di sekitar daerah rumah Fina untuk urusan bisnis, jadi perempuan berusia 24 tahun itu tiba di rumah Fina dengan mobil honda Brio hijaunya.

Fina membuka pintu mobil, meringkukkan kepala, masuk ke dalamnya setelah berpamitan dengan Bapak.

“Sudah pakai seat belt?” Lindy memastikan.

Fina menjawab semangat. “Sudah.”

‘Lets go....” Lindy menginjak pedal gas.

Mereka menikmati es krim stroberi di kedai pinggi jalan. Kedai tersebut terdiri dari 2 lantai. Mereka duduk tepat di ujung balkon, behadapan, sambil menikmati lalu lintas yang bak digerumuni kunang-kunang karena lampu-lampu mobil yg menyala.

Kalau 2 cewek sudah dipertemukan seperti ini, tak ada yang lebih mengasyikkan selain saling curhat satu sama lain bagi mereka.

“Kak, aku mau cerita deh.” Fina memulai curhatannya.

“Di sekolahku, ada satu cowok, dia baik banget. Dia tahu semua tentang aku, dia menerima aku apa adanya, kayaknya dia menyukai aku,” ungkap Fina. Kata ‘kayaknya’ sepertinya kurang cocok untuk menggambarkan perasaan Win pada Fina. Itu adalah sesuatu yang pasti, seperti hukum matematika.

“Kalau kamu gimana? Kamu suka juga gak sama dia?” Goda Lindy.

Pipi Fina memerah bak tomat. Lantas ia terangguk lamat-lamat.

Lindy mengacak-acak pangkal kepala Fina dengan gemas. “Dasar anak umur 17 tahun.”

Fina berdehem malu.

“Jadi anak umur 17 tahun itu kadang memang menyulitkan. Membingungkan. Menyesakkan. Tapi, jangan lupain juga hal-hal manisnya, ya, gak?” Lindy menarik dua alisnya ke atas berkali-kali. Lindy tahu betul bagaimana rasanya menjadi anak usia 17 tahun. Sudah 7 tahun berlalu.

“Tapi hati-hati dengan cinta. Cinta kadang bisa menjadi boomerang. Semakin besar frekuensinya, semakin besar pula tingkat risikonya. Cinta dari orang yang salah bisa membuat kita terus-menerus merasa berbuat salah. Itu namanya toxic.” Lindy memberi wejangan kepada Fina yang baru merasakan indahnya cinta. Sekejap Lindy kembali menujukkan wajah hilariousnya. “Gak niat nakut-nakutin, kok. Aku tahu kamu orang yang cerdas dalam urusan cinta.”

Fina mengangguk. ‘Aku kan punya Kakak yang udah berpengalaman dalam bidang percintaan.” Fina membanggakan.

Mereka berdua memasukkan potongan buah stroberi ke dalam mulut mereka masing-masing.

“Oh, iya. Hari Minggu nanti Kakak ada launching buku baru. Mau ikut?”

“Mau!!” Fina menjawab penuh antusias.

Mereka melanjutkan obrolan sembari menghabiskan satu cup es krim yang masing-masing tinggal tersisa setengah. Mereka membahas banyak hal. Lindy banyak menceritakan masa lalunya dan memberikan nasihat-nasihat kepada Fina yang dia dapat dari pengalaman pribadinya sendiri. Mulai dari betapa pentingnya kesehatan mental, menyayangi diri sendiri, menjauhi orang-orang yang disebut toxic, hingga bagaimana cara memilih pergaulan yang baik.

...***

...

Terpopuler

Comments

tina yusuf

tina yusuf

petuah yang bagus utk hidup ,sangat berguna ,thor aku dah mampir lg .semangat

2023-02-08

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!