Hari Senin tiba. Fina kembali ke sekolah. Kembali juga kepada Win. Win sudah merindukan gadis itu. Sepertinya Fina pun. Dua hari terakhir mereka tetap menjaga komunikasi lewat Whats-App. Win yang lebih banyak menge-chat Fina duluan. Pastilah hari ini Win sangat senang karena celengan rindunya akhirnya terpecahkan.
“Fin,” panggil Win di ambang pintu, seperti biasa, saat jam istirahat. Win berjalan mendekati Fina yang tertoleh.
“WINN!!Fina tampak senang melihat keberadaan Win. Matanya terpendar-pendar.
“Mau ke kantin gak? Aku bantu kamu lawan kecemasan. Sedikit demi sedikit. Aku mau kenalin kamu ke teman-teman aku,” tawar Win.
Fina butuh waktu beberapa saat untuk berpikir. Dia sedikit ragu. “Temen kamu....-“
“Mereka gak tahu apa-apa kok. Tenang aja.,” ucap Win seperti sudah bisa menebak pikiran Fina.. “Mereka asik-asik orangnya. Kamu pasti gak suka.”
“Hah? Kok gak suka?” Fina bingung. Fina pikir lidah Win keseleo. Seharusnya bilang suka.
“Kan sukanya cuma sama aku.” Win memperjelas. “Ceilah kayak yang udah pacaran aja.” Win bicara sendiri.
“Mau, ya?” tawar Win sekali lagi. “Bisa kok.”
Fina terangguk. “Sekalian cari pacar ah.” Fina berjalan keluar kelas lebih dulu dengan centil.
Mata Win membelalak mendengar ucapan Fina. Kecemasan melingkupi dadanya. Bagaimana kalau ternyata memperkenalkan Fina dengan teman-temannya adalah keputusan salah? Apalagi di sana ada Dery si Playboy. Win perlu berhati-hati.
“Gak ada, ya, cari pacar!” teriak Win setengah berlari menyusul Fina.
Di meja tempat biasa Win menongkrong, sudah ada manusia-manusia yang langganan menghuni tempat itu. Mereka adalah Dery, Hersa, Ahdan. Ada Letta sama Fuji juga di sana, menemani pacar-pacar mereka. Setidaknya Win bisa merasa sedikit lega karena ada Fuji. Dery tak mungkin menggoda cewek lain di depan Fuji.
“Guys, kenalin, ini Fina. Fina, ini Dery, Hersa, Ahdan, Letta dan Fuji.” Win memperkenalkan teman-temannya satu demi satu kepada Fina.
“Hai, Guys. Salam kenal.” Fina tersenyum ramah. Sebenarnya ia sedikit ragu melakukannya.
“Salam kenal juga, Fina. Kamu cantik banget,’ puji Fuji terpukau.
“Iya, kamu cantik banget.” Dery ikut-ikutan memuji yang langsung mendapat tolehan dari Fuji dan Win bersamaan.
“Kamu seangkatan sama kita, kan? Kok aku jarang lihat?” ungkap Letta.
“Fina emang anaknya agak pendiam. Jadi jarang kelihatan.” Win bantu menjawab. Mulut Letta membentuk huruf O, mengerti.
“Pacar gue juga pendiam, dingin, kadang cuek. Tapi gue tetap sayang kok.” Letta menggenggam tangan Hersa yang terletak di atas meja, sambil menatapnya dalam. Hersa hanya membalas tatapan Letta dengan senyuman.
“Sayang, mau digituin juga...,” rengek Dery kepada Fuji.
“Bukan gue banget, Der. Cari cewek lain aja, ya?” Fuji menolak mentah-mentah.
“Udah banyak kali stoknya.” Ahdan mengompori yang langsung mendapat keplak-kan di kepalanya.
“Gak mau. Maunya sama kamu.” Dery berdecak manja pada Fuji.
“Bahaya.. Bahaya... Si Bando kuning datang.” Ahdan memberi peringatan. Matanya mendapati Yola tengah berjalan ke arahnya dengan langkah menghentak bumi. Napasnya gusar. Wajahnya merah, seperti banteng mengamuk.
“Eh Sawo! Pasti lo kan yang komen begini di posan Instagram gue?!” ketus Yola seraya memperlihatkan layar ponselnya di depan mata Ahdan. Cewek itu setia mengenakan bando berwarna kuning sebagai ciri khasnya.
“Memangnya dia komen apa?” tanya Win penasaran.
“Kuning-kuning kayak t*i’ di postingan gue yang outfitnya serba kuning,” jelas Yola emosi.
Sontak, meja itu dipenuhi gelak tawa. Fina ikut menyumbang tawa. Giginya tampak berderet rapi. Win yang mendapati moment itu ikut senang. Diam-diam dia memperhatikannya begitu intens. Win semakin jatuh hati pada cewek itu.
“Tau dari mana lo itu gue? Gue gak pernah pake akun fake, ya!Apalagi dengan nama alay ‘kamunanyeuakusiapa’ kayak gitu!” Ahdan menentang tuduhan Yola, membaca username akun yang berkomentar jelek di postingan Yola. Entah siapa yang benar diantara mereka berdua.
“Ah.. Gak usah bohong! Elo atau bukan, gue maunya itu lo!” ucap Yola keras kepala.
“Dih.. Aneh,” ujar Ahdan tak terima. “Terserah lo deh, Spongebob.”
Yola meninggalkan kerumunan Geng Win dengan kaki dengan kekesalan menyertai setiap langkahnya, berlagak ngambek. Mereka tertawa mendengar ejekan dari Ahdan yang mengatakan Yola adalah Spongenbob.
“Bukan Spongebob, Dan. Lala teletubies! Kuning, kan,” lawak Dery.
Tawa kembali pecah.
Win melihati Fina sekali lagi. Cewek itu tak berhenti terkekeh. Ia bahagia melihatnya.
Fin, bahagia terus, yak. Win membatin.
...***...
Bel pulang menjadi penanda berakhirnya pelajaran. Satu demi satu kelas XII IPA 2 meninggalkan kelas. Fina berjalan keluar kelas. Tiba-tiba tangannya ditarik seseorang dari arah belakang. Win. Win memilih jalan belakang agar cepat sampai di parkiran.
Fina sedikit tak nyaman digandeng Win di tempat umum. Ia mencoba melepaskannya, tapi Win menolak.
“Gak. Gak mau!” kukuh Win dengan wajah menggemaskan. Ia urung melepaskan gandengannya. Orang-orang di sekitarnya tentu saja salah fokus dengan gandengan tangan itu.
“Win.. aku gak nyaman.” Fina tak terbiasa menjadi perhatian orang-orang.
Mau tak mau Win melepaskan genggaman tangannya dengan bibir cemberut. “Sorry...” desisnya manja.
Fina tersenyum, memaafkan.
“Senang deh. Sekarang aku gak perlu nungguin kamu 30 menit di tangga lagi.” Win flashback ke moment itu. Moment saat Fina menunggu 30 menit sebelum beranjak pulang.
“Senang juga sekarang gak diantar sama ojek online lagi,” ujar Fina.
“Kata siapa? Kamu juga harus tetap bayar naik motor aku. Jaman sekarang gak ada gratisan,” canda Win.
“Bayar? Berapa?”
“Sejuta,” tegas Win.
“Hah? Mahal banget.” Fina memasang wajah malas.
“Tapi bayarnya gak terima pakai uang. Pakai cinta. Sejuta cinta,” terang Win.
Fina menyikut lengan Win. Tersipu malu.
“Cie merah pipinya...,” goda Win.
“Ah, masa? Enggak, ah. Bohong aja!” Fina memegang pipinya. Win pasti berbohong.
Win mencubit pipi Fina, memainkannya seperti slime, meninggalkan bekas rona merah “Benar. Tuhkan merah.”
“Win.. Ah...” Fina berdecak manja, lelah dengan kejahilan Win.
Mereka tiba di parkiran. Win menyalakan motornya. Fina memegang punggung Win, naik ke atas vespa matic berwarna krem itu. Win menyalakan gas. Mereka pergi meninggalkan gedung sekolah.
Cekrek!!
Satu foto berhasil ditangkap. Jepretan-jepretan lain menyusul. 2 orang gadis dengan mengenakan seragam sama seperti Win dan Fina-seragam sekolah SMA Bina Antaraga- mengambil foto kebersamaan mereka saat di atas motor.
“Felisha harus lihat ini,” salah satu dari mereka bergumam.
Win menerima Fina apa adanya. Tapi, apakah orang-orang di sekitar Win bisa menerima hubungan mereka?
...***
...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 35 Episodes
Comments
✤͙❁͙⃟͙Z͙S͙༻𝘼𝙎𝙍𝙄k⃟K⃠
aku mampir thor,jngn lupa mmpir balik ya
2023-02-19
0