Pertengkaran Hebat

Selepas memutuskan hubungannya dengan sang calon istri, Alvaro pun rajin melakukan perjalanan, baik itu di luar maupun di dalam negeri. Tujuannya melakukan itu selain untuk bekerja, ia juga memiliki tujuan lain yaitu mencari Widya dan Arseno.

Alvaro tak memedulikan apapun lagi sekarang. Yang ia pikirkan saat ini hanyalah menemukan kedua orang yang sangat berarti dalam hidupnya itu.

Namun sayang, keputusan yang ia ambil tidak serta merta mendapat dukungan dari Pak Tyo. Justru pria itu marah besar saat tahu jika Alvaro telah memutuskan pertunangan dengan wanita pilihannya dan memilih mencari wanita yang tidak ia kehendaki itu.

"Siapa yang mengizinkan mu memutuskan hubungan pertunangan itu?" tanya Pak Tyo dengan tatapan mengintimidasi tentunya.

"Al tidak butuh persetujuan dari papi atau siapapun untuk mengambil keputusan untuk hidup Al, Pi. Sekarang Al punya tanggung jawab yang jauh lebih besar dari pada Al harus menjadi boneka, Papi!" jawab Alvaro berani.

"Brengsek! Diam kamu! Siapa yang mengizinkan mu menjawab apa yang aku katakan?" bentak Pak Tyo marah.

"Itulah Papi, selalu merasa benar dan orang lain salah. Al sangsi jika orang tua Widya penipu. Al malah punya firasat jika ini hanya akal-akalan papi agar Al dan Widya bercerai," tebak Alvaro curiga.

"Jangan asal bicara kamu, bukankah kamu tahu sendiri bahwa Rahman dan istrinya telah melakukan penggelapan dana perkebunan. Bahkan beberapa karyawan mengaku gaji mereka disunat oleh pasutri bodoh itu," jawab Pak Tyo, dengan emosi menggebu.

"Bisa jadi ini permainan, Papi. Bisa jadi ini rencana Papi agar mereka terlihat buruk di mata pekerja kita," jawab Al lagi.

"Kamu gila! Apa kamu pikir aku serendah itu?" Pak Tyo semakin emosi.

"Harusnya jika apa yang Al katakan adalah salah, Papi tak perlu seemosi itu. Papi cukup katakan jika Al salah Tak perlu berteriak seolah apa yang Al katakan adalah benar! Dan Papi takut ketahuan jika Papi telah melakukan hal buruk seperti itu!" ucap Alvaro kesal.

"Jangan pernah menghakimi seseorang yang tidak bersalah, Al! Papi tidak suka!" kecam Pak Tyo, marah.

"Lalu bagaimana dengan, Papi. Papi bisa menghakimi banyak orang tanpa mereka tahu apa salah mereka. Papi bisa menuduh banyak orang melakukan pelanggaran padahal semua tindakan orang-orang itu juga sudah papi setujui. Seperti mami, selama ini mami selalu dian saat papi salahkan, sebab Papi terlalu egois. Mami jadi malas ribut dengan orang egois dan selalu merasa benar seperti papi!" lawan Alvaro lagi.

Pak Tyo semakin geram dengan ocehan anaknya. Ingin rasanya menampar anak yang sudah ia besarkan dengan keringatnya ini. Pak Tyo tidak menyangka jika Alvaro akan seberani ini padanya.

"Sebaiknya kamu diam dan jangan banyak bicara. Saat ini kamu masih tinggal di rumahku, jadi jangan macam-macam dengaku!" ancam Pak Tyo tak main-main.

"Papi tak usah khawatir soal itu, detik ini juga Al bakal angkat kaki dari rumah ini. Kalo perlu Al akan bawa mami sekali. Al juga muak melihat kesombongan papi. Al juga muak melihat betapa papi tidak pernah menghargai mami. Papi selalu merasa benar dan menang sendiri. Al pengen lihat hidup Papi tanpa mami," tantang Alvaro tanpa mau berpikir panjang lagi.

Menurutnya laki-laki seperti ayahnya ini memang harus dikasih pelajaran. Biar tahu rasa. Keenakan jika lama-lama dibiarkan berbuat semena-mena. Alvaro tak suka.

***

Di sisi lain..

Widya terlihat geram mana kala mengingat tawaran pria menyedihkan itu. Widya menganggap jika pria yang menawarinya pekerjaan gila itu adalah pria dengan gangguan mental yang perlu pergi ke psikiater.

"Sudah sudah, jangan marah-marah begitu. Mungkin maksud dia baik. Ingin mencaikan ibu untuk putrinya, cuma cara ngomongnya ke kamu yang salah," ucap Liana, mencoba meredam emosi sang sahabat.

"Masalahnya bukan itu, Lin. Yang bikin aku kesel itu dia nggak nyari istri. Tapi ucapannya itu menjurus ke sana. Lalu saat aku konfirmasi dia menyangkalnya, kan kesel jadinya. Pria aneh, dasar!" jawab Widya dengan tatapan mata kesal.

"Ya kan aku tadi bilang, niat dia baik hanya saja dia nggak paham gimana cara ngungkapinnya. Sudah jangan dipikirin. Lagian kamu sudah nolak dia juga kan. Sudah sudah, mari kita tidur. Besok you masuk lagi kan, jangan buang tenaga you buat ngurus sesuatu yang nggak penting. Percayalah, semua akan baik-baik saja. Astaga, aku jadi penasaran apa masalah yang di hadapi oriay itu sampai nekat memberimu penawaran aneh itu." Liana terseo menahan tawa. Menurutnya pria yang menawari pekerjaan aneh pada Widya itu wajahnya cukup lucu juga.

"Siapa nama pria itu, Wid?" tanya Liana.

"Pria yang mana?" balas Widya.

"Ya yang tadi, yang nawarin kamu pekerjaan aneh itu?" tanya Liana lagi.

"Satya namanya, kenapa?" Widya melirik aneh ke arah Liana.

"Bagaimana kalo aku menggantikanmu?" tawar Liana.

Widya diam seribu bahasa. Menurutnya ucapan Liana gila. Segila tawaran pria itu. Enggan melanjutkan obrolan mereka, Widya memilih memejamkan mata dan meninggalkan Liana dengan sejuta imajinasinya.

"Sok kalo kamu mau, ga pa Lin. Itung itung bantu dia urus anaknya. Kasihan juga sih, anaknya ga pernah cocok sama pengasuhnya. Dengar-dengar pria itu sangat cerewet dan semaunya sendiri," ucap Widya, bukanya menakuti. Tapi itulah kenyataannya.

Satya adalah pria arogan yang menyebalkan. Dia sangat menyedihkan bahkan untuk urusan pengasuh pun dia sangat detail. Lalu siapa yang mau bekerja pada orang kolot seperti itu. Widya pun ogah.

"Aku sih cuma penasaran, apa iya pria setampan itu bisa se arogan itu. Tapi jujur ya, Wid, tu bapak-bapak manis tahu, selera gue banget," jawab Liana sembari berkhayal senang.

"Astaga bestie, lu ga usah sok iyes deh. Dia itu orang kaya. Mana mungkin mau melirik jiwa misqueen kek kita. Yang ada kita bakalan dinjek sama dia. Dia perlakukan semana-mena. Ni yang pernah punya pengalaman demikian. Ga heran lagi dengan kelakuan pria kaya," kawan Widya emosi.

"Ya elah, Neng. Ya nggak semua keles. Tapi ya bisa jadi sih. Gue sih ikut alur aja. Tapi kalo bapak tampan ini emang tampan Wid. Sumpah aku berdebar. Aku jadi pengen kenal lebih dekat, Wid. Comblangin dong atau aku kerja di resto itu aja. Sama kek kamu. Biar bisa lebih deket sama doi," ucap Liana genit.

"Serah elu, Neng. Serah elu. Pokoknya kalo lu patah hati, gue ga ikutan. Paham!" jawab Widya lama lama kesal juga dengan tingkah genit Liana. Namun sepertinya Liana tak peduli dengan penilaian Widya pada Satya. Entahlah, pada kenyataannya hatinya sangat penasaran dengan pria itu.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Yolan

Yolan

pak tyo lawannya harus kang sule prikitiu🤭🤭😂😂😂

2023-01-10

1

Alw@lah

Alw@lah

Liana naksir keknya sama Satya

2023-01-10

0

Tatik R

Tatik R

ayo alvaro bawa mami mu sekalian keluar dari rumah itu

2023-01-10

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!