Penolakan Orang Tua Widya

Tak menunggu waktu lagi, sehari setelah mengetahui apa yang terjadi pada mantan istrinya, Alvaro pun mengajak Ibu Zanna ke kampung halaman sang mantan istri. Tentu saja untuk mencari wanita itu. Mencari tahu apakah informasi yang ia dapatkan itu benar atau tidak.

Dalam perjalanan menuju kampung halaman sang mantan istri. Terlihat jelas kesedihan Alvaro. Penyesalan mendalam dari seorang Alvaro. Sungguh, apa yang ia lakukan kini berimbas sangat menyedihkan untuk pria yang berprofesi sebagai pengusaha properti ini.

"Al, jangan ngebut. Mami tahu kita salah, tapi jangan gegabah. Kita harus selamat sampai tujuan, Al!" ucap Ibu Zanna mengingatkan.

"Al udah nggak sabar pengen ketemu Arseno, Mi. Dia harus tahu, jika dia bukan anak yatim. Al, ada Ma, Al masih hidup. Al bapaknya. Al akan lakukan apapun untuknya Mi!" jawab Alvaro dengan tangis yang mulai menyeruak keluar menunjukkan pesonanya.

"Siapa yang mengatakan putramu anak yatim, Al? Semua orang juga tahu kalo kamu masih hidup. Semua orang juga tahu kalo kamu nggak tahu kalo dia ada. Widya juga ga kasih tahu kalo dia hamil," ucap Ibu Zanna.

"Al yang salah kalo soal itu, Mi. Al memang memblokir akses dia supaya dia nggak bisa menghubungi Al." Alvaro mengigit kepalan tanganya, pertanda ia menyesal telah melakukan hal tersebut.

"Ya, Mami mengerti sekarang kenapa Widya tidak memberi tahu bahwa Arseno ada. Widya terhitung wanita yang enggan di sakiti, Al. Buktinya ia menjauhimu meskipun dia tahu kamu memiliki hubungan batin dengannya. Mami yakin dia masih ada rasa samamu. Makanya dia menghindar. Apa lagi dia tahu kalo kamu tunangan sama anak bosnya. Mami yakin dia nggak ingin mencari masalah dengamu," ucap Ibu Zanna.

"Al juga yakin jika Widya masih punya rasa untuk Al, Mi. Jangankan dia, Mi, Al sendiri masih berdebar kala menatap matanya kemarin. Rasa hati Al seperti sejuk kalo menatapnya, Mi. Al belum pernah ketemu wanita sebaik dia," ucap Alvaro jujur.

Ibu Zanna terdiam. Jujur ia tak tahu harus berucap apa. Nyatanya, sang putra telah jatuh cinta pada gadis yang ia pilih untuk menjadi pendamping hidupnya. Namun sayang, keegoisan Pak Tyo dan juga kebohongan yang dilakukan oleh ayah Widya, malah menjadikan hubungan anak-anak mereka menjadi rusak. Hingga menghadirkan goresan luka yang kini menyiksa hati keduanya.

Tepat pukul 2 siang, mobil Alvaro sampai di depan kediaman keluarga Widya.

Tampak di sana sepasang suami istri sedang bercengkrama di dalam warung sembako yang mereka bangun dari mahar pernikahan yang diterima Widya dari keluarga Alvaro.

"Assalamu'alaikum, Bu, Yah!" sapa Alvaro pada sepasang suami istri paruh baya itu.

Melihat mantan menantu mereka, sepasang suami istri itu pun terdiam sejenak. Sungguh mereka tak menyangka jika pria yang telah menghancurkan hidup putri mereka akan datang lagi ke sini.

"Ngapain kamu ke sini? Bukankah kita sudah tidak ada urusan lagi?" tolak Pak Rahman, ayah Widya.

"Al minta maaf, Yah. Kita memang sudah tidak ada urusan. Tapi bolehkah Al bertemu Widya?" balas Alvaro dengan nada memelas.

"Untuk apa kamu cari putriku lagi. Gara-gara sikap aroganmu itu, dia malu dan pergi dari rumah!" jawab Pak Rahman sedikit berbohong pada Alvaro. Padahal Widya diusir karena menurutnya membawa aib. Bukan pergi sendiri atas kehendak wanita malang itu.

"Tidak, Yah, Al yakin Widya sudah pulang. Kemarin Al ketemu Widya kerja di salah satu toko kue milik temen Al. Dia berhenti kerja dan alasan dia berhenti karena pulang kampung, Yah. Tolong jangan bohong sama Al, Yah. Tolong izinkan Al bertemu dengannya," ucap Alvaro memohon.

"Jangan ngarang kamu, gadis tak tahu malu itu sudah pergi hampir setahun. Dia nggak pernah kasih kabar apa lagi pulang. Jadi jangan bikin aku tambah pusing. Sebaiknya kamu pergi dan jangan pernah kembali dengan menyebut nama gadis tak tahu malu itu," ucap Pak Rahman marah.

Mendengar penuturan Pak Rahman, hati Alvaro semakin teriris perih. Dada Al sesak membayangkan betapa menderitanya Widya saat bercerai dengannya.

Pria yang seharusnya melindunginya. Memeluknya dalam suka dan suka, malah mendorongnya ke jurang kenistaan berwujud perceraian.

Sedangkan cinta pertamanya, yaitu ayahnya, malah menambah penderitaan dengan menuduhnya membawa aib. Memgatainya sebagai gadis tak tahu malu dan pembawa sial. Sungguh miris nasib Widya dan itu terjadi setelah pertemuannya dengannya, setelah melewati masa dengannya. Sungguh akar masalah dari penderitaan yang di alami Widya adalah dirinya. Alvaro.

"Tapi, Yah, Widya bilang mau pulang karena ibu pengen ketemu bayinya, anak kami. Tolonglah Yah, jangan bohong," pinta Alvaro lagi memohon.

Pak Rahman dan Ibu Emma terdiam sejenak. Lalu saling menatap penuh tanya. Sungguh ini adalah kabar yang mengejutkan untuk mereka berdua.

"Jangan ngarang kamu. Widya tidak hamil. Mana mungkin punya bayi!" bentak Pak Rahman marah.

Tak ayal Alvaro dan juga Ibu Zanna pun terkejut saling menatap. Ternyata Widya tak hanya menyembunyikan kehamilannya darinya tapi juga dari orang tuanya. Dari orang-orang yang menyakitinya.

"Tidak, Yah. Widya hamil. Widya mengandung bayiku, Yah. Itu sebabnya Al mencarinya ke sini. Al tak bisa membiarkan dia membesarkan anak kami sendiri. Al ingin bertanggung jawab atas mereka, Yah. Tolong kasih tau Al di mana Widya dan bayi kami berada!" pinta Alvaro memohon.

"Apa, kami nggak tau di mana Widya dan bayinya. Demi Tuhan dia ga pulang," jawab Pak Rahman bersumpah.

Kali ini bukan hanya Alvaro dan Ibu Zanna yang kebingungan, tapi kedua orang tua Widya pun sama. Mereka semua jadi bingung ke mana Widya membawa pergi bayinya. Sungguh ini sudah di luar permikiran mereka.

"Al yakin kalo Widya punya anak?" tanya Ibu Emma lembut.

"Iya, Bu. Al ga bohong. Ini foto bayinya. Lihatlah," ucap Alvaro sembari mengarahkan foto-foto baby Arseno yang ia dapatkan dari Mozza waktu itu.

Ibu Emma dan Pak Rahman pun meminta ponsel itu dan melihat baby Arseno. Tak ayal kedua orang tua itu pun menangis. Menangis menjadi-jadi. Mereka tak menyangka jika putri mereka akan melewati masa sulit dalam hidupnya sendiri.

"Ya Tuhan, Widya. Kasihan sekali, Pak. Dia pasti sangat menderita," ucap Ibu Emma sedih.

"Pasti, Bu. Kasihan sekali putri kita. Ayah menyesal, Bu. Maafkan Ayah," ucapPak Rahman di selingi tangis menyayat hati. Sungguh pria ini tak menyangka jika keputusan yang ia ambil untuk putrinya, nyatanya menambah deretan luka yang Widya Terima. Sungguh Pak Rahman merasa sangat menyesal.

"Tidak, sebaiknya kalian pergi. Widya tidak ada di rumah. Lagian kamu tidak perlu lagi mencarinya. Widya tak butuh pria sepertimu. Kamu jaga kejam padanya," ucap Pak Rahman sembari membalikan tubuh Alvaro. Sungguh ia sakit hati karena ini. Pak Rahman kecewa dengan keluarga Alvaro. Terutama mantunya itu. Pak Rahman tak ingin melihat pria itu lagi.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Defi

Defi

kalian sama saja, sama2 menghancurkan Widya. Seharusnya kalian orang tua dan suami berdiri di garda terdepan ini malah mengusir dan menimpakan semua salah pada Widya yang tak pernah dia perbuat

2023-01-23

0

Sheeon

Sheeon

kecewa sama mantan menantu. tapi dia lebih parahnya malah ngusir anak darah daging nya sendiri. heran.

2023-01-17

0

Sky Blue

Sky Blue

Ya ampun Aq nangis bget bca part ini😣😣😣

2023-01-16

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!