"Mas Alvaro kenapa? Kenapa Mas Al tegang gitu?" tanya Mozza, heran.
Tentu saja, Alvaro melamun. Sebab pikirannya semrawut ke sana ke mari. Nyatanya ia begitu kejam pada mantan istrinya. Kejam, sangat kejam.
"Ah tidak, aku oke kok. Hanya saja aku kasihan dengan karyawanmu itu. Jadi pas hamil, dia kerja di sini?" tanya Alvaro.
"Iya, bahkan waktu anaknya baru beberapa hari juga udah ia tinggal. Mami udah nglarang, suruh ambil cuti aja. Tapi dia nggak mau, katanya sayang. Lagian anaknya dititipinya deket, tu tempat penitipannya. Jadi satu jam sekali atau dua jam sekali dia ke sana kasih bayinya asi. Atau nggak dia pompa nanti siapa yang keluar dia nitip. Ya kek gitu, perjuangan dia. Luar biasa kan. Makanya mami kasihan, aku pun kasihan! Tak tega lihat dia. Tapi dia hebat, sekalipun tak pernah aku dengar dia mengeluh. Dia sangat pandai menutupi kesedihannya. Dia contoh wanita hebat, Mas. Aku salut samanya. Bodoh banget mantan suaminya ya, dapet berlian begitu di sia-siain. Jujur, cantik, hebat, santun, ga neko-neko. Kurang apa lagi coba," jawab Mozza, santai namun ia serius.
Alvaro diam seribu bahasa. Sungguh ia merasa sangat berdosa dengan keadaan yang dijalani oleh mantan istrinya itu. Widya harus berjuang mengandung buah hatinya sendiri. Melahirkan tanpanya. Belum lagi Widya harus berjuang mencari nafkah untuk menghidupi dirinya dan juga buah hati mereka, yang seharusnya itu adalah tanggung jawabnya.
Sekali lagi Alvaro tertampar. Tertampar oleh keadaan. Sungguh Alvaro merasa sangat keterlaluan. Ia tak menyangka jika keputusan yang ia ambil secara terburu-buru itu, ternyata meninggalkan luka yang teramat sangat pada Widya. Wanita itu menderita akibat keputusan yang ia ambil kala itu. Pantas saja jika Widya enggan bertemu lagi dengannya. Nyatanya dirinya sangat keterlaluan. Tak punya hati. Ya, Alvaro memang tak punya hati.
"Kamu yakin dia pulang kampung? Atau dia pindah kerja?" tanya Alvaro masih berusaha keras mengorek keterangan dari Mozza.
"Soal itu aku nggak tahu pasti, Mas. Tapi kata mami dia pulang kampung sih. Mungkin dia udah baikan sama ibu bapaknya. Lagian kasihan juga ya, dia janda kan bukan semua salah dia. Namanya orang cerai kan ada sebab akibatnya. Kalo semua di salahin ke perempuan kan nggak adil rasanya. Tapi ya udah lah, apa yang terjadi sama dia semoga tidak terjadi pada perempuan-perempuan lain. Aku sih berharap apa yang terjadi padanya bisa menjadi semangat untuknya, bahwa hidup tanpa suami bukan akhir dari segalanya. Aku berharap dia kuat menjaga bayinya dan bisa menjaga dirinya dengan baik. Sungguh aku kasihan samanya, Mas. Dia itu luar biasa. Bayangin aja, mengandung tanpa di sampingi sama ayah bayinya. Periksa ke dokter sendiri. Namanya ibu hamil kan pengen ini pengen itu. Dan harusnya apa yang dia inginkan itu ada yang nyariin. Tapi tidak dengan dia, dia harus berjuang sendiri untuk itu. Aahhh, astaga! tu kan aku sampai nangis kalo nyeritain dia. Kasihan aku tu, Mas! Miris banget nasibnya," ucap Mozza sembari menghapus air matanya yang tanpa ia sengaja menetes begitu saja.
Alvaro terdiam. Tak sanggup menjawab setiap kata yang di lontarkan oleh calon istrinya. Pada kenyataannya ia adalah pria yang tak punya hati. Hanya karena masalah yang belum jelas kebenarannya ia tega membuat seorang wanita baik menderita. Bahkan sangat menderita.
Tuhan, ampuni aku yang kejam ini. Tolong beri aku kesempatan untuk membahagiakan dia lagi. Tolong izinkan aku bertemu dengannya lagi. Tolong izinkan aku memperbaiki kesalahanku, Tuhan. Tolong izinkan aku bertanggung jawab atas kesalahan terbodohku, ucap batin Alvaro sungguh-sungguh.
Alvaro kembali merasakan jantung dan hatinya teremas. Ia sadar bahwa ia merasa keterlaluan. Tanpa ia tahu, luka yang ia tinggalkan untuk Widya ternyata tidak main main. Alvaro menyadari jika dirinya sangat tidak manusiawi terhadap Widya dan bayinya.
***
Berbeda dengan Alvaro yang kini merana karena menyesali perbuatannya. Di sini ada Widya, wanita ini sedang berbahagia. Bagaimana tidak? di samping ia mendapat pekerjaan, tempatnya bekerja juga menyediakan tempat untuk menitipkan anak kala ibunya sedang bekerja.
Termasuk untuk baby Arseno. Baby tampan itu juga mendapatkan tempat istimewa di sana. Bahkan pemilik tempat penitipan anak di sana juga menyukai Arseno. Ketampanan dan kelucuan bocah itu menjadikan bocah itu primadona di sana.
"Bagaimana jika anakmu ini aku angkat jadi anakku saja, Wid? Kamu tahu kan aku udah lama mendambakan buah hati. Rasanya sepi banget nggak punya anak, Wid!" ucap Tasya, bos Widya yang baru.
"Aduh, Ibu, jangan. Dia ini satu-satunya keluarga saya. Mana mungkin saya bisa hidup tanpa nya, Bu," jawab Widya lembut. Agar tidak melukai hati wanita yang kini sangat baik padanya itu.
"Aku diceraikan karena nggak bisa punya anak, Wid. Aku mandul. Aku ingin punya beginian. Makanya aku buat tempat ini supaya aku bisa menjadi ibu. Aku senang melihat mereka bermain. Aku gemas dengan anak-anak. Tapi kenapa Tuhan nggak kasih ya, Wid?" ucap Tasya, sedih.
"Jangan sedih, Bu. Ibu masih muda, masih cantik. Siapa tahu nanti dapat jodoh lagi. Terus bisa hamil. Kan namanya jodoh rezeki itu kita nggak bisa prediksi. Tidak bisa kita tebak, pokoknya doa aja, Bu. Semoga kita bisa melewati hidup dengan baik. Tidak menyakiti orang lain," ucap Widya mencoba menguatkan bosnya yang belum lama ini ia kenal.
"Ahh, what ever lah, Wid. Pokoknya mulai hari baby Arseno adalah anak angkat ku. Sudah sana kamu kerja. Cari uang yang banyak buatku. Jangan lupa kirim Asi, biar aku nanti yang kasihkan, oke!" ucap Ibu Tasya sembari menimang baby Arseno.
Widya tersenyum lalu meninggalkan babynya ditempat penitipan anak. Arseno beruntung sebab Ibu Tasya sudi menimangnya bahkan sudi mengangkat dia menjadi anak. Rezeki Arseno memang bagus.
Widya mencoba kembali berdamai dengan jalan hidupnya. Kini ia tak mau lagi memikirkan apa yang seharusnya tidak di takdir kan untuknya. Termasuk Alvaro.
Cukup sudah baginya berharap kala itu. Berharap suatu hari nanti Alvaro melihatnya dalam keadaan hamil. Lalu memintanya untuk memperbaiki hubungan mereka demi si calon baby.
Namun melihat kenyataan sekarang, Widya hanya bisa pasrah dan menerima. Jodohnya dengan Alvaro sudah dicukupkan. Maka tak ada lagi yang bisa ia harapkan.
Alvaro sudah bertemu dengan jodohnya. Sedangkan dirinya harus tetap maju untuk menjaga dan membesarkan bayinya. Bayinya tak punya siapa lagi selain dirinya. Maka ia pun harusnya menjelma menjadi wanita kuat. Serta harus mampu berperan ganda untuk Arseno. Itu saja. Ya hanya itu yang harus Widya pikirkan.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Defi
mantan suaminya itu memang bodoh bahkan sangat bodoh dan sekarang ya calon suami kamu Mozza..
2023-01-23
0
Sky Blue
Smngt berkarya ya kax🥰🥰
2023-01-16
1
🍊𝐂𝕦𝕞𝕚
di sini Widya yang sudah mulai tentram dan damai meskipun harus merelakan cintanya
dan di belahan kota lain ada Al yang meratapi penyesalan nya
2023-01-10
7