Tanpa ia sadari ternyata Widya mendapat perhatian lebih dari seorang pria bernama Satya. Pria yang terkenal arogan plus casanova tingkat dewa itu ternyata jatuh cinta pada kelembutan ibu satu anak.
Untuk menarik hati wanita ayu itu, Satya rela tidak pulang ke Singapura demi bisa melihat Widya setiap hari. Ia ingin menarik perhatian Widya agar mau menjaga Putri semata wayangnya. Namun keberadaan Satua malah mengusik kakak kandung nya.
"Ngapain sih kamu ga balik aja ke negaramu. Di sini bikin pusing karyawan ku tahu," ucap Tasya kesal.
"Pusing kenapa sih? Orang aku cuma minta makan aja. Lagian aku juga bayar kan?" jawab Satya santai sembari melihat foto-foto Widya yang ia curi beberapa waktu yang lalu saat ia ke restoran itu.
"Iya, tapi permintaan mu itu yang nggak masuk akal. Nyebelin." Tasya duduk di depan Satya lalu, ia kembali berucap, "Eh tapi tunggu, kenapa kamu nggak belanja makananku kalo nggak Widya yang nganterin. Kenapa? Apa ada sesuatu?" tanya TasyaTasya, curiga.
"Dih kepo, ngapain sih tanya-tanya begitu?" Satya terlihat tak suka. Rasanya tidak lucu saja saat apa yang ia inginkan malah menjadi pertanyaan untuk kakaknya.
"Jangan bohong, aku tahu kamu. Sejak kepergian Sandra, kamu nggak pernah tertarik berhubungan dengan wanita lain. Kecuali wanita-wanita yang bisa kau beli dengan uangmu itu. Aku penasaran, ada apa dengan Widya, apa kamu menyukainya?" tanya Tasya lagi.
"Apaan sih? Nggak akan ada seorang wanita pun yang bisa menggantikan Sandra di hatiku. Dia adalah satu-satunya wanita yang bisa memiliki hatiku. Paham!" Satya kembali menunjukkan rasa tak sukanya karena Tasya berani mengusik satu-satunya wanita yang ia cintai selama ini.
"Sat, ingat, Sandra nggak akan suka kalo kamu bersikap dingin seperti ini. Mau sampai kapan kamu sendiri seperti ini. Aku yakin Sandra pasti sedih melihat pria yang sangat dicintainya hanya bermain-main saja. Ayolah Sat, bukalah hatimu. Carilah wanita yang baik. Yang bisa menerima susah senangmu," ucap Tasya menasehati.
"Jangan sibuk mengguruiku, sebaiknya kamu cari saja pria yang bisa menemani hatimu. Cerewet sekali!" balas Satya kesal.
"Kamu tahu aku nggak bisa punya anak. Laki-laki mana yang mau hidup dengan wanita sepetiku? Dasar gila!" jawab Tasya ikutan kesal.
"Kenapa kamu memvonis dirimu sendiri seperti itu. Siapa tahu dokter itu salah? Siapa tahu dia ngarang? Periksa yang bener makanya. Jangan asal percaya!" balas Satya lagi.
Tasya tak menjawab ucapan itu. Karena apa yang dikatakan adiknya adalah benar. Tasya terlalu takut mencari kebenaran tentang kesehatanya. Ia takut jika jawaban dokter itu sama dengan dokter pertama yang memerikdanya. Bahwa sel telur yang ia miliki tidak sehat. Rahimnya bermasalah dan masih banyak lagi.
Obrolan kakak beradik itu berhenti mana kalau Widya datang untuk memberikan laporan yang di minta oleh Tasya.
"Maaf, Bu, saya menganggu!" ucap Widya sopan.
"Nggak apa, Wid. Masuk aja, ada apa?" tanya Tasya. Sedangkan Satua hanya diam dan menatap wanita yang seharian ini telah berhasil mengganggu perhatiannya.
"Maaf, Bu, saya ke sini atas permintaan Pak Samuel, Bu. Beliau meminta saya membawa laporan keuangan restoran." Widya menyerahkan tas yang dititipkan atasannya padanya.
"Oh iya, mana sini Wid. Makasih, Ya. Oiya, Samuel udah berangkat ya. Besok tolong kamu gantiin dia kasir ya, sampai Samuel datang!" pinta Tasya sembari menerima tas berisi surat-surat dan selembar slip setoran pemasukan hari ini.
"Baik, Bu. Saya akan kerjakan. Saya undur diri, Bu," ucap Widya berpamitan.
"Oke, Hati-hati. Oiya itu aku ada beli baju buat Arseno. Titip ya," ucap Tasya sembari menunjuk paperbag yang ia taruh di meja makan.
"Aduh, Bu, jangan begitu. Tolonglah, saya jadi nggak enak," tolak Widya tak nyaman.
"Ih, ingat aku kasih ini ke Arseno. Bukan ke kamu, jangan coba-cona menolak atau ku potong gajimu," ancam Tasya dengan tatapan serius.
"Ya Tuhan, enak sekali jadi Arseno ya. Punya penggemar sebaik ini. Baiklah, Ibu, saya akan terima. Saya tak rela kalo gaji saya dipotong. Uang adalah hidup saya," kawan Widya dengan senyum penuh canda, khasnya seperti biasa.
"Makanya, aku tahu hidupmu itu uang. Sudah sekarang kamu pulang. Udah malam. Kasihan Arseno. Ingat, besok kamu masuk pagi. Jaga kasir sampai jam dua. Setelah itu Samuel baru datang. Ingat cari uang yang banyak, jangan salah hitung. Biar bosmu ini makin kaya, oke!" balas Tasya dengan candaan manisnya.
"Baiklah ibu bosku. Saya akan carikan uang yang banyak untuk anda, tapi jangan lupa doakan saja juga supaya punya uang banyak kek ibu bos. Biar Arseno bisa sekolah tinggi. Biar aku bisa menjadikan putraku seperti pangeran," ucap Widya sembari melangkah keluar, diikuti oleh Tasya yang semakin menyukai candaan ibu satu anak itu.
"Baiklah, semangat cari uang. Seperti maumu, uang adalah napas kita!" balas Tasya, keduanya pun tersenyum. Widya naik ke atas motornya sedangkan Tasya kembali masuk ke rumah. Bermaksud kembali menemui adiknya di ruang tamu.
Namun sayang, saat dia kembali Satya tidak ada di tempat. Tak ingin pusing, Tasya pun memutuskan ke ruang kerja dan mulai memeriksa pekerjaannya hari ini yang semoat tertunda.
Di lain pihak..
Satya tidak ke kamar, melainkan menghadang Widya. Diam-diam pria itu memiliki penawaran untuk ibu satu anak itu.
"Ada apa, Pak? Ada yang bisa saya bantu?" tanya Widya sopan.
"Hemm, turun," punya Satya lembut.
Melihat lawan bicaranya selembut itu, Widya pun berpositif thinking bahwa Satya tidak akan menyakitinya.
Meski ragu, ibu satu anak ini tetap menuruti permintaan pria itu.
"Apa kamu mau membantuku?" tanya Satya.
"Membantu? Membantu apa, Pak?" tanya Widya heran.
"Aku memiliki putri berusia lima tahun. Dia sangat mendambakan seorang ibu. Kamu tahu kan, aku adalah pria. Mana mungkin aku bisa memberikan itu padanya. Aku hanya bisa memenuhi kebutuhan financialnya. Aku kesulitan memberinya kasih sayang. Karena kasih sayang yang ia butuhkan, kasih sayang seperti yang ia inginkan. Maukah kamu memberikan kasih sayang itu, kasih sayang yang dia butuhkan?" tawar Satya pada Widya.
Widya tercengang. Terdiam tanpa kata. Terkejut dengan penawaran aneh itu. Bagaimana tidak? tidak ada angin tidak ada hujan, dia ditawari sesuatu yang menurutnya sangat tidak masuk akal. Sesuatu diluar nalar. Membuat Widya jadi rikuh dan salah tingkah.
Namun tidak dengan Satya, pria ini malah setia menunggu jawaban Widya tanpa rasa berdosa. Membuat Widya semakin tak nyaman dengan posisi mereka.
Niat Widya hanya bekerja untuk Arseno. Untuk biaya hidup dan juga untuk masa degannya nanti. Widya tidak mau neko-neko sampai harus mengambil pekerjaan yang bisa menyita waktunya untuk memberikan perhatian pada Arseno. Widya tak mau itu. Sungguh tak mau.
Bersambung....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Khairul Azam
aku gak suka jg model satya ini, klo pun dia nikahin wanita dia bakal inget sama istrinya yg udah meninggal.
2025-03-22
0
Defi
haduh Satya, putrimu butuh ibu dan kasih sayang ayah yaitu kamu bukan pengasuh.. tapi ga apa2 juga kali ya dari pengasuh naik tingkat jadi ibu sambung 🤭
2023-01-23
0
Emily
dasar si satya
2023-01-10
0