Seminggu berlalu akhirnya keluarga Pak Tyo pun bertandang ke rumah Ibu Nia. Sesuai dengan janji yang telah mereka buat, Pak Tyo pun membawa serta Alvaro bersamanya. Entah bagaimana cara pria itu memaksa sang putra. Yang jelas saat ini Alvaro ikut bergabung bersama mereka. Meski dengan muka masam, tak suka dengan keadaan yang ada.
"Jadi ini yang namanya Mozza, cantik sekali!" ucap Ibu Zanna saat melihat Mozza datang mendekati mereka.
Terlihat gadis cantik itu tersenyum lembut sembari menyambut keluarga pria yang hendak meminangnya.
"Benar, Tan, saya Mozza." Mozza mengulurkan tangan, mengajak tamu ibunya untuk berkenalan.
Saat berjabat tangan dengan Alvaro, Mozza kembali tersenyum malu. Tiba-tiba saja jantung Mozza berdebar. Seakan menyukai pria yang hendak dijodohkan dengannya. Sedangkan Alvaro, pria yang sekarang berstatus duda itu pun hanya diam tanpa menunjukkan ekpresi apapun.
"Jadi gimana Bu Nia? Apa semua sudah di jelaskan dengan dek Mozza?" tanya Pak Tyo, langsung to the poin. Seakan yakin jika kedua putra putri mereka sudah setuju dengan perjodohan ini
"Sudah, Pak Tyo. Mozza sudah menyetujuinya kok. Dia juga nggak kasih syarat apapun. Selain Al tetap membiarkannya bekerja dan melakukan bakti sosialnya. Kita tahu lah, Mozza sudah berjuang dari nol untuk memperjuangkan anak-anak yang kurang mampu. Masak iya setelah menikah dia ga bisa urus mereka," jawab Ibu Nia sesuai syarat yang telah di ajukan oleh Mozza saat sang ibu menawarinya perjodohan ini.
"Kami rasa itu bukan syarat yang sulit. Tak masalah kan Al kalo misalnya Mozza tetap bekerja dan melakukan kegiatannya yang lain! Untuk mu sendiri, apa kamu mau menyampaikan syarat?" tanya Pak Tyo.
Alvaro menatap Mozza dengan tatapan tajam. Seakan muak dengan situasi ini. Ya, Alvaro tidak suka dengan perjodohan memuakan ini. Baginya berhubungan dengan wanita dan pernikahan itu menjengkelkan. Alvaro sudah punya pengalaman pahit soal itu. Jadi bohong kalau dia tidak malas mengulangnya.
"Masalah syarat ku, biar aku dan Mozza sendiri yang bicarakan. Selebihnya silakan kalian atur saja," jawab Alvaro, kaku.
"Ih, baiklah kalo kalian mau main rahasia-rahasiaan. Jadi lamaran resminya kapan ini enaknya?" tanya Pak Tyo.
"Mereka berdua sama-sama setuju, bagaimana kalo sekarang saja, Pak Tyo. Bukan apa, niat baik kan harus di segerakan!" jawab Ibu Nia dengan senyum senangnya. Ya, meminta Mozza menikah sangat tidak mudah. Ibu Nia tak ingin menghadapi Mozza yang labil. Bisa saja tiba-tiba anak gadisnya ini meminta membatalkan semuanya, kan repot.
Pak Tyo dan Ibu Zanna tak menolak penawaran itu. Justru mereka bahagia. Setidaknya ada gadis yang mau menerima status sang putra yang saat ini tak lagi perjaka.
Tanpa banyak bicara, secara resmi Pak Tyo pun melamar Mozza untuk Alvaro.
Sebagai tanda lamaran ini sah, Ibu Zanna memberikan kalung untuk calon menantunya.
Tepuk tangan dan senyuman kebahagiaan menghiasi pertemuan mereka di malam ini. Mozza tersenyum malu-malu. Sedangkan Alvaro hanya sesekali saja tersenyum. Jujur, dia sangat tidak menyukai keputusan bodoh ini. Andai papinya tidak mengancamnya untuk berhenti menjadi investor di perusahaan, maka dengan berani pasti diaa akan menolak perjodohan yang menyakitkan ini.
Sikap pemaksa Pak Tyo adalah luka untuk Alvaro. Bersama istri pertamanya Alvaro juga merasa terpenjara. Bahkan ia memutuskan jarang pulang ke rumah istrinya. Karena jujur Alvaro muak. Namun pesona siang istri ternyata kadang juga membuatnya lupa, bahwa ia tak menyukai pernikahan itu. Jika pulang kerja rumah, ia tetap meminta Widya melayaninya. Melayani nafsunya. Bahkan Alvaro sampai tak bisa melakukannya dengan wanita lain selain dengan Widya. Entahlah, sejak menikah Alvaro jadi tidak tega menduakan istrinya.
Namun sayang, pesona sepeti itu tidak selalu Alvaro rasakan untuk Widya. Nyatanya, saat ada sedikit saja masalah ia langsung menjadikan masalah tersebut alasan untuk menceriakan istrinya. Kejam sih, tapi Alvaro senang. Akhirnya bisa mengakhiri drama pernikahan itu secepatnya.
Dan bodohnya, sekarang ia terhimpit masalah yang sama. Perjodohan... Shiittt... Ini sangat menjijikan. Batin Alvaro.
***
Di lain pihak..
Sang putra sudah telelap setelah meminum asi darinya. Widya memutuskan bersantai sejenak di kasur setelah melakukan aktivitas wajib itu.
Hatinya berbunga saat melihat bayi mungilnya itu terdiam menikmati mimpi.
Tak ingin menganggu bayi yang ia beri nama Mohammad Arseno Bagas itu, Widya memutuskan untuk bermain ponsel.
Widya sengaja melihat beberapa story WA orang-orang yang ia kenal. Beberapa kali ibu satu anak ini tersenyum melihat story-story yang menurutnya lucu dan menghibur itu.
Namun senyum Widya memudar mana kala ia melihat salah satu story WA dari teman sekaligus anak dari bosnya. Mozza. Ya, story gadis itu yang membuat senyum Widya memudar. Sebab di dalam story itu ada foto seseorang yang sedang tersenyum sembari memakaikan kalung pada Mozza.
Mata Widya menatap nanar foto itu. Tiba-tiba saja tangannya gemetar dan memilih meletakkan ponselnya.
Pria itu..
Pria itu..
Pria yang pergi meninggalkan luka.
Pria yang pergi dengan meninggalkan kenangan untuknya. Kenangan pahit. Kenangan menyedihkan. Bahkan kenangan itu tak mampu ia hapuskan.
Tuhan... Aku sudah berusaha keras melupakannya lalu mengapa tiba-tiba saja ia muncul. Muncul dengan senyum sepelas itu. Senyum yang menandakan kebahgiaan. Mungkinkah dia benar-benar sudah melupakanku? gumam Widya sedih.
Alvaro sudah move on
Lalu dirinya...
Dirinya masih berjuang menyembuhkan luka itu. Luka yang pria itu tinggalkan untuknya.
Segitu mudahkan?
Segitu mudahkan dia menghapus kenangan yang pernah ada di antara mereka berdua?
Widya diam sesaat. Seluruh tulang yang ada di dalam dirinya terasa sakit semua. Bahkan otot yang semula lentur, berubah menjadi kaku. Jantung Widya berdetak lebih kencang bahkan membuat ibu satu anak ini susah bernapas.
Mata Widya menatap tajam ke arah langit-langit kamarnya. Teringat bagaimana pedasnya itu mengeluarkan sumpah serapah nya bahkan talak nya.
Widya tak mampu menjawab apapun kala itu. Sebab ia sendiri juga tidak paham akan situasi yang terjadi.
Bentuk penipuan yang Alvaro tuduhkan padanya juga tidak masuk ke dalam akal sehatnya. Karena ia memang tidak merasa melakukan itu.
Widya menerima perjodohan yang telah diatur oleh ayah dan ibunya hanya karena darma baktinya pada mereka berdua yang telah merawat dan membesarkan selama ini. Sumpah demi apa, niat Widya menerima perjodohan itu hanya untuk menyenangkan mereka.
Lalu tanpa ada angin, tanpa ada hujan, Alvaro menuduhnya menikah dengannya hanya untuk merebut perkebunan yang telah di beli keluarga Alvaro sepuluh tahun silam.
Sungguh, Widya tidak tahu sama sekali masalah itu. Bahkan ia juga tidak paham soal hal-hal yang katanya direncanakan oleh keluarganya. Yang Widya tahu hanyalah dia diminta menjadi istri seorang Alvaro Dirgantara. Seorang pria muda yang ia ketahui sebagai anak dari sahabat ibunya.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Aditya HP/bunda lia
nah benerkan ....
2023-02-02
0
Defi
Widya kamu bisa melewati ini 💪
2023-01-23
0
Nena Anwar
sabar Widya kamu harus kuat demi Anak kamu
2023-01-10
0