Dia

Sejak tahu bahwa pria yang telah bertunangan dengan anak dari majikannya adalah mantan suaminya, Widya berubah menjadi pendiam. Widya bersikap lebih hati-hati. Berusaha menghindar dari obrolan-obrolan yang menurutnya tidak penting. Bukan hanya itu, Widya juga lebih hati-hati dan tetap berdoa agar tidak bertemu dengan pria itu sebelum mendapatkan pekerjaan lain dan bisa pindah dari kota ini.

Pada dasarnya Widya memang tidak ingin terlalu mau ikut campur urusan orang lain. Apa lagi berhubungan dengan mantan. Widya tak ingin kembali bermasalah dengan pria itu. Saat beberapa temannya membahas calon menantu bos mereka, Widya tetap pura-pura tidak tahu bahkan ia pura-pura tidak dengar.

"Wid, lu kenapa sih? Sekarang banyak banget diam? Ngelamun! Dih, kesurupan tau rasa?" canda Luluk. Salah satu teman terbaik Widya selama bekerja di toko roti ini.

"Lah mau ngapain toh, Luk? Sekarang aku punya tanggung jawab yang berat di sini! Aku nggak boleh main-main lagi. Aku harus giat mencari uang demi Arseno. Aku mau dia sekolah yang tinggi, biar jadi orang. Jangan kayak ibunya ini, lulus SMA aja enggak!" jawab Widya dengan senyum kecutnya. Padahal sebenarnya bukan itu alasan Widya menjadi pendiam. Dia hanya menghindari masalah yang mungkin akan membuat posisinya jadi serba susah.

"Ish, jangan bilang begitu. Kita yang kerja di sini semua sama, Wid. Mau aku S1, tetap aja aku jadi tukang roti. Kita sama-sama tau, kalo cari kerjaan itu susah. Wis ah, penting kita kerja. Halal. Dapat uang. Bisa nyukupin kebutuhan hidup. Mau beli apa aja ada. Itu yang terpenting Ukhti. Udah jangan melamun terus, habis ini kamu mau ngirim Asi kan buat Arsen. Sebaiknya segera rapikan uang di lacimu. Nanti selama kamu pergi, biar aku jaga," ucap Luluk sembari mendorong lembut punggung sahabatnya.

"Iya, iya, Ya Tuhan.... gitu aja sih! Eh, ngomong-ngomong, makasih ya, Best, kamu udah beliin Arsen baju. Pas sekali di pakek sama babyku. Emm, pokoknya kamu sahabat terbaik ku, Best!" ucap Widya dengan senyum manisnya.

"Aelah, cuma baju sebiji. Bilang makasih ya beribu-ribu kali. Aku nggak butuh ucapan terima kasih itu, Best. Yang aku butuhin cuma kamu do'ain aku, supaya aku dapat suami tampan kek calon bojonya Mbak Mozza. Uhh, kok ada ya manusia ganteng ngunu. Aku mau tahu jadi istri keduanya," ucap Luluk sembari tersenyum membayangkan ketampanan Alvaro.

Widya speechless. Sungguh ia tak menyangka jika sahabat terbaiknya akan mengajak dirinya membicarakan pria itu. Pria yang ia hindari. Pria yang tidak akan pernah ia ingat lagi. Pria yang tidak akan pernah ia ungkit lagi. Pria yang tidak boleh ia pikirkan lagi.

"Kok diam? Kamu belum lihat calon suaminya Mbak Mozza ya?" tanya Luluk merasa aneh dengan perangai Widya yang tiba-tiba diam saat ia ajak becanda seperti itu.

"Lihat waktu di SeWe beliau pas tunangan. Tapi agak ga jelas sih. Semoga mereka langgeng ya. Mbak Mozza cantik, kalo dapat yang tampan kan wajar." Widya tersenyum sekilas. Lalu kembali melanjutkan tugasnya menghitung uang yang ada di laci kasir.

"Ganteng banget aslinya, Wid. Sumpah. Kamu pernah lihat Kim Soo Hyun nggak?" Luluk terlihat antusias.

"Kim Soo Hyun siapa?" Widya menunjukkan rasa tak suka.

"Adoh, itu lo aktor Korea yang main apa itu, yang kita nonton bareng tu loh!"

"Siapa sih?"

Luluk pengambil ponsel di kantong doraemon miliknya. Lalu segera mencari foto bintang film yang ia sebutkan barusan. Sedangkan Widya tetap cuek dengan aksi sahabatnya itu. Sebenarnya bukan Widya tak tahu, hanya saja ia malas diajak membahas seseorang yang sudah tidak boleh berarti apa-apa baginya itu. Luluk tidak tahu bagaimana repotnya dia selama ini melupakan pria itu.

"Nah, ni orangnya, ganteng kan?" tanya Luluk sembari menyerahkan ponselnya pada Widya.

Sayangnya Widya tidak menganggap apa yang luluk lakukan. Widya malah terdiam, tertegun sembari menatap seseorang yang saat ini juga berdiri terpaku menatapnya. Menatap tajam ke arahnya. Menatap dengan tatapan seolah-olah mereka saling mengenal.

Luluk masih belum menyadari apa yang sebenarnya terjadi pada dua insan yang kini ada di depannya ini. Luluk berpikir, jika Widya hanya kagum pada pria yang ada di ponselnya. Bukan pria yang baru datang.

"Wid ada apa, kok melamun?" tanya Luluk.

Widya hanya diam tanpa menjawab sepatah katapun. Namun ia langsung membuang pandangannya. Ia tak ingin pria itu mengetahui perasaannya. Sungguh Widya tak ingin.

Di detik berikutnya, Luluk sadar bahwa toko tempat ia bekerja sedang kedatangan pelanggan.

"Woy, itu pacar anak bos. Jangan dilihatin begitu," ucap Luluk mengingatkan.

Tak ingin sahabatnya terlibat masalah dengan anak bos mereka, Luluk pun segera menyenggol lengan Widya dan menyadarkan sahabatnya itu dari kekagumannya pada pria yang mereka ghibahin sedari tadi.

Saat kedua insan itu tersadar dari lamunan, Luluk segera mengambil peran. Menyapa tamu mereka.

"Ada yang bisa saya bantu, Mas?" tanya Luluk sembari mengambil nampan dan juga capitan untuk mengambil roti yang mereka jual.

"Ah tidak, aku di sini bukan untuk membeli roti. Tapi untuk mencari Mozza," jawab pria yang diketahui sebagai calon suami gadis yang ia sebutkan namanya itu. Namun anehnya, mata pria itu terus menatap Widya yang saat ini pura-pura sibuk bekerja.

"Oh, Mbak Mozza. Sebentar ya, Mas. Saya panggilkan!" jawab Luluk sembari memundurkan langkahnya hendak ke ruangan anak bosnya itu.

"Em, Luk, aku aja yang panggil. Sekalian mau ngirim barang kan. Silakan kamu gantikan tempatku," ucap Widya sembari keluar dari tempat kasir.

Luluk tak menjawab ucapan itu dengan kata-kata, melainkan dengan senyuman. Tak ingin memuat tamu mereka menunggu terlalu lama, Widya pun segera melangkah menuju ruang kerja majikannya untuk memanggil gadis tersebut.

Di lain pihak...

Berbeda dengan Widya yang gerak cepat mencari cara menghindarinya. Kini Alvaro malah terjebak dalam perasaan tak menentu. Hatinya tiba-tiba goyah saat menatap mata sang mantan. Jantung Alvaro berdesir tak menentu. Nyatanya masih ada rasa yang tak sanggup Alvaro ungkapkan dengan kata-kata. Andai Keluarga Widya tidak memberinya luka, maka yakin Alvaro pun tak akan menceraikan Widya.

Widya adalah wanita pendiam yang tak pernah melawan apa yang ia inginkan. Dan lihatlah, sekarang ada penyesalan di sudut hatinya yang terdalam. Wanita pendiam yang tidak pernah menolak apapun yang ia inginkan itu nyatanya masih terlihat sama. Diam dan tanpa ekpresi. Alvaro gemas. Ingin sekali ia memeluk dan bertanya pada Widya apa saat ini ada masalah. Atau apa yang Widya butuhkan. Atau apa yang dia inginkan. Ingin sekali Alvaro jadi bagian lagi dalam hidup Widya. Ya, Alvaro ingin seperti itu.

Bersambung...

Terpopuler

Comments

Khairul Azam

Khairul Azam

jgn mau balikan lagi widya klo nanti dia minta balikan, laki laki seperti alvaro ini akan menyalahkan km lg semisal ada kesalahan kecil yg km lakukan

2025-03-22

0

Farida Wahyuni

Farida Wahyuni

laki2 plin plan. katamya waktu talak widya, pakai sumpah serapah pula, ga ingat mas?

2023-02-02

0

Tulip

Tulip

disaat sdh berpisah baru sadar al, hello kmana hati mu bersembunyi slama ini al jgn gengsi walau widya tak tamat sma

2023-02-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!