Beberapa hari berlalu...
Sejak pertemuannya dengan sang mantan, Widya lebih giat mencari pekerjaaan. Banyak teman yang ia hubungi.
Beruntung, semalam ia mendapatkan kabar bahwa surat lamaran pekerjaan yang ia ajukan di salah satu hotel di Bali sudah mendapatkan feedback. Hasilnya dia diterima bekerja di tempat tersebut.
Ya, Widya bukan wanita bodoh yang mau suka rela mengizinkan hatinya terluka lagi. Tanpa bosnya tahu, ternyata dirinya sudah mencari pekerjaan di tempat lain. Yang jelas bukan di kota ini.
Bukan hanya alasan itu Widya pergi dari kota ini. Widya tak mau Alvaro tahu jika dirinya telah melahirkan putra mereka. Ia tak mau pria itu sampai melihat wajah buah hati mereka. Widya ingin memberi pelajaran untuk pria tak punya hati itu.
Widya tak akan pernah memberi tahu pria tersebut perihal apa yang terjadi padanya setelah perceraian menyakitkan itu. Widya tak akan memberikan kesempatan pada orang-orang yang pernah menyakitinya bisa kembali dengan bebas di sampingnya. Lalu kembali menghakiminya tanpa ia tahu apa kesalahan yang ia lakukan
Siang itu juga, Widya memutuskan berpamitan dengan Ibu Nia di rumah wanita baik hati itu.
"Kenapa? kenapa berhenti, Wid? Kamu udah dapat kerjaan baru?" tanya Ibu Nia.
"Belum, Bu. Tapi ibu saya pengen saya pulang. Beliau pengen ketemu cucunya," jawab Widya berbohong.
"Oh, ibumu sudah memaafkanmu? Baguslah!" Ibu Nia tersenyum bahagia.
"Soal memaafkan saya kurang paham, Bu. Ibu saya nggak ada ngomong soal itu. Tapi beliau pesan pada teman, supaya saya pulang. Beliau ingin lihat Arseno. Nggak ada salahnya kan, Bu, jika saya menyambung kembali tali silaturahmi," jawab Widya, berbohong lagi.
"Iya, kamu bener. Ibu setuju soal itu. Semoga hubunganmu dengan orang tuamu segera membaik dan itu semua karena Arseno. Bayimu membawa berkah, Wid!" ucap Ibu Nia.
"Iya, Bu, Insya Allah. Semoga Arseno selalu jadi jembatan untuk saya dan keluarga saya berdamai. Tolong doakan saya, Bu!" pinta Widya.
"Pasti, Sayang. Ibu akan selalu doakan yang terbaik untukmu. Emmm, baiklah kalo begitu. Tunggu sebentar, Ibu punya sesuatu buatmu. Ini bisa kamu gunakan untuk pegangan selama kamu nggak kerja. Nanti kalo kamu mau balik kerja, silakan. Ibu pasti senang menerimamu kembali!" ucap Ibu Nia.
Widya tersenyum sembari mengangguk senang. Bersyukur niatnya pergi dari kota ini mendapatkan izin dari Ibu Nia. Meskipun ia harus sedikit berbohong.
Terserah orang lain mau menganggapnya pengecut atau pembohong sekalipun. Widya tak peduli. Yang penting baginya saat ini adalah menjauh dari Alvaro. Jangan sampai pria itu tahu tentang Arseno. Widya tak mau keluarga serakah Alvaro merebut Arseno darinya. Bukan hanya itu, ia juga tak ingin menjadi penghalang pernikahan Mozza dan Alvaro nantinya. Sebab Widya yakin, tak menutup kemungkinan jika Alvaro pasti akan berubah pikiran jika dia tahu jika saat ini ia sudah menjadi seorang ayah.
Tak lama berselang, Ibu Nia keluar kamar dengan memberinya sebuah amplop berisi uang.
"Ini buat kebutuhan Arseno ya, Wid. Baik-baik jaga cucu Oma," ucap Ibu Nia sembari menyerahkan amplop berisi segepok uang itu.
"Ya Allah, Bu. Ini banyak sekali. Maafkan saya, Bu, saya nggak bisa terima ini," ucap Widya sembari menyodorkan uang itu kembali pada wanita baik hati itu.
"Tidak, Sayang, jangan menolak. Ini udah rezeki Arseno. Ibu akan tenang jika kamu mau menerima ini. Ibu akan tenang jika Ibu sudah memastikan kalo Arseno tidak kekurangan, Wid. Tolong terima. Ibu mohon!" ucap Ibu Nia.
Tak ingin memperpanjang perdebatan Widya pun menerima uang itu. Lalu berpamitan secepat mungkin. Widya tak mau, Alvaro keburu mencari tahu tentang dirinya dari Mozza dan kesempatannya untuk pergi dari sini bisa saja tertutup.
Selepas mendapatkan izin dari Ibu Nia, Widya langsung pergi ke tempat di mana ia menitipkan sang putra. Lalu mengambil barang-barang yang udah dia packing sebelumnya dan memesan taksi untuk mengantarkannya ke bandara.
Widya tersenyum senang saat ia sudah masuk ke dalam pesawat. Yang artinya ia tidak akan lagi menginjakkan kakinya di kota ini. Kota yang awalnya memberinya ketenangan. Namun ketenangan itu mulai terusik akan kehadiran seseorang yang tidak ia inginkan.
Sekali lagi Widya tak ingin menyalahkan siapapun. Baginya pertemuannya kembali dengan Alvaro pasti sudah di rencanakan oleh Tuhan. Hanya saja dia tak mengharapkan itu. Widya tak ingin kembali berurusan dengan Alvaro apa lagi dengan keluarganya.
Tidak, Widya menyerah soal itu. Lebih baik dia hidup sendiri dan membesarkan buah hatinya sendiri. Widya tak ingin ada campur tangan Alvaro. Sebab ia tahu, pria itu adalah pria mengungkit. Widya tak suka diungkit. Sungguh, Widya sangat tidak suka diperlakukan demikian.
***
Di lain pihak, Alvaro hanya diam saat mengajak Mozza makan. Pikirannya tidak fokus pada acara ngedate mereka hari ini.
Pikiran Alvaro terpusat pada mantan istrinya yang terlihat berubah.
Di matanya, Widya lebih cubby. Lebih manis. Lebih menggemaskan.
"Mas Al kenapa sih? Dari tadi diam aja?" tanya Mozza manja.
"Ah, enggak. Kamu santai saja," jawab Alvaro kaku.
"Sedari tadi Mozza juga santai. Mas aja yang tegang. Kenapa, ada apa? Apa Mozza boleh tahu?" tanya Mozza lagi.
Ingin rasanya Alvaro bertanya perihal mantan istrinya pada gadis yang saat ini ada di sampingnya. Namun, Alvaro masih bingung bagaimana menyusun kalimat untuk menyampaikan kegundahannya ini pada Mozza.
Alvaro ingin mencari tahu tentang mantan istrinya yang ia temui beberapa hari yang lalu di toko tunangannya ini. Namun Alvaro tak bisa ambil langkah cepat. Mau bagaimana pun ia harus tetap memikirkan perasaan calon istrinya ini.
Bersambung...
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 28 Episodes
Comments
Khairul Azam
bagus benar widya aku suka perempuan yg berprinsip dan gak menye menye, laki laki model alvaro ini mudah menghakimi krang tanpa tau apa penyebabnya.
2025-03-22
0
Defi
Bagus Wid yang namanya masa lalu berarti sudah berlalu dan tak perlu diingat kembali
2023-01-23
0
Rosita
moga widya n arseno bsa mendptkan kebahagiaan walaupun tanpa alvaro
2023-01-17
0