Semua perkataan dan nasihat Mr. Donald terus mengusik kepala Maxim bagai kaset yang selalu terputar-putar ulang. Mengetahui bagaimana mudahnya Mr. Donald dan sang istri bersatu tentu saja karena Mr. Donald mencintai istrinya. Sementara dia?
Hingga saat ini Maxim tidak bisa menemukan kata yang tepat soal perasaannya pada Gwen. Jika menikah bukan karena cinta, itu memang benar. Dia hanya menuruti perintah ayah dan ayah mertuanya yang telah menjalin hubungan pertemanan lama. Terlebih, sang ayah memiliki hutang budi juga pada Abrahan di masa lalu.
Pada awal-awal pernikahan pun Maxim hanya menganggap ini semua hanyalah sebuah misi jangka panjang yang entah kapan akan selesai. Namun, seiring berjalannya waktu, pandangan Maxim pada pernikahan ini (terutama pada sosok Gwen) kian hari kian berubah.
Entahlah apa sebutannya, yang jelas sepertinya itu bukanlah cinta. Maxim hanya merasa nyaman dengan keberadaan Gwen, dan kalut saat dia menghilang. Marah juga sempat menyelimuti dirinya, tatkala mengetahui gadis itu terluka.
Maxim akui, setelah mengenal Gwen, dia juga turut mengenal berbagai macam emosi dalam dirinya. Maklum saja, dulu, pria seperti dirinya pantang melibatkan emosi apa pun demi kelancaran misi.
Maxim menghela napas frustrasi. Sepertinya apa yang pernah dia dengar dari sang ayah dulu memang benar. Yaitu, bahwa keberhasilan misi akan memiliki peluang lebih besar bila tidak melibatkan emosi di dalamnya.
Tak lama kemudian, Maxim akhirnya tiba di rumah. Pria itu sontak mengerutkan kening, tatkala mendapati lampu di dalam rumah dalam kondisi menyala padahal sudah pukul setengah dua belas malam.
Saat Maxim melangkah masuk ke dalam rumah, hal pertama yang dia dapati adalah sosok Gwen, yang tidur terduduk di lantai dengan kepala terkulai di atas meja.
Sementara di sekitar meja tersebut, ada beberapa jenis masakan yang bukan merupakan masakannya.
"Apa dari tetangga?" gumam Maxim. Namun, saat dia mendekati meja kecil tersebut, terlihat bahwa makanan-makanan itu memiliki tampilan yang kuramg sedap dipandang mata.
"Dia memasak untukku?" Maxim terkejut. Sekelumit perasaan asing timbul di benaknya. Perasaan yang sama sekali tidak dia kenali.
Selama ini Maxim bisa mengenali perasaan nyaman, marah, kalut, dan kesal. Namun, tidak dengan yang satu ini.
Saat Maxim masih berkutat dalam pikirannya, tiba-tiba Gwen terbangun. Gadis itu terkejut mendapati sosok sang suami kini berada persis di depannya.
"Kau memasak?" tanya Maxim.
Gwen mengucek matanya lalu menganggukkan kepala. "Tadi aku berbelanja menggunakan uang yang kau berikan. Aku juga mendapat kelas memasak singkat dari Helen. Jadi ... ya seperti ini lah," jawabnya panjang lebar, tanpa ada raut ketus mau pun perkataan tajam yang keluar dari mulut gadis itu.
"Mau coba?" tanya Gwen, seolah tidak terjadi apa-apa di antara mereka.
Maxim terdiam sejenak. Sekilas matanya memandang ragu tampilan makanan-makanan tersebut.
Gwen yang enggan menunggu respon dari Maxim langsung saja menyodorkan sendok ke tangan pria itu. Alhasil, mau tidak mau, Maxim pun menyicipi makanan yang telah dibuat Gwen dengan susah payah.
Dalam hati dia meyakinkan diri, bahwa makanan tersebut akan sia-sia jika dibuang begitu saja. Terlebih, Gwen berbelanja menggunakan uangnya yang dia dapatkan dengan susah payah.
Maxim mengunyah perlahan makanan tersebut dan menelannya. Sementara Gwen terlihat penasaran dengan penilaian Maxim.
"Sedikit pahit karena gosong, tapi tidak buruk."
Mendengar hal tersebut, Gwen memekik senang.
"Namun, akan lebih baik jika aku saja yang tetap memasak. Sebab, kita tak mungkin akan memakan makanan seperti ini setiap hari." Entah disadari atau tidak, tiba-tiba Maxim melanjutkan perkataannya yang sedikit tajam.
Raut wajah Gwen berubah mendung seketika. "Aku mengerti dan menyadari kemampuanku. Aku sama sekali tidak bermaksud mengambil tugasmu. Selama ini kita tak pernah bertemu meski berada dalam satu rumah yang sama. Jadi, aku memutuskan membuat masakan ini agar bisa melihatmu," kata Gwen jujur. Di bawah meja, dia mengelus beberapa jarinya yang terbalut plester akibat memasak tadi.
Maxim terkesiap. Dia baru saja melakukan satu kesalahan lagi. Maxim hendak meluruskan perkataannya, tetapi Gwen sudah terlanjur berdiri dan pergi meninggalkan pria itu.
Di dalam kamar, Gwen kontan terduduk di lantai sembari menangis terisak-isak. Gadis itu berusaha tidak mengeluarkan suara tangisannya terlalu keras.
Entah mengapa melihat Maxim kini begitu menjauhinya, membuat dada Gwen sesak. Padahal, dulu Gwen selalu berharap agar Maxim tidak memerdulikan dirinya.
...**********...
Pagi harinya Maxim terkejut ketika mendapati Gwen tertidur di lantai kamar mereka. Gadis itu rupanya menangis semalaman sampai kelelahan.
Maxim menatap wajah Gwen yang sembab dan bengkak. Dia mengelus rambut gadis itu dan membopongnya ke ranjang tidur mereka.
Perasaan bersalah Maxim semakin besar, saat tanpa sengaja melihat empat jari tangan Gwen terbalut plester. Gadis itu pasti berusaha keras untuk membuatkannya makanan, dan dia dengan tega berkata demikian tadi malam.
"Maaf." Sepenggal kata terucap dari bibir Maxim. "Aku menikmati makanannya. Tak masalah jika kau ingin memasaknya lagi," sambung pria itu. Matanya terus memandangi Gwen selama beberapa saat.
...**********...
Gwen berdiri mematung di ambang pintu rumah, sambil memandangi seorang wanita cantik paruh baya yang baru saja turun dari taksi.
Walau berpenampilan sederhana, aura yang terpancar dalam diri si wanita terasa sangat berkelas dan anggun. Dari cara berjalan dan bicaranya pun, terlihat sekali bahwa wanita tersebut bukan berasal dari kalangan biasa.
Wanita itu tetap mempertahankan senyumnya, meski mendapat tatapan aneh dari Gwen. Maklum saja, Gwen pasti terkejut setelah mendengar perkenalan dirinya barusan.
"Gwen," panggil si wanita sekali lagi.
"Iya, em ... "
"Panggil saja Mama, seperti suamimu memanggilku," ucap wanita cantik tersebut.
Gwen meringis. Setelah hampir enam minggu menikah, dia akhirnya bisa bertemu dengan salah satu orang tua Maxim secara langsung. Sebab, selama ini mereka hanya saling berkomunikasi melalui telepon.
Mertuanya memang tidak datang di pernikahan, karena tinggal ditempat yang jauh.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 30 Episodes
Comments
Siska Agustin
jangan nyerah Gwen untuk bisa jadi istri yg baik aplagi bisa masak coba lagi dan lagi pasti bentar lagi Max bakal tahkluk sama kamu..
2023-01-23
1