Wedding Mission

Wedding Mission

1. Orang Tua Kolot.

Suara hingar bingar musik yang dimainkan Disc Jockey, membuat suasana klub malam elit yang terletak di pusat ibu kota semakin meriah.

Para pemuda pemudi pencari jati diri, dan juga pria-pria hidung belaang, tampak menikmati alunan musik yang mengiringi penari-penari seeksi di atas sebuah panggung kecil.

Mereka saling bersorak, ketika penari-penari tersebut mulai meliuk-liukkan tubuh, demi memperlihatkan keseeksiannya.

Suasana tersebut juga terlihat di salah satu sudut meja, tempat tiga orang gadis cantik berusia muda tengah duduk dengan ditemani tiga orang pria asing lain.

"Jadi ...?" tanya seorang pria tampan bertubuh atletis, pada gadis cantik bermata hazel.

"Jadi apa?" Seolah tidak mengerti, gadis itu malah bertanya balik. Dia terlihat santai, saat salah seorang temannya mulai bermain-main dengan pria asing lain.

Si pria tertawa kecil. Dia mulai mendekati gadis itu dan berbisik seeksi, "seperti temanmu di sana," katanya sembari menoleh ke arah dua orang tersebut.

Gadis itu mendecih. Dalam keadaan setengah mabuuk dia mulai menarik kerah kemeja si pria dan menciiumnya penuh semangat. Namun, saat pria itu mulai meraba asetnya, ponsel si gadis berdering.

Sembari memasang wajah kesal, gadis itu mengambil ponselnya dan menolak panggilan masuk yang tertera. Dia pun kembali melanjutkan kegiatan yang sempat tertunda.

Akan tetapi, saat gadis itu baru saja naik ke pangkuan si pria, tiba-tiba tubuh mungilnya ditarik paksa oleh seseorang bertubuh tinggi tegap.

"Hei!" teriak gadis itu.

"Nona Gwen, Anda harus ikut saya pulang!"

Mendengar suara tegas seseorang yang dia kenali, gadis bernama Gwen itu sontak tertawa kecil. "Ronny, kau ini benar-benar mengganggu kesenanganku!" seru Gwen sembari menunjuk hidung bodyguard-nya tersebut.

Ronny tidak peduli. Pria itu menyeret paksa tubuh Gwen keluar dari klub, meninggalkan kedua temannya yang tengah asik melakukan kegiatan panas mereka.

Gwen tentu saja berontak, tetapi tubuh kecilnya tak mampu melawan lengan kekar Ronny yang menahan pinggangnya.

Tak peduli gadis itu adalah majikan mudanya, dengan kasar Ronny memasukkan Gwen ke dalam mobil. Lagi pula, dia memang memiliki wewenang untuk mendisiplinkan Gwen yang terkenal sulit diatur.

"Ouch! Pelan-pelan, sialaan!" maki Gwen. Gadis itu memegangi kepalanya yang baru saja terbentur.

Hampir separuh perjalanan, Ronny harus mendengar kata-kata kasar yang Gwen lontarkan untuknya. Beruntung, pria bertubuh kekar itu sudah terbiasa menghadapi sang majikan muda, jadi, hatinya sudah kebal.

...**********...

"Kita sudah sampai, Nona," ucap Ronny seraya melirik kaca spion tengah.

Gwen terlihat melamun sejenak, sebelum kemudian keluar dari dalam mobil dan membanting pintunya keras.

Baru saja gadis itu melangkah masuk, Abraham, sang ayah, sudah berdiri sembari menatap tajam wajahnya.

"Aku pulang," ucap Gwen malas. Kakinya melangkah gontai melewati Abraham.

"Dari mana saja kau?" Abraham membuka suaranya. Nada bicara pria berusia 55 tahun itu terdengar sangat dingin.

"Klub." Jawab Gwen singkat.

"Bukankah sudah Ayah bilang untuk tidak mengunjungi tempat-tempat biaadab seperti itu lagi, Gwen!" Abraham berbalik, menatap putri satu-satunya yang hendak menaiki anak tangga.

Gwen memutar bola matanya. "Jangan kolot Yah! Zaman sekarang siapa yang tidak pergi ke klub malam untuk bersenang-senang? Aku yakin, Ayah juga sering mengunjungi tempat itu sewaktu muda dulu!"

"Ayah bukan orang seperti dirimu! Mau sampai kapan kau bermain-main, dan terus-terusan menghambur-hamburkan uang Ayah?"

Gwen mendecih. Sepertinya dia harus mendengar ocehan pedas sang ayah lagi.

Abraham lalu berjalan menghampiri Gwen dan melempar surat tagihan kartu kredit yang dia gunakan.

"Ini belum genap satu bulan, dan kau sudah menghabiskan jutaan dollar, Gwen!" seru Abraham.

"Mau aku habiskan miliaran pun, kita tidak akan pernah jatuh miskin, Ayah!" balas Gwen. Matanya memandangi Abraham dengan tatapan jengah.

"Ini bukan soal miskin atau tidak! Kau tahu, untuk bisa hidup sampai di tahap ini, Ayah harus rela membanting tulang dengan bekerja siang dan malam selama puluhan tahun. Sementara kau! Kerjamu hanya menghabiskan seluruh jerih payah Ayah!" hardik Abraham. Kesabaran pria itu sepertinya semakin menipis.

Telinga Gwen sontak berdenging. Malas mendengar ocehan sang ayah, membuat gadis itu ingin cepat-cepat pergi menuju kamarnya. "Bisakah berdebatnya besok pagi saja? Aku sangat lelah!"

Baru saja Gwen hendak melangkah pergi, suara menggelegar sang ayah kembali terdengar.

Ada raut kekecewaan yang tergambar dari wajah tua Abraham. Dalam hati, pria itu juga merasa bersalah. Sebab, karena dia lah, Gwen tumbuh menjadi gadis seperti ini.

Kesibukannya mengelola perusahaan, membuat Abraham tidak memiliki banyak waktu untuk keluarga.

Semula, Abraham pikir, dengan uang dia bisa membahagiakan putri satu-satunya tersebut. Namun, ternyata semua itu salah.

Beranjak dewasa, Gwen berubah menjadi anak yang manja dan sulit diatur. Gadis itu juga gemar menghambur-hamburkan uang untuk bersenang-senang, mau pun menyelesaikan masalah. Bahkan, tingkah Gwen semakin menggila, setelah Lilyana, ibunya, meninggal dunia lima tahun silam.

Abraham putus asa. Tubuhnya semakin hari semakin renta seiring bertambahnya usia, tetapi sang putri malah semakin tumbuh menjadi gadis urakan.

"Lalu, Ayah mau aku bagaimana?" tanya Gwen.

"Kenapa bertanya? Kau tahu, ayah ingin kau merubah sikapmu dan menggantikan posisi Ayah di kantor, dengan begitu, Ayah tak peduli lagi soal uang-uang yang selalu kau hambur-hamburkan!" jawab Abraham lantang.

Mendengar jawaban sang ayah, Gwen tertawa kecil. "Aku pun sudah berkali-kali bilang pada Ayah, untuk tidak memaksaku memegang perusahaan, kan?"

"Lagi pula, Ayah sudah memiliki Ronny, dan akan mengangkatnya sebagai pengganti Ayah nanti. Jadi, lakukan saja!" sambung gadis berusia 25 tahun itu.

Ronny memang bukan bodyguard biasa. Dia adalah pria kepercayaan Abraham yang telah mengabdi selama lima belas tahun di keluarga Holtzman. Abraham dan mendiang Lilyana bahkan sudah menganggap Ronny sebagai anak mereka sendiri.

"Kau tidak bisa begitu saja melimpahkan tanggung jawab, yang seharusnya kau emban pada orang lain, Gwen!" sentak Abraham.

Gwen mengembuskan napasnya. "Mau Ayah katakan jutaan kali pun, aku tetap tidak akan mau menggantikan posisi Ayah. Aku tak mau terkekang dengan setelan jas kuno dan aturan-aturan menjijikan di kantor!"

"Nona Gwen!" Ronny yang baru masuk ke dalam rumah, langsung menegur majikan mudanya itu, yang dinilai kurang bersikap sopan pada sang ayah.

Gwen menatap sinis Ronny, sebelum kemudian berbalik meninggalkan mereka sambil berkata, "Bicarakan saja pada anak angkat kesayangan Ayah itu. Jangan lupa, katakan padanya untuk berhenti mempermalukanku di depan umum!"

Baru saja Ronny hendak bersuara, seolah tahu, Gwen langsung mengacungkan jari teengahnya untuk pria itu.

Abraham hanya bisa mengelus dadanya. "Apa yang harus aku lakukan, Ron?" tanya pria itu dengan nada putus asa.

Ronny terdiam. Pria itu tampak sedang memikirkan sesuatu.

Terpopuler

Comments

Siska Agustin

Siska Agustin

Gwen hanya butuh perhatian sebenarnya tp ayahnya gak ada waktu karna sibuk bekerja selama ini..

2023-01-07

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!