18. Ide

Hari ini hari minggu, aku diperintahkan Emak untuk berada di rumah saja menjaga rumah karena akhir-akhir ini kata tetangga banyak yang kemalingan. Entah karena tidak mengunci pintu rumah sebelum pergi bekerja sehingga pencuri masuk dan mengambil uang-uang mereka atau malah diambil babi ngepet. Entahlah Banyak sekali gosip-gosip yang tersebar luas hingga tak tahu penyebab kehilangan uang para warga.

Aku melambaikan tanganku saat Emak telah pergi bekerja pagi-pagi sekali sambil menenteng tas berisi bekal untuk makan siangnya.

Setelah aku memastikan Emak benar-benar pergi kini aku harus beraksi lebih cepat dari biasanya seperti membersihkan rumah, mencuci piring dan mencuci baju.

Kali ini aku harus bergerak lebih cepat karena aku punya misi lain yaitu menjadi tukang semir sepatu. Mungkin hari ini aku akan mendapat uang lebih banyak karena jam kerjaku yang pasti lebih panjang dari biasanya.

Aku meraih tas yang aku gantung pada paku yang tertancap di dinding rumah lalu meletakkan sebotol air di dalamnya dan melangkah pergi, tak lupa juga aku mengunci pintu dengan rapat memastikan pintu di belakang rumah tertutup rapat, tak ada api yang menyala dan juga jendela yang tertutup rapat.

Sesudah memastikan semuanya menjadi aman kini aku mulai melangkahkan kakiku dengan santai menuju jalanan raya dimana terakhir kali aku bertemu dengan Beta.

"Bastian!"

Suara teriakan terdengar membuat kedua mataku membulat, nyaris keluar. Aku begitu sangat terkejut tidak menyangka jika Bono kini menghampiriku.

Ah, aku baru berpikir kalau ternyata aku sedang lewat di jalan dekat rumahnya. Mengapa aku tidak berpikir sampai ke situ. Mungkin pula aku yang terlalu bersemangat sampai lupa jika Bono setiap hari minggunya akan selalu berkeliaran di daerah pemukiman.

Aku yang melangkah itu beralih tersenyum sejenak saat Bono kini telah melangkah di sampingku dengan wajahnya yang terlihat penasaran.

"Kau mau kemana?"

"Memangnya kenapa?"

"Tidak hanya bertanya saja soalnya baru kali ini aku melihat kau pakai tas seperti ini di hari minggu. Kau mau ke mana?"

Aku tak menjawab sedikitpun pertanyaan darinya. Aku hanya diam sambil terus melangkah kakiku. Rasanya aku ingin berlari meninggalkannya di sini saja.

"Kau mau pergi les matematika lagi ya?"

"Memangnya kalau aku mau pergi les matematika kau mau ikut?"

Seketika wajah Bono berparas ngeri.

"Ah, tidak kalau kau mau pergi les matematika aku tidak mau ikut."

Kini suasana menjadi sunyi aku dan Bono kini masih melangkah. Aku melirik menatap Bono yang masih saja mengikutiku.

"Kau ini mau ke mana?"

"Kenapa kau bertanya?" ujarku yang kini menghentikan langkah.

"Aku ingin ikut dengan kau. lagi pula aku sudah tahu apa rahasia kau."

"Apa?" tanyaku dengan wajah yang sedikit panik.

Bono tersenyum jahil seakan sedang menaruh curiga kepadaku.

"Aku tahu, kau minta pekerjaan kepada si Beta sebagai penyemir sepatu kan?" ujarnya membuat aku dengan cepat menoleh kiri kanan takut Emak datang dan mendengarnya.

"Hust! Jangan berisik!" pintaku sambil meletakkan jari depan bibir.

"Oh, ternyata kemarin kau tidak langsung pulang, ya? Kau kerja jadi penyemir sepatu?"

Aku menghela nafas panjang lalu perlahan aku menganggukkan kepala. "Iya tapi jangan berisik ya! Aku takut kalau Emak mendengarnya nanti aku bisa dimarahi."

"Memangnya kenapa kau harus kerja jadi penyemir sepatu?"

Mendengar pertanyaan itu membuat aku kembali menghela nafas sepanjang.

"Kenapa?"ntanya Beno lagi dengan wajah yang begitu penasaran.

"Ceritanya panjang. Aku malu kalau harus mengatakannya."

"Kenapa harus malu? Kita kan sahabat jadi sudah sewajarnya kita harus saling mendengarkan cerita masing-masing."

Aku tersenyum simpul saat Beno merangkul kedua bahuku dan menepuknya beberapa kali berusaha meyakinkan aku jika ia memang benar-benar adalah sahabat terbaik.

...******...

"Oh jadi itu sebabnya kau ingin menjadi penyemir sepatu."

Aku mengganggu.

"Jadi kau ingin mengumpulkan uang dan membelikan sendal untuk Emak kau?"

Aku mengangguk lagi setelah aku menceritakannya semuanya kepada Bono tanpa ada yang ditutup-tutupi sedikitpun.

Bono tersenyum ia kembali merangkul bahuku itu dan menepuknya.

"Aku bangga dengan kau Bandi. Apa yang menjadi niat kau itu ada hal yang baik. Kau ini hebat karena sudah punya niat yang baik seperti itu. Aku saja tidak pernah berpikir untuk membelikan sendal untuk Mamaku."

"Jadi sekarang kau mau apa?"

"Ya seperti biasa aku ingin menemui Beta dan kembali menyewa semir dan sikat miliknya."

"Apa kau serius?"

Aku mengangguk dengan cepat berusaha meyakinkan jika aku benar-benar serius.

"Kawan, aku tahu kau sangat ingin bekerja sebagai penyemir sepatu dan mengumpulkan uang untuk membelikan sandal Emak kau itu."

"Tapi kau pilih-pilih hari juga, lah."

Kedua alisku saling bertaut nyaris menyatu karena tidak mengerti dengan apa yang dikatakan oleh Bono.

"Ini hari minggu, tak ada orang-orang kantoran yang ingin menyemir sepatunya."

"Hah?"

Seketika Bono tertawa cekikikan sambil memukul kedua lututnya seakan ini adalah adegan komedi yang ia nonton di TV sedangkan aku hanya terdiam memasang wajah datar.

"Jadi itu berarti aku tidak bisa menyemir sepatu?"

Bono mengangguk.

Melihat anggukan itu membuat aku mendengus sedikit kesal. Aku pikir hari ini aku akan mengumpulkan uang yang banyak untuk aku tabung namun rupanya tidak.

"Kalau kau bersungguh-sungguh untuk mengumpulkan uang maka aku akan membantu kau."

"Membantuku?"

"Iya aku akan membantu kau untuk mengumpulkan uang."

"Caranya?"

Bono tersenyum kecil. Lihatlah raut wajahnya yang seakan menyembunyikan sesuatu.

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!